Pages

Saturday, 10 April 2021

Meraih Kesuksesan dengan Optimis, Ikhtiar, dan Tawakal

DownloadPAI Kelas 9 BAB 7

Allah Swt. akan menguji hamba-Nya yang beriman untuk mengetahui tingkat kesabarannya. Ujian dari Allah Swt. tersebut bisa berupa sakit, kesusahan, kelaparan, dan sebagainya. Kesabaran seorang hamba dapat dilihat saat menerima ujian tersebut. Jika ia tetap optimis dan bersabar maka Allah Swt. akan memberikan pahala berlipat ganda. Setiap ujian dari Allah Swt. bukan untuk ditakuti, tetapi harus dihadapi dengan sikap terbaik. Sikap terbaik dalam menghadapi ujian tersebut adalah tetap optimis dan sabar. Setiap manusia pasti pernah mengalami kebahagiaan dan kesusahan. Keduanya memang diciptakan Allah Swt. untuk menguji manusia. Cobaan dan ujian yang diberikan Allah Swt. kepada hamba-Nya dapat dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kamu pernah melihat atau mendengar seseorang berputus asa dalam menghadapi persoalan hidup. Mereka merasa tidak mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Pikiran mereka seolah menjadi tumpul dan tidak ada ikhtiar untuk mencari solusi. Banyak diantara mereka yang mengalami depresi, stres, bahkan sampai bunuh diri. Putus asa merupakan perilaku tercela yang harus dihindari. Berputus asa menyebabkan seseorang jauh dari kasih sayang Allah Swt.

Sebagai pelajar tentu kamu mempunyai cita-cita. Apakah kamu optimis cita-cita tersebut dapat tercapai? Sudah seharusnya sikap optimis tertanam dalam diri kamu. Sikap optimis akan menambah semangat dan kekuatan dalam meraih cita-cita. Tidak cukup hanya optimis, harus ada usaha nyata guna meraih cita-cita tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga dan berdoa, pasrahkan hasilnya kepada Allah Swt. Kepasrahan kepada Allah Swt. akan membuat hidup kita tenang dan senantiasa bersyukur. Tidak sedikit orang yang berprasangka buruk kepada Allah Swt. karena cita-cita atau keinginannya tidak tercapai. Allah Swt. Maha Berkehendak. Manusia hanya bisa berusaha, sedangkan Allah Swt. yang menentukan.

Optimis, ikhtiar, dan tawakal merupakan akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap mukmin. Ketiganya menjadi kunci meraih kesuksesan hidup, baik di dunia maupun akhirat. Semua manusia pasti ingin meraih kesuksesan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengamalkan ketiga sifat mulia ini dalam kehidupan sehari-hari.

Mutiara Khasanah Islam

1. Mari Membaca Q.S. Az-Zumar/39:53, Q.S. An-Najm/53:39-42 dan Q.S.‘Ali ‘Imran/3:159

Ayat-ayat berikut ini berisi pesan-pesan mulia terkait dengan optimis, ikhtiar dan tawakal. Bacalah ayat yang mulia ini dengan tartil!

a. Q.S. az-Zumar/39:53

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (٥٣)

b. Q.S. an-Najm/53:39-42

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى (٣٩) وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (٤٠) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى (٤١) وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى (٤٢)

c. Q.S. ‘²li ‘Imran/3:159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)

2. Memahami Hukum Bacaan Qalqalah

a. Qalqalah

Qalqalah berarti memantul/membalik. Dengan demikian bacaan qalqalah adalah bacaan lafas dalam al-Qur'an yang memantul/membalik.

Qalqalah dibagi dua, yaitu :

1) Qalqalah sugra (kecil)

Suatu lafaz dibaca qalqalah sugra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah yang berharakat sukun.

