Pernahkah
kamu melihat orang yang sedang menanam pohon? Orang yang menanam pohon mangga
tentu berharap kelak akan memanen buah mangga. Mereka yang menanam padi
berharap akan memanen padi, demikian juga yang menanam jagung, sagu, atau
sorgum tentu berharap akan memanen jagung, sagu, atau sorgum. Seperti itu pula
kehidupan kita di dunia ini. Kita diperintahkan untuk menanam kebaikan
sebanyak-banyaknya, agar kelak di akhirat dapat menuai atau memanen pahala atas
tanaman kebaikan itu.
Hal
ini sangat sesuai dengan pesan Rasulullah saw. bahwa kehidupan di dunia
merupakan ladang untuk menanam. Kalau yang kita tanam adalah kebaikan, kelak di
akhirat kita akan memanen kebaikan. Sebaliknya, jika yang kita tanam adalah
keburukan, kelak yang akan kita panen adalah keburukan yang telah kita perbuat.
Marilah
kita merenung sejenak, pada hakikatnya hidup di dunia ini hanyalah sebentar dan
sementara. Tidak ada orang yang akan hidup selamanya di dunia, bukan? Sayang
sekali jika kesempatan yang tidak lama ini tidak kita manfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk mencari bekal kehidupan di akhirat kelak. Banyak sekali
orang yang menunda-nunda untukberamal baik dengan alasan masih banyak waktu.
Para remaja menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya. Para pemuda menggunakan
waktunya hanya dengan bersenang-senang. Mereka lupa bahwa kematian dapat datang
secara tiba-tiba tanpa pernah diduga sama sekali. Begitu kematian telah datang,
habislah kesempatan kita untuk menanam kebaikan.
Oleh
karena itu, janganlah membuang waktu lagi. Marilah kita perbanyak amal kebaikan
dan hentikan kebiasaan buruk untuk menggapai kehidupan akhirat yang lebih baik.
Mutiara Khasanah Islam
1.
Pengertian Hari Akhir dan Macam-Macam Kiamat
Beriman
kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Umat Islam
harus percaya dan yakin bahwa hari akhir itu pasti akan datang. Kelak manusia
akan dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima pengadilan Allah Swt.
Perhatikan firman Allah Swt.
berikut:
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لا رَيْبَ فِيهَا
وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (٧)
Artinya:
“Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya;
dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang
di dalam kubur” (Q.S. al-Hajj/22:7)
Iman
kepada hari akhir adalah meyakini bahwa seluruh alam termasuk dunia dan
seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya
terompet Malaikat Israfil. Dijelaskan bahwa pada hari itu, daratan, lautan dan
benda-benda di langit porak-poranda. Gununggunung
meletus,
hancur, dan berhamburan. Lautan meluap dan menumpahkan seluruh isinya.
Benda-benda yang ada di langit bergerak tanpa kendali. Bintang, planet, dan
bulan saling bertabrakan.
Seluruh
manusia menjadi panik. Mereka berlari pontang-panting dan tidak sempat
mengenali lagi sanak saudaranya. Semua ingin menyelamatkan diri, namun akhirnya
semuanya mati, hancur, dan
menghadap
Ilahi. Tidak hanya manusia yang mati, seluruh tumbuhan, hewan, kuman, bakteri,
virus, jin, dan syaitan juga mengalami kematian. Mahabesar Allah atas segala
kuasa-Nya.
Para
ulama mengelompokkan kiamat menjadi dua macam, yaitu: Kiamat
Sugra dan Kiamat Kubra
a.
Kiamat Sugra(kiamat
kecil), yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia. Misalnya:
matinya seseorang karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami, banjir, tanah
longsor, dan sebagainya.
b.
Kiamat Kubra
(kiamat besar), yaitu terjadinya
kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta. Dunia porakporanda, rusak,
dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru, yakni alam
akhirat. Kiamat Kubra ini
dialami oleh seluruh makhluk hidup di
jagad raya tanpa terkecuali. Kejadian ini terjadi secara menyeluruh sehingga
dapat dibayangkan bahwa suasana saat itu sangat mencekam dan luar biasa
dahsyatnya. Jika itu sudah dikehendaki oleh Allah Swt., Sang Pencipta, tidak
ada yang bisa menghalangi kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Peristiwa
kiamat kecil berupa kematian sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Kiamat kecil itu merupakan akhir dari kehidupan orang-orang yang mengalaminya.
