A. Ananiah
1. Pengertian Ananiah
Ananiah berasal dari bahasa Arab
Anâniyyah yang berarti kesan, penonjolan diri, pengakuan atau menghubungkan
semua masalah (kebaikan) kepada satu pribadi.
Di dalam ilmu jiwa, ananiah dikenal
dengan istilah egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan mengingkari
keberadaan orang lain. Dalam ilmu akhlak menurut Jamil Shaliba, ahli filsafat,
ananiah berarti sebagai sikap yang terlalu mencintai diri sendiri sehingga menghilangkan
kecintaan yang lainnya. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan yang
lain.
Ananiah termasuk akhlak tercela karena
ia kurang menyadari bahwa semua yang dimiliki itu berasal dari Allah dan tidak
abadi. Menurut Al-Ghazali, ananiah itu terjadi karena, antara lain kecantikan,
kekayaan, kepandaian, kedudukan yang tinggi, dan jasa yang pernah diberikan.
Orang yang egois biasanya
membangga-banggakan diri sendiri, menganggap orang lain hina dan rendah. Padahal
Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri.
Firman Allah swt.:
إِنَّ
اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا
Artinya: “... Sungguh Allah tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri ...” (Q.S. An-Nisa’/4: 36)
2. Contoh Perilaku Ananiah
Contoh perilaku ananiah adalah sebagai
berikut.
a. Di dalam bersikap selalu ingin
menang sendiri.
b. Tidak mau mengerti dan memahami
perasaan orang lain.
c. Selalu mengganggu kenyamanan hidup
orang lain.
d. Tidak pernah mau
mendengar saran atau kritikan orang lain.
3. Bahaya Ananiah
Sebagai orang muslim, kita harus menjauhi
sifat egois. Karena sifat egois akan merugikan diri sendiri dan diri orang lain
serta lingkungan. Bahaya egois misalnya:
a. merusak hubungan persaudaraan
karena hanya mementingkan dirinya sendiri
b. memutuskan hubungan silaturrahim karena
ia lebih suka orang lain bersilaturahim kepadanya.
c. dikucilkan orang dan teman-temannya
d. menimbulkan kebencian, pertengkaran
dan permusuhan.
e. berdosa di sisi Allah.
Rasulullah saw.
bersabda yang
اِذَرَأَيْتَ
شُحًا مُطَاعًاوَهَوًى مُتَبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَاِعْجَابَ كُلِّ ذِى
وِأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ ...
Artinya: Jika engkau melihat kikir ditaati,
hawa nafsu diikuti, dunia dimuliakan dan kekaguman pemilik pendapat terhadap
pendapatnya, jagalah dirimu. (H.R. Abu Dawud : 3778).
4. Menghindari Perilaku Ananiah
Berikut ini terdapat beberapa hal yang
harus dilakuan supaya dapat terhindar dari pelkukah ananiah.
a. Menyadari bahwa perbuatan anniyah
dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiyah
apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur dibenci Allah swt.
c. Menyadari bahwa manusia diciptakan
sama dan mempunyai hak yang sama.
d. Menekan hawa nafsu
dan memupuk sikap tenggang rasa.
B. Gadab
1. Pengertian Gadab
Gadab berasal dari bahasa Arab berarti
marah. Marah adalah suatu sikap atau emosional yang tidak terkendali. Marah
termasuk sifat tercela. Sebagai orang muslim harus pandai-pandai menahan diri,
jangan sampai mudah marah.
Rasulullah saw.
Bersabda
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَجُلًا قَلَ لِنَّبِيِّ صَلَى اللهً
عَلَيْهِ وَسَلَمْ اَوْصِنِيْ قَالَ لَاتَغْضَبْ فَرَدَّدَمِرَارًا قَالَ
لَاتَغْضَبْ ( رواه البخارى )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. Bahwasanya
seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad saw.’ “Nasehatilah aku!” Nabi
Muhammad saw. bersabda, “Janganlah kamu mudah marah!” Lalu, diulangi beberapa kali
sabdanya, “Janganlah kamu mudah marah!”. (H.R. Bukhari : 5651)
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ
وَسَّلَمْ فَالَ : لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِاِنَّمَا الشَّدِيْدُ
اَلَّدِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ( رواه البخارى )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a Bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah orang yang kuat itu adalah fisiknya, tetapi
orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika ingin marah.
(H.R. Bukhari: 5649).
Firman Allah swt.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: Yaitu orang-orang yang menafkahkan
hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (Q.S. Ali-Imran/3: 134)
Dari ayat dan hadis di atas jelaslah
bahwa orang yang kuat itu adalah orang-orang yang mampu menahan amarahnya, dan
menahan amarah termasuk tanda-tanda orang bertakwa dan disukai Allah.
