Dalam kehidupan sehari-hari, sudah tentu kalian pernah bertemu dengan
orang yang rendah hati. Entah di lingkungan tempat tinggal, di sekolah, maupun
di tempat lain. Orang yang rendah hati bisa dirasakan dari cara dia berbicara,
bersikap, dan berpendirian. Bagaimana perasaanmu ketika bertemu dengan orang
yang demikian? Tentu kita merasa nyaman dan senang. Demikian juga ketika kita
bisa menghiasi diri dengan perilaku mulia ini, tentu orang-orang di sekeliling
kita akan merasa nyaman berada dan bertemu dengan kita.
Tidaklah mengherankan bila orang yang rendah hati disukai oleh banyak
orang dan memiliki banyak kawan. Biasanya orang yang demikian akan lebih dekat
dengan kesuksesan. Semoga kalian juga menjadi bagian dari orang yang rendah
hati ini. Orang ini tidak hanya disukai oleh manusia, tetapi juga sangat
dicintai oleh Allah Swt. Betapa bahagianya hidup ini ketika kita dicintai oleh
Allah Swt dan disenangi oleh orang-orang di sekeliling kita.
Seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw., beliau merupakan
manusia yang memiliki segala kelebihan. Meskipun demikian, beliau senantiasa
rendah hati, baik terhadap keluarga, para sahabat, bahkan kepada orang yang
memusuhinya. Beliau dikenal sebagai orang yang rendah hati dengan siapa saja.
Setali tiga uang dengan rendah hati, hemat dan sederhana merupakan
akhlak mulia yang juga diajarkan oleh Rasulullah saw. Hemat dan sederhana akan
membuat kehidupan manusia menjadi lebih tenang dan tenteram. Jika kita mau
berhemat dan hidup sederhana, perasaan kita tidak akan mudah terpengaruh oleh
hal-hal serta keinginan-keinginan yang tidak penting. Itulah sebabnya mengapa
Rasullullah saw. sangat mementingkan kedua sikap ini dalam kehidupan
sehari-hari
Mutiara
Khazanah Islam
1. Membaca
Ayat al-Qur’ān tentang Rendah Hati, Hemat, dan Sederhana
Ayat berikut ini berisi pesan-pesan mulia terkait dengan rendah hati, hemat,
dan hidup sederhana. Bacalah ayat yang mulia berikut dengan tartil!
a. Q.S. al-Furqān/25: 63
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ
عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (٦٣)
b. Q.S. al-Isrā’/17 : 27
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ
الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (٢٧)
2.
Mari memahami ilmu tajwid tentang hukum bacaan mad
Sebelum lebih jauh belajar tentang hukum bacaan mad, cermatilah skema
di bawah ini. Skema ini akan sangat membantu pemahaman kalian.
1. Mad Asli / Mad Thabi’
Disebut mad thabi’i (mad asli) apabila terdapat harakat fathah diikuti
alif (ا); kasrah diikuti ya’ sukun ( ي ); dan dhummah diikuti waw sukun (و)
Cara membacanya adalah dibaca panjang 1 alif ( 2
harakat)
Contoh :
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
2. Mad Wajib Muttasil
• Disebut mad wajib muttasil apabila terdapat mad thabi’i diikuti
hamzah dalam satu lafaz.
• Cara membacanya adalah wajib dibaca panjang 3 Alif (6 harakat)
Contoh :
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
3. Mad Jaiz Munfasil
• Disebut mad jaiz munfhasil apabila terdapat mad thabi’i diikuti
hamzah namun dalam lafaz yang berbeda.
• Cara membacanya adalah dibaca panjang 1 alif ( 2 harakat), 2 alif (
4 harakat), atau 2,5 alif ( 5 harakat)
Contoh :
وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
4. Maď Aridl
• Disebut maď aridl apabila terdapat maď thabi’i diikuti waqaf, atau
terdapat mad thabi’i di akhir ayat.
• Cara membacanya adalah dibaca panjang 1 alif ( 2 harakat), atau 2
alif (4 harakat), atau 3 alif (6 harakat).
Contoh :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
5. Maď Iwadl
• Disebut mad iwadl apabila ada huruf yang fathah tanwin terletak pada
waqaf (berhenti) pada akhir kalimat.
• Cara membacanya panjang 1 alif (2 harakat)
Contoh :
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
3.
Mari Belajar Mengartikan Ayat al-Qur’ān
1) Q.S.
Al-Furqān/25 : 63
a. Arti perkata (mufradad)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
وَ |
dan |
هَوْنًا |
dengan rendah hati |
عِبَادُ |
mamba-hamba |
وَ |
dan |
الرَّحْمَنِ |
muhan Yang Maha Pengasih |
إِذَا |
apabila |
الَّذِينَ |
itu adalah |
خَاطَبَهُمُ |
menyapa mereka |
يَمْشُونَ |
orang-orang yang berjalan |
الْجَاهِلُونَ |
orang-orang bodoh |
عَلَى |
di atas |
قَالُوا |
mereka mengucapkan |
الأرْضِ |
bumi |
سَلامًا |
salam |
b. Terjemah :
“Adapun
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang
yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina),
mereka mengucapkan “salam”.