Bagi orang yang masih hidup, hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga
bahwa pada saatnya, kita juga akan mengalaminya. Kiamat Kubra memang belum terjadi. Peristiwanya hanya
dapat diketahui melalui keterangan dan berita dari Allah Swt. dan Rasulullah
saw.
2.
Kejadian Kiamat Kubra
Kejadian
mengenai hari kiamat digambarkan oleh Allah Swt. begitu dahsyat, sebagaimana
tertuang dalam Q.S. al-Qāri’ah/101:4-5 berikut
ini:
يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ
الْمَبْثُوثِ (٤)وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ (٥)
Artinya:
“Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan. Dan gunung-gunung
seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (Q.S. al-Qāri’ah/101:4-5)
Di
dalam Q.S. Az-Zalzalah/99:1-2, Allah
Swt. juga berfirman:
إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ زِلْزَالَهَا
(١)وَأَخْرَجَتِ الأرْضُ أَثْقَالَهَا (٢)
Artinya:
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan
bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)
nya,” (Q.S. Az-Zalzalah/99:1-2)
Kiamat
Kubra memang
belum terjadi sehingga tak seorang pun mengetahui peristiwa yang sebenarnya.
Namun, kita mengetahuinya dari firman Allah Swt. dan Hadis Nabi saw. Adapun
kejadian Kiamat Kubra digambarkan
oleh Allah Swt. sebagai berikut:
a.
Malaikat Israfil meniup sangkakala untuk yang pertama kali. Semua makhluk akan
mati, kecuali yang dikehendaki hidup oleh Allah Swt.
Firman
Allah dalam Q.S. az-Zumar/39:68:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ
أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (٦٨)
Artinya:
“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang
di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah.
...” (Q.S. az-Zumar/39:68)
b.
Langit menjadi terpecah-belah, matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan,
lautan meluap dan menjadi panas, gunung-gunung seperti bulu yang berhamburan,
dan manusia seperti anai-anai beterbangan.
Firman
Allah Swt. dalam Q.S. al-Muzammil/73:18:
السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ
مَفْعُولا (١٨)
Artinya:
“Langit terbelah pada hari itu, janji Allah pasti terlaksana.” (Q.S.
al-Muzammil/73:18)
Setelah
peristiwa kiamat yang maha dahsyat itu, semua manusia akan mati dan mengalami
proses kehidupan di alam akhirat sebagai berikut.
1)
Alam Barzakh (Yaumul
Barzakh)
Alam
barzakh yang
dikenal dengan alam kubur yang merupakan pintu gerbang menuju akhirat atau
batas antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam kubur, manusia akan bertemu,
ditanyai, dan diperiksa oleh malaikat Munkar dan Nakir tentang segala amal
perbuatannya ketika menjalani kehidupan di dunia.
Perhatikan
kisah kehidupan di alam kubur yang diceritakan oleh Nabi Muhammad saw. berikut
ini.
Beda Orang Mukmin dan Kafir di Alam Kubur
Nabi
Muhammad saw. pernah masuk ke sebuah kebun milik Bani Najjar, lalu mendengar
suara hingga beliau khawatir. Beliau bertanya: “Siapa yang dikubur ini?” Para
sahabat menjawab, “Wahai
Rasulullah,
orang-orang yang mati pada masa Jahiliyah.” Beliau berkata, “Berlindunglah kamu
kepada Allah dari siksa neraka dan fitnah Dajjal.”
Para
sahabat merasa heran, lalu mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, memang kenapa,
apa yang terjadi, ya Rasul?”