2. Bahaya Gadab
Bahaya marah antara lain:
a. dapat merusak hubungan pertemanan
b. orang yang suka
marah akan dijauhi orang.
c. orang yang tidak dapat menahan
amarah dapat mengakibatkan dirinya pusing
d. orang yang marah dapat menimbulkan
dosa, apalagi marah yang berkepanjangan
Usaha untuk menjauhi sikap marah, antara
lain : berusaha menyadari akibat buruk dari marah, berusaha mengoreksi
kesalahan dirinya sendiri, dan membiasakan diri bersikap sabar. Rasulullah saw.
bersabda:
قَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ
وَسَلم : اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَاِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ
النَّارِ وَاِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَاغَضَبَ اَحَدُكُمْ
فَلْيَتَوَضَّأْ ( رواه ابوداود )
Artinya: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
marah itu dari setan dan sesungguhnya setan itu dari api dan sesungguhnya api
itu dapat padam dengan air. Jika di antara kamu marah, segeralah berwudlu. (H.R.
Abu Dawud : 4152)
3. Contoh Perilaku Gadab
Contoh perilaku gadab antara lain
sebagai berikut.
a. Lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan
yang kasar, seperti menggebark meja, membanting gelas, dan membunuh.
b. Mudah tersinggung apabila ada perbuatan
atau perkataan orang lain yang tidak berkenan di hati.
c. Tidak menyelesaikan masalah secara
arif atau bijaksana.
d. Mudah terpancing
emosi.
4. Menghindari Perilaku Gadab
Adapun untuk menghindari perilaku gada
di antaranya sebagai berikut.
a. Senantiasa membaca istigfar sambil
menarik napas panjang.
b. Meninggalkan faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya marah.
c. Menyadari bahwa perilaku amarah
sangat dibenci Allah SWT. Dan manusia.
d. Berusaha belajar memiliki sikap lapang
dada dan mudah memaafkan orang lain.
C. Gibah
1. Pengertian Gibah
Gibah adalah mengumpat atau menggunjing,
yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang membicarakan aib seseorang di hadapan
orang lain. Karena merasa dirinya lebih baik dan benci terhadap orang tersebut.
Perbuatan mengumpat dan menggunjing termasuk perbuatan tercela.
Allah berfirman :
وَلا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: Dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S.
Al-Hujarat/49 : 12)
Nabi Muhammad saw. juga menerangkan
tentang gibah dalam sabdanya sebagai berikut.
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ
وَسَّلَمْ فَالَ : اَتَدْرُوْنَ مَاالْغِيْبَةُ ؟ قَلُوْا, اللهُ وَرَسُوْلُهُ
اَعْلَمُ, قَلَ : ذِكْرُكَ اَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ اَفَرَأَيْتَ اِنْ كَانَ
فِى اَخِى مَااَقُوْلُ ؟ قَالَ : اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ
اغْتَبَتَهُ ( رواه مسلم )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda: ”Tahukah kamu apa gibah itu?” Para sahabat menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Lalu Nabi bersabda” Kamu sebut-sebut saudaramu
dengan sesuatu yang ia benci.” Lalu Rasul ditanya: ”Bagaimana jika saudaraku
itu memang seperti itu yang aku katakan tadi?” Nabi menjawab: “Walaupun yang
kamu katakan itu benar, maka kamu berarti telah menggunjinginya.” (H.R. Muslim
: 4690)
Jadi gibah adalah perbuatan yang
dilarang Allah swt. walaupun yang dikatakannya itu benar adanya.
2. Contoh Perilaku Gibah
Contoh perilaku gibah adalah sebagai
berikut.
a. Membicarakan keburukan orang lain
melalui lisan, seperti antartetangga yang satu dengan yang lain.
b. Membicarakan keburukan orang lain
melalui bahasa isyara.
c. Membicarakan keburukan orang lain
melalui gerakan tubuh dengan maksud mengolok-ngolok.
d. Membicarakan keburukan orang lain
melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan.
3. Menghindari Perilaku Gibah
Karena gibah termasuk dosa dan sering
membawa kepada permusuhan, maka hindarilah bergibah. Berikut ini di antara cara
supaya terhindar dari perilaku gibah.
a. Selalu mengingat bahwa perbuatan
gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah swt.
b. Selalu mengingat bahwasanya
timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang lain yang digunjingkannya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah
mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha
memperbaikinya.
d. Menjauhi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya gibah.
e. Senantiasa
mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.
D. Namimah
1. Pengertian Namimah
Namimah adalah fitnah atau adu domba, dengan
tujuan agar terjadi perpecahan di antara dua belah pihak. Allah swt. berfirman:
وَلا
تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١)
Artinya: Dan janganlah kamu ikuti setiap orang
yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela yang kian kemari
menghambur fitnah. (Q.S. Al-Qalam/68 : 10-11).
Rasulullah saw. bersabda: Seburuk
hamba adalah orang-orang yang berjalan ke sana kemari dengan mengadu domba,
memecah-belah antara kekasih, dan yang yang suka mencari-cari cacat orang yang
baik. (H.R. Ahmad)
Menurut Imam Abu Zakaria Yahya bin
Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus salihin namimah didefinisikan sebagai
berikut.