Adapun huruf qalqalah ada 5, yaitu

ق ط ب ج د

Contoh qalqalah sugra:

لَامَقْطُوْعَةٍ

لَمْ يَطْمِثْهُنَّ

2) Qalqalah kubra (besar)

Suatu lafas dibaca qalqalah kubra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah yang berharakat hidup tetapi diwaqafkan (berhenti) sehingga huruf qalqalah tersebut dibaca sukun. Dibanding qalqalah sugra, cara membaca qalqalah kubra memantulnya lebih kuat atau mantap.

Contoh qalqalah kubra:

هثوَ الْغَنِيُّ الْحَمِييْدُ

فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِ

3. Mari Belajar Mengartikan Q.S. Az-Zumar/39:53, Q.S. An-Najm/53:39-42 dan Q.S. ‘ali ‘Imran/3:159

a. Q.S. az-Zumar/39:53

1) Arti per kata (mufradad)

Lafal

Arti

Lafal

Arti

قُلْ

katakanlah

رَحْمَةِ اللهِ

Rahmat

Allah

يٰعِبَادِيَ

wahai hamba hamba-Ku

إِنَّ اللهَ

Sesungguhnya

Allah

الَّذِيْنَ

orangorang

yang

يَغْفِرُ

Dia mengampuni

أَسْرَفُوْا

mereka

melampaui

الذُّنُوْبَ

dosa-dosa

عَلَى

atas

جَمِيْعًا

semuanya

أَنْفُسِهِمْ

diri mereka

sendiri

إِنَّهُ

sungguh

Dia

لَا

jangan

هُوَ

Dia

تَقْنَطُوْا

Kalian berputus asa

الْغَفُوْرُ

Maha

Pengampun

مِنْ

dari

الرَّحِيْمُ

Maha

Penyayang

2) Terjemah:

“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosadosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”

b. Q.S. an-Najm/53:39-42

1) Arti per kata (mufradad)

Lafal

Arti

Lafal

Arti

وَأَنْ

dan bahwa

يُرٰى

diperlihatkan

لَيْسَ

tidak

ثُمَّ

kemudian

لِلإنْسَانِ

bagi manusia

يُجْزَاهُ

diberi balasan

kepadanya

اِلَّا

kecuali /

selain

الْجَزَاءَ

balasan

 

مَا

apa yang

الأوْفَى

cukup /

sempurna

سَعَى

ia

usahakan

وَأَنَّ

dan

bahwa

وَأَنَّ

dan bahwasanya

اِلٰى

epada

سَعْيَهُ

usahanya

رَبِّكَ

Tuhan

kamu

سَوْفَ

kelak/bakal

الْمُنْتَهَى

akhir tujuan /

kesudahan

2) Terjemah:

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu).”

c. Q.S. ‘ali ‘Imran/3:159

1) Arti per kata (mufradad)

Lafal

Arti

Lafal

Arti

فَبِمَا

maka

dengan

عَنْهُمْ

dari

mereka

رَحْمَةٍ

rahmat

وَاسْتَغْفِرْ

dan mohonkan

ampun

مِّنَ

dari

لَهُمْ

bagi

mereka

اللهِ

Allah

وَشَاوِرْهُمْ

dan

bermusyawa-rahlah

dengan mereka

لِنْتَ

kamu

lembut

فِي

dalam

لَهُمْ

bagi

mereka

الأمْرِ

urusan

itu

وَلَوْ

dan

sekiranya

فَإِذَا

maka

apabila

كُنْتَ

kamu

adalah

عَزَمْتَ

kamu

membulatkan

tekad

فَظًّا

kamu

adalah

فَتَوَكَّلْ

maka bertawakallah

غَلِيْظَ

kasar

عَلَى

atas/

kepada

الْقَلْبِ

hati

اللهِ

Allah

لَانْفَضُّوْا

tentu

mereka akan

menjauhkan diri

إِنَّ

sesungguhnya

مِنْ

dari

اللهَ

Allah

حَوْلِكَ

sekeliling

kamu

يُحِبُّ

Dia

menyukai

فَاعْفُ

maka

maafkanlah

الْمُتَوَكِّلِينَ

orang-orang yang

bertawakal

2) Terjemah:

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah

kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”

4. Memahami Kandungan Q.S. Az-Zumar/39:53, Q.S. An-Najm/53:39-42 dan Q.S. ‘ali ‘Imran/3:159

a. Q.S. az-Zumar/39:53

Di dalam ayat ini, Allah Swt. menyeru hamba-hamba-Nya yang melampaui batas agar tidak berputus asa dari rahmat Allah Swt. Perbuatan yang melampaui batas artinya adalah perbuatan dosa, perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah Swt. Hukum dan ketentuan Allah sudah tertulis di dalam al-Qur’ān dan al-Hadis. Jadi, setiap perbuatan yang bertentangan dengan al-Qur’ān dan al-Hadisadalah perbuatan melampaui batas atau perbuatan dosa. Dosa kecil ataupun dosa besar yang pernah dilakukan seseorang harus segera dimintakan ampunan (maghfirah) kepada Allah Swt. Allah Swt. memiliki sifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Allah Swt. akan mengampuni semua dosa asalkan hamba-Nya mau bertobat. Artinya memohon ampunan kepada Allah Swt. Tobat juga mengandung pengertian menyesali perbuatan dosa dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, serta mengikutinya dengan kebajikan. Tobat yang demikian disebut tobat nasμ¥a (tobat yang sebenar-benarnya).

Allah Swt. telah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa beristighfar. Mengapa demikian? Karena bisa jadi kita ini melakukan dosa yang tidak disengaja, baik kepada sesama manusia maupun kepada Allah Swt. Dosa kepada Allah Swt. bisa diampuni dengan cara membaca kalimat istighfar. Namun, dosa kepada sesama manusia tidak cukup hanya dengan membaca istighfar. Di samping istighfar, harus ada permintaan maaf kepada orang yang bersangkutan.

Berputus asa dari rahmat Allah Swt. termasuk sikap tercela. Sebagai seorang mukmin, kita harus selalu optimis akan mendapat rahmat Allah Swt. Rahmat Allah Swt. akan diberikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada-Nya. Setiap manusia pasti pernah melakukan dosa dan salah, kecuali para nabi dan rasul. Dosa dan kesalahan tersebut jangan sampai membuat kita putus asa dari rahmat Allah Swt.

Setan akan selalu menggoda orang beriman supaya terjerumus ke dalam dosa. Setelah terjerumus ke dalam dosa, setan akan menanamkan sifat putus asa dalam diri manusia. Orang-orang yang berdosa akan merasa hina di hadapan sesama manusia dan di hadapan Allah. Kemudian, ia akan larut dalam kesedihan. Setelah larut dalam kesedihan, setan akan membisikkan ke dalam hati manusia bahwa Allah Swt. tidak mungkin memberi ampunan karena dosa-dosanya sangat besar. Pada akhirnya, manusia akan putus asa dari rahmat Allah. Mari kita perhatikan firman Allah Swt. dalam Q.S. Yusuf/12 ayat 87 berikut ini:

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (٨٧)

Artinya: “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf /12:87)

Q.S. Yusuf /12:87 di atas juga menegaskan larangan berputus asa dari rahmat Allah. Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat optimis dalam menghadapi hidup ini. Setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan hidup. Kesulitan tersebut bukan untuk ditakuti tetapi untuk dicarikan solusi terbaik. Jika sifat optimis ini sudah tertanam dalam diri kita, maka kesuksesan hidup akan mudah diraih.