Beliau
menjawab, “Seorang mukmin jika telah diletakkan dalam kuburnya, maka seorang
malaikat akan datang kepadanya seraya berkata, “Apa yang kamu sembah?” Jika
Allah memberinya petunjuk, maka ia akan menjawab, “Aku menyembah Allah.” Lalu
ditanyakan kepadanya, “Apa yang kau katakan tentang pria ini (Muhammad)?” Lalu ia
menjawab, “Dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Orang tersebut tidak ditanya
kecuali pertanyaan yang tadi.
Lalu
ia dibawa menuju rumah yang disediakan untuknya di dalam neraka, dikatakan
kepadanya, “Lihatlah, ini adalah rumah yang semula disediakan untukmu di
neraka, tetapi Allah telah melindungi dan memberimu rahmat, lalu Allah
menggantikan rumahmu di surga.” Lakilaki mukmin itu pun berkata, “Biarkanlah
aku mengabarkan berita baik ini kepada keluargaku di dunia,” Lalu dikatakan
kepadanya, “Tenangkan dirimu dan tinggallah di situ.”
Bila
seorang kafir telah diletakkan dalam kuburnya, seorang malaikat akan datang
kepadanya seraya bertanya, “Siapa yang kamu sembah?” Ia lalu menjawab, “Aku
tidak tahu.” Lalu, dikatakan kepadanya, “Engkau tidak tahu tapi tidak mau
membaca!”
Lalu
malaikat berkata, “Apa yang kamu katakan tentang pria ini (Muhammad)?” Ia lalu
menjawab, “Aku mengatakan ia manusia biasa, bukan utusan Allah Swt.”
Malaikat
itu lalu memukulnya dengan palu besi antara dua telinganya hingga ia melolong
dan menjerit kesakitan dengan jeritan yang dapat didengar oleh semua makhluk
kecuali jin dan manusia.
Sumber: Kitab Hadis Sunan Abu Dawud
2)
Yaumul Ba’a¡
Pernahkan
kamu melihat benih kecil yang tumbuh di atas tanah? Begitulah kelak Allah Swt.
akan membangkitkan kembali seluruh manusia yang telah mati dari alam kubur.
Peristiwa itu dinamakan yaumul ba’a¡. Yaumul ba’a¡ adalah hari dibangkitkannya manusia
dari alam kubur untuk diarahkan menuju padang mahsyar. Kebangkitan manusia ini
akan terjadi setelah ditiupkan sangkakala yang kedua oleh Malaikat Israfil.
Seluruh manusia mulai zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir bangkit dari
kubur. Adapun keadaan mereka bermacammacam sesuai dengan amal perbuatan mereka
pada waktu hidup di dunia. Firman Allah Swt.:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ
الأجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (٥١)
Artinya:
“Lalu ditiuplah sangkakala (yang kedua kalinya), maka seketika
itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup),
menuju kepada Tuhannya”. (Q.S. Yāsin/36:51)
Karena
kesombongannya, sebagian orang tidak mau percaya tentang kejadian hari akhir.
Orang-orang seperti ini kelak akan tercengang, menyesal, malu, lantas
menundukkan kepala mereka dengan lesu. Mereka merasa kebingungan dan sangat
panik karena
tidak
pernah menduga hal semacam ini akan terjadi. Orang-orang yang ingkar semacam
ini diibaratkan Allah Swt. seperti belalang yang beterbangan ke sana kemari
karena cemas, panik, dan bingung. Pandangan mereka tertunduk dan ketika mereka
keluar dari kuburan, mereka panik seperti belalang yang beterbangan serta
meloncat dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.
Rasulullah
saw. secara lebih jelas menceritakan kisah yang akan terjadi kelak di hari
kebangkitan seperti berikut ini:
اَخْبَرَنَابَهْزُبْنُ
حَكِيْمٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّكُمْ مَحْشُوْرُوْنَ رِجَالًا وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ
عَلٰى وُجُوْهِهِمْ (رواه الترمذي)
Artinya:
“Telah menceritakan kepada Bahz bin Hakim dari bapaknya dari
kakeknya, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
kamu akan dikumpulkan (pada hari kiamat) ada yang berjalan, berkendaraan, dan akan
diseret di atas wajah
kamu.” (H.R. Tirmidzi)
3)
Yaumul Hasyr atau Yaumul Mahsyar
Bacalah
sepenggal kisah mengenai peristiwa Yaumul Mahsyar yang
disampaikan oleh Rasulullah saw. berikut ini.