اَلنَّمِيْمَةُ هِيَ نَقْلُ الْكَلَامِ
بَيْنَ النَّاسِ عَلَى جِهَةِ الْاِ فْسَادِ.
Artinya: “Namimah adalah merekayasa omongan
untuk menghancurkan sesama manusia.”
Namimah termasuk perbuatan tercela
yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah
swt. dalam surah Al-Qur’an surah Al-Qalam berikut.
وَلا
تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ
مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (١٣) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ
(١٤)
Artinya: “Dan janganlah engkau patuhi setiap
orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian kemari
menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan
banyak dosa, yang bertabiat kasar,selain itu juga terkenal kejahatannya, karena
dia kaya dan banyak anak.” (Q.S. Al-Qalam/68:10-14)
Hadis Nabi Muhamamd saw. juga
mengancam bagi orang yang berperilaku namimah tidak akan masuk surga..
عَنِ
ابْنِ عَبَاسِ قَالَ مَرَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلم
بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ أِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ فِى قُبُوْرِهِمَا وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ كَانَ اَحَدُهُمَا يَمْشِيْ بِالنَّمِيْمَةِ وَكَانَ
الْاٰخَرُ لَايَسْتَنْزِهُ عَنِ تاْبَوْلِ ( رواه الدارمي )
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya
Rasulullah saw. Melewati dua makam (kuburan) lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya
dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di antaranya disiksa karena
selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi
karena tidak bersih ketika bersuci
(dari buang air kecilnya).” (H.R. Ad-Darimi: 732)
Dari dua dalil di atas menunjukkan
betapa besar dosa orang yang mengadu domba (memfitnah). Sebab dengan adu doma,
seseorang dapat saling bertengkar, membunuh bahkan berlanjut dengan permusuhan
yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu, jangan
suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.
2. Contoh Perilaku Namimah
Contoh perilaku namimah adalah sebagai
berikut.
a. Mempunyai maksud yang tidak baik
terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu domba.
b. Terlalu mudah percaya pada orang
lain tanpa mengetahui kebenarannya.
c. Suka berkumpul/menggosip.
d. Provokator (menjadi
provokator).
3. Menghindari Perilaku Namimah
Di antara cara menghindari perilaku
namimah adalah sebagai berikut.
a. Menyadari bahwa perilaku namimah
menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin beribadah.
b. Jangan mudah percaya pada seseorang
yang memberikan informasi negatif tentang orang lain.
c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas dan menggosip.
E. Hasad
1. Pengertian Hasad
Pengertian dengki adalah menaruh
perasaan benci, tidak senang yang amat sangat terhadap keberuntungan orang lain
yang mendapat kenikmatan sehingga timbul perbuatan jahat agar kenikmatan yang diperoleh
orang itu hilang dan pindah kepada dirinya. Sifat dengki adalah perbuatan
tercela. Dengki sama dengan hasad dan harus dihindari. Rasulullah saw.
bersabda:
اَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ اَنَّ النَّبِيِّ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَسَّلَمْ فَالَ اِيَّاكُمْ
وَالْحَسَدَ فَاِنَّ َالْحَسَدَ يَأْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْ كُلُ النَّارُ
الْحَطَبَ اَوْ قَالَ الْعُشْبَ (رواه ابوداود )
Artinya: Dari Abu Hurairah katanya: “Telah
bersabda Rasulullah saw. hendaklah engkau menjauhi diri dari sifat hasud sebab
hasud itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar/rumput. (H.R. Abu
Dawud : 4257)
Bahaya dengki atau hasad, antara lain
a. menimbulkan permusuhan;
b. menimbulkan perasaan dendam;
c. menghilangkan persahabatan;
d. menghilangkan kebaikan yang telah
dilakukan;
e. berdosa dan dibenci
Allah swt.
2. Contoh Perilaku Hasad
Contoh perilaku hasad antara lain sebagai
berikut.
a. Tidak mensyukuri setiap nikmat yang
diberikan Allah swt. Kepada kita.
b. Tidak senang atas keberhasilan atau
kebahagiaan orang lain.
c. Tertawa di atas penderitaan orang
lain.
d. Rasa tidak percaya diri atas
kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.
e. Timbulnya keinginan
untuk mencelakakan orang lain.
3. Menghindari Perilaku Hasad
Bagaimana cara menghindari perilaku
hasad yang tumbuh di hati kita? Perhatikan hal-hal berikut.
a. Mensyukuri setiap nikmat yang
diberikan Allah swt.
b. Menyadari bahwa perilaku hasad
sangat berbahaya dan harus dijauhi.
c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat
menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan apabila masih suka menghasud.
d. Berpikir positif atas segala
kejadian yang menimpa kita.
e. Tetap percaya diri
dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional
0 comments:
Post a Comment