Rasulullah saw. dalam sebuah hadisnya juga melarang berputus asa. Perhatikan nasihat Rasulullah saw. kepada dua orang pemuda berikut ini

Pada suatu hari, ada dua orang pemuda menemui Nabi saw. Saat itu, Nabi Muhammad sedang memperbaiki sesuatu atau sedang membangun suatu bangunan. Kedua pemuda itu berkeluh kesah kepada Nabi saw. Ketika Nabi saw. selesai dengan pekerjaan tersebut, beliau memanggil kedua pemuda itu dan bersabda, “Janganlah kamu berputus asa dari kebaikan, selama kepala kamu masih bisa bergerak. Manusia itu dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah, tidak memiliki suatu apa pun, lalu Allah ‘Azzawajalla memberinya rezeki.”

Sumber: Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad

b. Q.S. an-Najm/53:39-42

Melalui ayat ini, Allah Swt. berjanji akan memberi balasan sempurna kepada orang yang mau berusaha keras. Setiap usaha atau ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan hidup hendaknya diawali dengan niat karena Allah Swt. semata. Seorang pedagang menjajakan dagangannya di pasar dengan penuh harap akan mendapatkan rezeki banyak. Petani mencangkul di sawah berharap hasil panennya melimpah. Tukang becak mengayuh becaknya sekuat tenaga untuk mengantarkan penumpang menuju tujuan. Karyawan bekerja di kantor agar pekerjaannya segera selesai. Pedagang, petani, tukang becak, karyawan atau profesi lainnya, bekerja sesuai keahliannya masing-masing. Mereka bekerja keras mencari nafkah, tanpa mau berpangku tangan. Mereka enggan dikasihani dan tidak mau menjadi beban orang lain. Sungguh, mereka adalah orang-orang mulia karena telah bekerja keras menafkahi keluarga dengan cara halal.

Allah Swt. akan mengaruniakan pahala berlipat ganda kepada mereka. Pahala tersebut akan menjadi bekal meraih kebahagiaan di akhirat. Amal saleh yang telah mereka lakukan akan dibalas dengan surga. Surga merupakan balasan sempurna dari Allah Swt. bagi hambahamba-Nya yang saleh.

Untuk meraih surga, seorang hamba perlu ikhtiar sekuat tenaga. Di antaranya melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Salat, zakat, puasa, dan ibadah lainnya juga merupakan sarana meraih surga. Ibadah-ibadah tersebut harus dikerjakan dengan penuh ikhlas dan sungguh-sungguh. Bagi hamba yang beribadah sekadarnya saja, dia akan dibalas oleh Allah Swt. sesuai usahanya itu. Demikian pula dalam urusan duniawi, setiap manusia akan mendapatkan sesuai hasil usahanya. Manusia harus bekerja keras agar hidup berkecukupan. Jika ingin meraih juara, ia harus rajin belajar, berlatih, dan berdoa. Jika ingin menang dalam pertandingan olahraga, ia harus latihan keras dan disiplin.

Demikian pula kamu, jika ingin meraih cita-cita, kamu harus berikhtiar sekuat tenaga dan berdoa kepada Allah Swt. Segala usaha kamu dalam meraih cita-cita akan bernilai ibadah jika niatnya lurus

karena Allah Swt. Dengan ikhtiar sekuat tenaga dan niat yang benar, serta berdoa kepada Allah Swt., kesuksesan hidup akan mudah dicapai.

Sandi, Anak Manja dan Dimanja

(Sebuah ilustrasi)

Sandi mengeluh kepada ayahnya karena tugas dari gurunya dirasakan sulit. “Ayah, bantu saya mengerjakan tugas ini!“ Sandi meminta bantuan ayahnya. “Iya, sini ayah bantu, Sandi,” ayahnya segera mengabulkan permintaan Sandi. Tidak kali ini saja, keluh kesah Sandi terdengar hampir tiap hari. Ayah dan ibunya amat menyayanginya karena dia anak tunggal. Oleh karena itu, semua permintaan Sandi dipenuhi oleh orang tuanya. Kasih sayang orang tuanya boleh dikatakan melebihi batas wajar. Pembantu di rumahnya juga ikut membantu Sandi dalam menyiapkan peralatan sekolahnya. Ia tidak pernah mengalami kesulitan apa pun termasuk keuangan.