Percakapan Rasulullah saw. dengan
Istri Beliau Aisyah
Aisyah
bertanya kepada Rasulullah saw. ;
“Wahai
Rasulullah, bagaimanakah keadaan manusia ketika mereka di Padang Mahsyar?”
Beliau menjawab: “Mereka tidak berpakaian sama sekali.”
Selanjutnya,
Aisyah bertanya; “Begitu juga dengan para wanita?”
Beliau
menjawab: “Ya, begitu juga dengan para wanita.”
Aisyah
melanjutkan pertanyaannya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka tidak merasa malu?”
Beliau
menjawab: “Wahai Aisyah, perkara dan masalah yang mereka hadapi pada hari itu
jauh lebih penting daripada hanya sekadar saling pandang di antara sesama
mereka.”
Sumber: Kitab Hadis Sunan Ibnu Majah
Yaumul أasyr atau Yaumul
Mahsyar adalah hari dikumpulkannya seluruh manusia
yang telah dibangkitkan dari kuburnya, di sebuah padang yang sangat luas
bernama Padang Mahsyar. Di Padang Mahsyar keadaan manusia sangat susah, tidak
ada yang dapat menolong, kecuali hanya pertolongan yang datangnya dari Allah
Swt. bagi orangorang yang dikehendaki-Nya.
Pada
Yaumul Mahsyar pula,
manusia menerima catatan amalnya selama hidup di dunia, baik amal yang buruk
maupun amal yang baik. Seluruhnya tercatat secara rinci. Orang yang beriman dan
beramal saleh merasa gembira melihat catatan amalnya. Sebaliknya, orang yang
berbuat jahat dan kerusakan ketika hidup di dunia akan menerima catatan amalnya
dengan perasaan sedih serta penuh dengan penyesalan.
Penyesalan
hanyalah tinggal penyesalan karena segalanya sudah terjadi. Pada hari itu,
orang yang tidak beriman sungguh telah putus harapannya karena pertolongan
Allah Swt. sudah tidak mungkin lagi datang kepadanya. Sebaliknya bagi
orang-orang yang beriman penantiannya di Padang Mahsyar adalah penantian yang
penuh harapan akan pertolongan Allah Swt.
Ketika
seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, mereka menunggu pengadilan dari Allah
Swt. Bagaimana gambaran Padang Mahsyar? Padang Mahsyar digambarkan oleh
Rasulullah saw. sebagai tanah lapang berwarna putih bersih dan tidak ada tempat
untuk berteduh maupun pepohonan.
Di
Padang Mahsyar inilah Allah Swt. akan mengadili manusia dengan seadil-adilnya,
sebagaimana firman Allah Swt.:
وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا
وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
بِالْحَقِّ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (٦٩)
Artinya:
“Dan bumi (Padang Mahsyar) menjadi terang benderang dengan
cahaya (keadilan) Tuhannya; dan buku-buku (perhitungan perbuatan
mereka) diberikan (kepada masingmasing), nabi-nabi dan saksi-saksi pun dihadirkan,
lalu diberikan
keputusan di antara mereka secara adil, sedang mereka
tidak dirugikan.(QS. az-Zumar/39:69)
Seluruh
manusia ketika berada di Padang Mahsyar merasa sangat cemas. Orang yang banyak
beramal baik merasa cemas apakah amal kebaikannya diterima Allah Swt.
Sebaliknya, orang yang berbuat jahat merasa cemas dan takut apakah perbuatannya
itu akan diampuni oleh Allah Swt. Pengadilan Allah Swt. di Padang Mahsyar juga
menentukan, apakah manusia akan selamat dan masuk surga dengan penuh kebahagiaan
atau akan masuk neraka.
4) Yaumul Mizan dan Yaumul Hisab
Arti
kata mizan adalah
timbangan, Hisab artinya
perhitungan. Dua istilah ini , yaitu Yaumul Mizan
dan Yaumul Hisab memiliki makna yang hampir sama.
Yaumul
Mizan adalah hari ditimbangnya seluruh amal
baik dan buruk manusia untuk menerima keadilan dan balasannya masing-masing. Yaumul
Mizan disebut juga Yaumul Hisab, yaitu hari diperhitungkannya seluruh
amal perbuatan manusia, baik amal yang baik maupun amal yang buruk. Pada hari
itu, manusia akan menerima balasannya masingmasing berdasarkan keadilan dari
Allah Swt.
Setelah
seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, seluruh
amal perbuatannya selama hidup di dunia akan dihitung atau ditimbang. Bagi mereka
yang timbangan amal baiknya lebih berat akan mendapatkan balasan yang
memuaskan, sedangkan bagi mereka yang timbangan amal baiknya lebih ringan akan
mendapatkan balasan neraka hawiyah, yaitu neraka yang panas.
Firman
Allah Swt. dalam Q.S. az-Zalzalah/99
ayat 7 dan 8
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَرَهُ (٧) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ (٨)
Artinya:
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan
seberat dzarah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Q.S. az-Zalzalah/99:7-8).
Pada
hari perhitungan amal manusia, akan diperlihatkan kepadanya semua perbuatannya
selama hidup di dunia. Ketika ia melihat amal baiknya, dia akan merasa senang.
Sebaliknya, ketika melihat amal buruknya, dia akan menyesal. Firman Allah Swt.:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ
خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا
وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ
بِالْعِبَادِ (٣٠)
Artinya:
“(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan)
atas kebajikan yang telah dikerjakan di hadapkan kepadanya,
begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia
kerjakan...” (Q.S. ‘Ali ‘Imran/3:30)
Rasulullah
saw. menjelaskan bahwa perkara yang pertama kali akan diperhitungkan adalah
salat seseorang. Bila seseorang tidak pernah meninggalkan salat dan salat itu
dilaksanakan dengan khusyu, dia akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Amal
baik dan amal buruk manusia kelak akan ditimbang di neraca keadilan. Inilah
yang disebut dengan Yaumul Mizan.
Yaumul Mizan
merupakan hari ditimbangnya amal
perbuatan manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar. Seluruhnya akan
terlihat dan tidak ada yang luput dari perhitungan. Perbuatan baik meskipun
hanya seberat zarrah akan ada balasannya, begitu pula perbuatan jahat walaupun seberat
zarrah juga akan ada balasannya.
Berbahagialah
orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka akan mendapatkan timbangan
yang berat untuk amal salehnya dan mereka juga akan memperoleh kebahagiaan di
akhirat.
Di
akhirat, sebaliknya, orang yang selalu berbuat kejahatan tentunya akan
mendapati timbangan amal buruknya sangat berat. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menyatakan betapa meruginya
orang
yang ketika di dunia selalu berbuat jahat. Mereka kelak di akhirat akan
mendapatkan siksaan yang amat berat di neraka sebagai balasan atas perbuatan
jahatnya itu.
5)
Surga dan Neraka
Allah
Swt. memiliki sifat Yang Maha Adil, karena seluruh perbuatan manusia akan
diadili. Seluruh amal baik dan amal buruk manusia akan mendapatkan balasannya.
Tidak ada satu perbuatan pun yang luput dari keadilan Allah Swt.
Sebaliknya,
orang yang selalu berbuat kejahatan tentunya akan mendapati timbangan amal
buruknya sangat berat. Banyak sekali ayat al-Qur’an
yang menyatakan betapa susahnya
seseorang yang ketika di dunia selalu berbuat jahat. Mereka kelak di akhirat
akan mendapatkan siksaan yang amat berat di neraka sebagai balasan atas
perbuatan jahatnya itu.
Balasan
terhadap amal buruk yang dilakukan ketika hidup di dunia ditimpakan setelah
dilakukan penimbangan seberapa berat kejahatan dan keburukan yang telah
dilakukannya. Kemudian, mereka akan mendapatkan balasannya berupa siksa di
neraka.
a)
Surga sebagai Balasan Amal Baik
Seluruh
perbuatan baik manusia telah diperhitungkan pada saat Yaumul
Hisab.
Perbuatan baik itu akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt. Tidak
ada sedikit pun perbuatan baik yang tidak mendapatkan balasan. Balasan Allah
Swt. terhadap perbuatan baik tentu balasan yang sangat menyenangkan dan memuaskan.
Balasan
yang memuaskan itu berupa surga yang di dalamnya penuh kenikmatan yang melebihi
kenikmatan dunia. Ungkapan kenikmatan itu difirmankan Allah Swt.:
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي
شُغُلٍ فَاكِهُونَ (٥٥)هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلالٍ عَلَى الأرَائِكِ
مُتَّكِئُونَ (٥٦)لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ (٥٧)سَلامٌ
قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ (٥٨)
Artinya:
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenangsenang dalam
kesibukan (mereka). Mereka dan pasanganpasangannya berada
dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka
memperoleh buahbuahan
dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan. (Kepada
mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari
Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Q.S. Yāsin/36:55-58)
b)
Neraka sebagai Balasan Amal Buruk
Setiap
perbuatan buruk manusia juga akan menerima balasannya. Perbuatan buruk sekecil
apapun akan menerima balasannya, yakni neraka yang di dalamnya ada api yang
sangat panas.
Di
neraka itulah, balasan orang yang banyak melakukan dosa, takabur, sombong, dan
terlebih tidak melaksanakan perintah Allah Swt. Mereka di neraka susah payah
mendapatkan makan dan minum, mereka diberi minuman yang panas dan makanan dari pohon
berduri.
Firman
Allah Swt.:
لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلا مِنْ ضَرِيعٍ (٦)
لا
يُسْمِنُ وَلا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ (٧)
Artinya:
”Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang
berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar.” (Q.S. al-Gāsyiyah/88:6-7)
Para
penghuni neraka tidak akan merasa aman atau menyenangkan sebab selalu diliputi
angin dan air yang panas.
Firman
Allah Swt.:
فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ (٤٢)
وَظِلٍّ
مِنْ يَحْمُومٍ (٤٣) لا بَارِدٍ وَلا كَرِيمٍ (٤٤)
Artinya:
“(Mereka) dalam siksaan angin yang sangat panas dan
air yang mendidih dan naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.” (Q.S.
al-Wāqi’ah/56:42-44)
Begitulah
gambaran betapa pedih dan beratnya siksaan yang diterima bagi mereka yang
ringan timbangan amal kebaikan mereka. Hal ini merupakan balasan yang setimpal
dari perbuatan yang dilakukan semasa hidup di dunia.
Kisah Teladan
Penasaran dengan Calon Penghuni Surga
Di
salah satu sudut Masjid Nabawi, terdapat satu ruang yang kini digunakan sebagai
ruangan khidmat. Dahulu di tempat itulah, Rasulullah saw. senantiasa berkumpul bermusyawarah
bersama
para
sahabatnya. Di sana, beliau memberi tausiyah
Suatu
ketika, saat Rasulullah saw. memberikan tausiyahnya, tiba-tiba beliau berucap,
“Sebentar lagi akan datang seorang pemuda ahli surga.”
Para
sahabat pun saling bertatapan, di sana ada Abu Bakar Ash Shiddiq, Usman bin
Affan, Umar bin Khattab, dan beberapa sahabat lainnya. Tak lama kemudian,
datanglah seorang pemuda yang sederhana. Pakaian pemuda itu sederhana,
penampilannya sederhana, wajahnya masih basah dengan air wudhu. Tangan kirinya
menenteng sandalnya yang sederhana pula.
Pada
kesempatan yang lain, ketika Rasulullah saw. berkumpul dengan para sahabatnya,
beliau pun berucap, “Sebentar lagi kamu akan melihat seorang pemuda ahli
surga.” Dan pemuda sederhana itu datang lagi, dengan keadaan yang masih tetap
sama, sederhana.
Para
sahabat yang berkumpul pun terheran-heran, siapa gerangan pemuda sederhana itu?
Bahkan hingga ketiga kalinya Rasulullah mengatakan hal yang serupa. Bahwa
pemuda sederhana itu adalah seorang ahli surga.
Seorang
sahabat, Abdullah bin Amru bin Ash merasa penasaran. Amalan apa yang
dimilikinya sampai-sampai Rasul menyebutnya pemuda ahli surga? Maka, Abdullah
berusaha mencari tahu. Ia meminta izin kepada ayahnya untuk menginap beberapa malam
di kediaman si pemuda tersebut. Si pemuda pun mengizinkan. Dan mulai saat itu,
Abdullah mengamati setiap amalan pemuda tersebut.
Malam
pertama, ketika Abdullah bangun untuk tahajud, pemuda tersebut masih terlelap hingga
datang waktu shubuh. Ba’da shubuh, ia membaca al-Qur’An.
Diamatinya bacaan pemuda tersebut yang masih terbata-bata, dan tidak begitu fasih.
Ketika
masuk waktu Dhuha,
Abdullah bergegas menunaikan salat Dhuha,
sementara pemuda itu tidak.
Keesokannya,
Abdullah kembali mengamati amalan pemuda tersebut. Malam tanpa tahajjud, ketika
membaca al-Qur’an terbata-bata
dan tidak begitu fasih, serta di pagi harinya tidak salat Dhuha.
Begitu
pun di hari ketiga, amalan pemuda itu masih tetap sama. Bahkan di hari itu,
Abdullah berpuasa sunnah, sedangkan pemuda itu tidak.
Abdullah
pun makin heran dengan ucapan Rasulullah saw. Tidak ada yang istimewa dari
amalan pemuda itu, tetapi beliau menyebutnya sebagai
pemuda
ahli surga. Hingga Abdullah pun langsung mengungkapkan keheranannya pada pemuda
itu.
“Wahai
Saudaraku, sesungguhnya Rasulullah saw. menyebut-nyebut engkau sebagai pemuda
ahli surga. Tetapi setelah aku amati, tidak ada amalan istimewa yang engkau
amalkan. engkau tidak tahajjud, bacaanmu pun tidak begitu fasih, pagi hari pun
kau lalui tanpa salat dhuha,
bahkan puasa sunnah pun tidak. Lalu, amal apa yang engkau miliki sehingga Rasul
menyebutmu sebagai ahli surga?”
“Saudaraku,
aku memang belum mampu tahajjud. Bacaanku pun tidak fasih. Aku juga belum mampu
salat «huh±.
Dan aku pun belum mampu untuk melakukan puasa sunnah. Tetapi ketahuilah, sudah
beberapa minggu ini aku berusaha untuk menjaga tiga amalan yang baru mampu aku amalkan.”
“Amalan
apakah itu?”
“Pertama,
aku selalu berusaha jujur, tidak berdusta kepada siapa pun, dan aku juga tidak
pernah merasa iri dengki kepada seseorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan
oleh Allah Swt. kepada seseorang.”
Abdullah
berkata, “Demi Allah...engkau benar-benar ahli surga. Amalan yang engkau sebut
itulah amalan yang paling sulit aku amalkan.”
(Sumber:
Kitab Hadis Musnad Ahmad)
Rangkuman
1.
Beriman kepada hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima.
2.
Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa seluruh alam termasuk dunia dan
seisinya akan mengalami kehancuran ditandai dengan ditiupnya terompet oleh
Malaikat Israfil.
3.
Para ulama mengelompokkan kiamat menjadi dua macam, yaitu kiamat Sugra dan kiamat Kubra.
4.
Setelah kejadian kiamat Kubra yang
sangat dahsyat itu, semua manusia akan mati dan mengalami proses kehidupan di
alam akhirat yaitu: alam Barzakh, Yaumul Ba’ats, Yaumul Hasyr, Yaumul Mizan/Hisab.
5.
Setiap perbuatan baik dan buruk manusia akan menerima balasan dari Allah Swt.
seadil-adilnya.
Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX Revisi 2018 Kemendikbud
)
0 comments:
Post a Comment