2) Q.S.
al-Isrā’/17 : 27
a. Arti perkata (mufradad)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
إِنَّ |
sesungguhnya |
وَ |
dan |
الْمُبَذِّرِينَ |
orang-orang yang pemboros |
كَانَ |
adalah |
كَانُوا |
mereka adalah |
الشَّيْطَانُ |
setan |
إِخْوَانَ |
saudara |
لِرَبِّهِ |
kepada Tuhannya |
الشَّيَاطِينِ |
setan |
كَفُورًا |
sangat ingkar |
b. Terjemah :
“Sesungguhnya
orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”
4. Mari
Memahami Pesan-pesan Mulia dalam Q.S. al-Furqān/25:
63 dan
Q.S.
al-Isrā’/17: 27.
a. Q.S. al-Furqān /25: 63
Di dalam ayat ini Allah mengajarkan agar kita memiliki sifat rendah hati.
Sifat rendah hati ini harus diwujudkan dalam setiap perilaku kita, baik terhadap
diri kita sendiri, terhadap Allah Swt, maupun terhadap orangorang jahil yang
menyapa kita. Seorang muslim yang memiliki sifat rendah hati akan mendapatkan
keridaan Allah Swt baik di dunia maupun di akhirat.
Rendah hati disebut juga dengan tawadu’. Pengertian tawadu’ adalah sikap
diri yang tidak merasa lebih dari orang lain. Orang yang tawadu’ berkeyakinan
bahwa semua kelebihan yang ada dalam dirinya sematamata merupakan karunia dari
Allah Swt. Dengan keyakinan yang demikian dia merasa bahwa tidak sepantasnya
kalau kelebihan yang dimiliki itu dibangga-banggakan. Sebaliknya segala
kelebihan yang dimiliki itu diterima sebagai sebuah nikmat yang harus
disyukuri.
Sikap rendah hati dapat terlihat pada saat mereka berjalan. Dari sini
akan terlihat sifat dan sikap kesederhanaan, jauh dari keangkuhan, langkahnya
mantap, dan tampil dengan jati diri yang dimilikinya. Orang yang rendah hati
tidak suka meniru-niru gaya orang lain. Apalagi gaya orang itu tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Orang yang rendah hati ingin tampil sesuai jati diri dan
fitrah manusia. Orang yang rendah hati selalu ingin menjadi dirinya sendiri
sesuai ajaran Allah Swt.
Lawan kata dari rendah hati adalah tinggi hati, sombong, takabur, atau
angkuh. Pernahkah kamu melihat orang yang berjalan dengan dengan penuh
kesombongan dan besar kepala? Sungguh orang semacam itutidak sedap dipandang mata.
Jika kita melakukan hal itu, orang lain juga tidak senang dengan penampilan
kita itu. Allah Swt juga sangat melarang manusia berjalan dengan kesombongan.
Firman Allah Swt dalam Q.S. al-Isrā’/17 ayat 37 :
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا ...... (٣٧)
Artinya
: “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong...”. (Q.S.
al-Isrā’/17 : 37)
Allah Swt melarang keras manusia memiliki sifat sombong. Hanya Allah
Swt sajalah yang berhak untuk sombong. Semua makhluk temasuk manusia tidak
boleh sombong atau angkuh. Tahukah kalian bahwa Allah sangat murka kepada setan
karena keangkuhannya? Waktu itu Allah Swt perintahkan setan untuk meghormati
dan menghargai Adam a.s. Namun, mereka dengan sombongnya menolak dan menyatakan
bahwa mereka lebih baik dan lebih mulia derajatnya dibanding Adam as. Setan
merasa bahwa dirinya yang diciptakan dari api itu jauh lebih mulia, sedangkan
Adam a.s hanya diciptakan dari tanah.
Nabi Muhammad saw. berpesan agar kita senantiasa menghiasi diri kita dengan
sifat tawadu’ (rendah hati) dan
menjauhkan dari sifat sombong. Sebagai pelajar, pesan Nabi Muhammad saw. ini
dapat kalian terapkan mulai dari hal yang sederhana. Misalnya, ketika sedang
mendapatkan pelajaran di kelas Demikian pula kepada kedua orang tua, seorang
anak harus bersikap tawadu’ kepada mereka.
Dengarkanlah nasihatnasihatnya.Kalian tidak bolehbersikap sombong sedikit pun kepada
mereka, misalnya merasa lebih pandai dari orang tua ataumenganggap mereka
ketinggalan zaman.