Alat tulis, buku, dan perlengkapan sekolah lainnya sudah disiapkan pembantunya tiap pagi. Ia tinggal berangkat ke sekolah tanpa perlu repot ini dan itu. Ke sekolah pun ia diantar jemput oleh sopir pribadinya. Sandi juga sama sekali tidak pernah mencuci dan menyetrika pakaiannya termasuk seragam sekolah, sebab semuanya dikerjakan oleh pembantunya.

Suatu ketika, perusahaan milik orang tua Sandi mengalami kebangkrutan karena krisis ekonomi global. Kini, mereka bukan lagi keluarga kaya. Hidup mereka seadanya dan sangat jauh berubah. Sandi yang terbiasa hidup serbaenak, serbamudah kini merasa sangat tertekan. Ia sering termenung, seperti orang gelisah karena permintaan-permintaannya sulit dipenuhi oleh orang tuanya. Orang tuanya menyesal karena telah mendidik Sandi dengan cara kurang tepat. Sejak kecil, mereka memanjakan Sandi, mereka tidak mengira kejadiannya akan seperti ini.

c. Q.S. ‘ali ‘Imran/3:159

Ayat ini mengandung pesanpesan mulia bagi umat Nabi Muhammad saw. Melalui ayat ini Allah Swt. menyatakan bahwa Rasulullah saw. memiliki kepribadian yang lemah lembut, santun, dan berbudi pekerti luhur. Akhlak mulia Rasulullah saw. tersebut merupakan rahmat dari Allah Swt. Rahmat Allah Swt. merupakan karunia sangat berharga bagi kehidupan seorang manusia. Kita harus berusaha dan berdoa supaya mendapat rahmat dari Allah Swt. Usaha-usaha untuk mendapatkan rahmat Allah Swt. di antaranya dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Rasulullah saw. tidak bersikap keras dan tidak berhati kasar kepada orang-orang di sekeliling-nya. Jika Rasulullah saw. bersikap keras dan berhati kasar tentu orang-orang di sekeliling-nya akan menjauhkan diri. Pada dasarnya, setiap orang ingin diperlakukan lemah lembut dan dihargai pendapatnya. Sikap keras dan kasar kepada orang lain hanya akan menyemai permusuhan. Padahal, Islam mengajarkan kasih sayang kepada sesama. Sikap santun, dan lemah lembut seperti ini harus ditunjukkan dalam pergaulan sehari-hari. Akhlak mulia seperti ini akan menarik simpati orang lain sehingga mereka makin dekat dan akrab dengan kita.

Melalui ayat ini, Allah Swt. memerintahkan Rasulullah saw. untuk memaafkan dan memohonkan ampun atas dosa dan kesalahan orang lain, terutama sahabat-sahabat Rasulullah saw. Demikian pula dengan kita, sebelum seseorang meminta maaf kepada kita, hendaknya kita memberi maaf terlebih dahulu. Dengan saling memaafkan, hidup menjadi tenang, harmonis dan tercipta kerukunan. Lebih dari itu, ayat ini juga memerintahkan untuk mendoakan orang lain agar mendapat ampunan dari Allah Swt. Berdoa kepada Allah Swt. merupakan inti ibadah dalam Islam. Melalui doa, kita meminta segala sesuatu kepada Allah Swt. Kita berharap Allah Swt. mengabulkan semua doa kita. Islam mengajarkan untuk mendoakan orang lain, bukan hanya berdoa untuk diri sendiri. Di antara doa terbaik untuk orang lain adalah berdoa agar Allah Swt. mengampuni semua dosa dan kesalahannya.

Rasulullah saw. adalah manusia paling sempurna di muka bumi dan tentu bisa menyelesaikan semua masalah dengan petunjuk Allah Swt. Meski demikian, Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para sahabat untuk menyelesaikan masalah. Rasulullah saw.mengajak para sahabat untuk ikut memikirkan solusi atas masalah yang dihadapi ketika itu. Musyawawah bertujuan mencari solusi terbaik atas sebuah masalah. Agar tujuan ini tercapai, perlu dijunjung tinggi etika bermusyawarah. Etika tersebut di antaranya bersikap lemah lembut, santun dalam berpendapat, menghargai pendapat orang lain, dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Jika hasil musyawarah sudah diputuskan, semua harus menerima dan melaksanakannya. Hasil musyawarah dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan bertawakal kepada Allah Swt. Allah Swt. mencintai orang-orang yang bertawakal. Tawakal artinya menyerahkan hasil usaha kepada Allah Swt. Manusia wajib berusaha sekuat tenaga, setelah itu, pasrahkan hasilnya kepada Allah Swt.

Berkaitan dengan tawakal, ada kisah menarik dalam sebuah hadis. Berikut ini adalah kisahnya:

Kisah Teladan

Kisah Burung Elang Jadi Ayam

Dikisahkan ada seorang petani yang menemukan sebutir telur elang. Ketika sampai di rumah, ia menempatkan telur itu bersama telur-telur ayam yang sedang dierami induknya. Setelah menetas, anak elang itu pun tumbuh dan berkembang dalam pengasuhan induk ayam. Ia pun berperilaku persis seperti anak ayam karena mengira dirinya memang anak ayam.

Suatu hari, ketika anak elang itu bermain-main dengan ayam-ayam lain, ia menyaksikan beberapa ekor elang terbang dengan gagah. Mereka melayang-layang tinggi di udara dan sesekali menukik indah. Anak elang ini pun berangan-angan bisa terbang tinggi di langit seperti elang-elang itu.

“Wow, luar biasa! Siapakah mereka?” katanya dengan penuh kekaguman.

“Itu burung elang, raja segala burung,” sahut ayam di sekitarnya. “Wah, kalau kita bisa terbang, pasti hebat seperti mereka.”

Para ayam menyahut, “Ah, jangan mimpi kamu. Mereka itu makhluk angkasa, sedangkan kita hanya makhluk bumi, kita hanyalah seekor ayam. Mana mungkin bisa terbang seperti mereka? Sudahlah, tidak usah berkhayal.”

Setelah kejadian tersebut, anak elang itu pun tidak lagi memiliki angan-angan bisa terbang tinggi. Singkat cerita, anak elang itu pun makan, minum, serta menjalani kehidupan seperti ayam. Akhirnya, dia mati sebagai seekor ayam.

Sumber: 110 Hikmah untuk Setiap Muslim

Rangkuman

1. Bacaan qalqalah adalah bacaan lafaz dalam Al-Qura'n yang memantul/ membalik.

2. Huruf qalqalah ada 5, yaitu: ق ط ب ج د

3. Qalqalah ada dua macam, yaitu qalqalah sugra dan kubra.

4. Suatu lafaz dibaca qalqalah sugra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah yang berharakat sukun.

5. Suatu lafaz dibaca qalqalah kubra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah yang berharakat hidup tetapi diwaqafkan (berhenti) sehingga huruf qalqalah tersebut dibaca sukun.

6. Dalam Q.S. az-Zumar/39:53, Allah Swt. menyeru hamba-hamba-Nya yang melampaui batas agar tidak berputus asa dari rahmat Allah Swt.

7. Dalam Q.S. an-Najm/53:39-42 Allah Swt. berjanji akan memberi balasan sempurna kepada orang yang mau berusaha keras.

8. Q.S. ²li ‘Imr±n/3:159 berisi perintah Allah Swt. untuk berlaku lemah lembut, memaafkan kesalahan orang lain, memohonkan ampun untuk orang lain, bermusyawarah, dan bertawakal kepada Allah Swt.

Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX Revisi 2018 Kemendikbud )

0 comments:

Post a Comment