Orang yang rendah hati itu derajatnya akan dinaikkan oleh Allah Swt.
Sebaliknya, orang yang tinggi hati malah derajatnya akan diturunkan oleh Allah
Swt. Perhatikan nasihat Rasulullah kepada para sahabat berikut ini:
Pada suatu saat salah seorang sahabat
bertanya mengenai rendah hati. Rasulullah menjawab dengan kalimat yang mulia, “Siapa
yang tawadu’ (bersikap rendah hati) kepada Allah Swt satu derajat, niscaya Allah
akan mengangkatnya satu derajat, dan siapa yang bersikap sombong kepada Allah
Swt satu derajat, maka Allah Swt akan merendahkan satu derajat hingga derajat
yang paling hina.” Para sahabat mendengarkan nasihat Rasulullah ini dengan
penuh perhatian, mereka kemudian berusaha untuk mengamalkannya.
Sumber
: Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
b. Q.S. al-Isrā’/17 : 27
Ayat ini diturunkan Allah Swt dalam rangka menjelaskan gaya hidup kaum
Jahiliyyah
yang salah. Kaum Jahiliyyah
adalah bangsa Arab sebelum mendapatkan
pencerahan cahaya Islam. Mereka suka sekali berfoya-foya. Mereka beranggapan
bahwa derajat, kemasyhuran, dan kehormatan dapat dilihat dari kemampuannya
dalam berfoya-foya dan menghamburhamburkan hartanya untuk berpesta pora.
Dalam ayat ini Allah Swt menegaskan bahwa berfoya-foya serta menghambur-hamburkan
harta itu adalah pemborosan yang merupakan bagian dari perbuatan setan. Dengan
demikian, sudah jelas bahwa tindakan semacam ini sangat dilarang oleh Allah
Swt. Sebaliknya, Allah mengajarkan kita agar bisa hidup hemat, sederhana, dan
peduli kepada orang lain dengan cara suka berderma. Dengan tindakan mulia
seperti ini, harta yang kita miliki akan menjadi lebih bermakna bagi diri kita
sendiri dan bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sungguh indah ajaran
Islam. Oleh karena itu, mari kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita dapat menerapkan pola hidup hemat mulai dari hal-hal yang sederhana
dan mudah, seperti hemat dalam menggunakan air dan listrik. Tampaknya kedua hal
ini sangat sepele, tetapi dampaknya sangat luar biasa. Boros listrik dapat
mengakibatkan krisis energi, sedangkan boros air dapat mengakibatkan krisis
air. Sungguh kehidupan kita menjadi sangat terganggu jika di negeri kita ini
mengalami krisis energi dan air. Kita dapat menghemat penggunaan listrik dengan
cara menggunakan seperlunya, dan mematikannya pada saat tidak diperlukan. Kita
dapat melakukan penghematan air dengan cara menggunakan air secukupnya dan
hemat pada saat kita sedang wudhu , mandi, cuci tangan, mencuci pakaian, dan sebagainya.
Bukankah wudhu itu
merupakan ibadah? Mengapa harus berhemat air? Ternyata pelajaran menghemat air
ini sudah diajarkan oleh Rasulullah saw. Perhatikan kisah berikut ini :
Waktu itu ada seorang sahabat yang
bernama Sa’d sedang berwu«u. Wudunya lama dan menghabiskan banyak
air. Rasulullah melihat hal ini, lalu beliau bertanya, “Mengapa kamu
berlebih-lebihan, Sa’d?”
Sa’d menjawab, “Maaf ya Rasul, apakah kalau wu«u
juga dilarang
berlebih-lebihan?”
Rasul menjelaskan, “Ya, tidak boleh
berlebih-lebihan, meskipun engkau berwu«u
di sungai yang
mengalir sekalipun.”
Sumber
: Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
Teladan Rasulullah dalam berhemat dan mencintai lingkungan ini sungguh
luar biasa. Bila kita dapat meneladaninya, insya Allah lingkungan ini akan
menjadi lestari dan terjaga. Dengan demikian manusia yang menghuni bumi ini
juga akan merasa lebih nyaman karena sikapnya yang ramah terhadap lingkungan.
Contoh lain untuk melatih hidup hemat adalah dengan rajin menabung mulai
sekarang. Dengan menabung kita akan mempunyai tata kelola yang baik dalam
mengatur kondisi keuangan. Di samping itu, menabung dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang. Dampak positif lainnya adalah berhemat
sebagai antisipasi ketika kita membutuhkan biaya yang mendadak atau lumayan
besar. Jika terjadi hal yang demikian, kita tidak perlu berhutang dan tidak
dilanda rasa gelisah. Bukankah perilaku hemat dan hidup sederhana akan membantu
dan meringankan kita di masa depan? Nah, jika sudah tahu akan pentingnya hidup
hemat dan sederhana, langkah terbaik kita adalah segera menerapkan perilaku
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping memberi contoh sifat hemat, Rasulullah Saw juga memberikan
teladan agar kita menjalani hidup dengan kesederhanaan. Rasulullah bukan
seorang yang miskin, namun beliau menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan.
Pernyataan ini sesuai dengan Hadis berikut:
Artinya
: “Dari Abu Umamah ia berkata, “Pada suatu hari di sisinya, sahabat
Rasulullah saw. memperbincangkan tentang dunia, maka Rasulullah
bersabda: “Tidakkah kalian mendengar? Tidakkah kalian mendengar?
Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari
iman. Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman.”
Maksudnya adalah berpakaian apa adanya dan pantas.” (H.R. Abu Dawud)
Kisah
Teladan
Fatimah
az-Zahra, Putri Rasulullah Saw yang Sederhana
Fatimah az-Zahra adalah putri ke-4 dari Rasulullah saw. Fatimah
merupakan buah pernikahan beliau dengan Khadijah binti Khuwailid. Fatimah
dilahirkan pada saat Rasulullah Saw berusia 35 tahun. Dengan demikian Fatimah
berusia sekitar 15 tahun ketika terjadi peristiwa hijrah ke Madinah.
Fatimah menikah dengan Sayyidina Ali r.a., seorang pemuda yang sangat sederhana.
Pernikahannya juga dilakukan dengan penuh kesederhanaan. Meskipun Fatimah
mengetahui bahwa ayahandanya adalah orang yang sangat terpandang dan
pemimpimpin kaum muslimin, dia ikhlas dinikahkan dengan acara prosesi
pernikahan yang teramat sederhana.
Setelah menikah kehidupannya pun berjalan dalam suasana yang amat
sederhana. Pernah suatu hari, Rasulullah Saw datang berkunjung ke rumahnya. Fatimah
tampak sangat letih mengurus keperluan rumah tangga. Ia lalu meceritakan
keadaan hidupnya itu kepada Rasulullah saw. Betapa dirinya sangat letih
bekerja, mengangkat air, memasak serta merawat anakanak. Dia berharap agar
Rasulullah dapat menyampaikan kepada suaminya, Sayidina Ali. Fatimah meminta
kalau mungkin boleh disediakan untuknya seorang pembantu rumah tangga.
Rasulullah Saw merasa terharu terhadap permintaan anaknya itu. Namun,
Rasulullah Saw memberi nasihat agar Fatimah ikhlas menjalani kehidupannya
seperti ini.
Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Fatimah az-Zahra sangat rajin bersedekah.
Tidak sanggup hatinya untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang
kelaparan. Dia tidak rela hidup senang di kala orang lain menderita. Bahkan,
dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa
memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri sering kelaparan. Sungguh Sayidina
Ali r.a dikaruniai istri yang sangat salihah. Jiwa Fatimah sangat sesuai dengan
kepribadian Sayidina Ali r.a. Sang suami juga seorang yang pemurah hatinya dan
sederhana hidupnya.
Sayyidina Ali r.a merupakan orang kepercayaan Rasulullah saw.
Sayyidina Ali r.a sangat sering ditugasi oleh Rasulullah Saw pergi jauh untuk
kepentingan dakwah Islam. Dengan demikian, Fatimah sering ditinggal oleh
suaminya yang pergi berbulan-bulan lamanya. Namun dia tetap ikhlas dengan
keberadaan suaminya tersebut. Fatimah mempuyai prinsip, bahwa pada saat
berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan untuk mendekatkan diri kepada
Allah Swt untuk beribadah dan mendoakan suami yang ia sayangi. Subhanallah...
Sumber
: Ensiklopedi Biografi Nabi Muhammad saw. dan Tokoh-tokoh Besar Islam
Rangkuman
1. Rendah hati disebut juga dengan tawadu’. Pengertian tawadu’ adalah sikap
diri yang tidak merasa lebih dari orang lain. Orang yang tawadu’ berkeyakinan bahwa semua kelebihan yang ada dalam dirinya sematamata
merupakan karunia dari Allah Swt.
2. Orang yang rendah hati disukai oleh banyak orang dan memiliki banyak
kawan. Biasanya orang yang demikian akan lebih dekat dengan kesuksesan.
3. Hemat dan sederhana akan membuat kehidupan manusia menjadi lebih
tenang dan tenteram.
4. Berfoya-foya dan menghambur-hamburkan harta, itu adalah pemborosan
yang merupakan bagian dari perbuatan setan.
5. Hukum bacaan mad dibagi menjadi 2, yaitu: mad tabi’i /mad asli dan mad
far’i/ mad turunan.
6. Yang termasuk mad far’i diantaranya adalah: mad wajib muttasil, mad
jaiz munfasil, mad aridl, dan mad iwad
Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII Revisi 2017 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment