Allah
Swt. akan menguji hamba-Nya yang beriman untuk mengetahui tingkat kesabarannya.
Ujian dari Allah Swt. tersebut bisa berupa sakit, kesusahan, kelaparan, dan
sebagainya. Kesabaran seorang hamba dapat dilihat saat menerima ujian tersebut.
Jika ia tetap optimis dan bersabar maka Allah Swt. akan memberikan pahala
berlipat ganda. Setiap ujian dari Allah Swt. bukan untuk ditakuti, tetapi harus
dihadapi dengan sikap terbaik. Sikap terbaik dalam menghadapi ujian tersebut
adalah tetap optimis dan sabar. Setiap manusia pasti pernah mengalami
kebahagiaan dan kesusahan. Keduanya memang diciptakan Allah Swt. untuk menguji
manusia. Cobaan dan ujian yang diberikan Allah Swt. kepada hamba-Nya dapat
dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam
kehidupan sehari-hari, tentu kamu pernah melihat atau mendengar seseorang
berputus asa dalam menghadapi persoalan hidup. Mereka merasa tidak mampu
menyelesaikan persoalan tersebut. Pikiran mereka seolah menjadi tumpul dan
tidak ada ikhtiar untuk mencari solusi. Banyak diantara mereka yang mengalami
depresi, stres, bahkan sampai bunuh diri. Putus asa merupakan perilaku tercela
yang harus dihindari. Berputus asa menyebabkan seseorang jauh dari kasih sayang
Allah Swt.
Sebagai
pelajar tentu kamu mempunyai cita-cita. Apakah kamu optimis cita-cita tersebut
dapat tercapai? Sudah seharusnya sikap optimis tertanam dalam diri kamu. Sikap
optimis akan menambah semangat dan kekuatan dalam meraih cita-cita. Tidak cukup
hanya optimis, harus ada usaha nyata guna meraih cita-cita tersebut. Setelah
berusaha sekuat tenaga dan berdoa, pasrahkan hasilnya kepada Allah Swt.
Kepasrahan kepada Allah Swt. akan membuat hidup kita tenang dan senantiasa
bersyukur. Tidak sedikit orang yang berprasangka buruk kepada Allah Swt. karena
cita-cita atau keinginannya tidak tercapai. Allah Swt. Maha Berkehendak.
Manusia hanya bisa berusaha, sedangkan Allah Swt. yang menentukan.
Optimis,
ikhtiar, dan tawakal merupakan akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap
mukmin. Ketiganya menjadi kunci meraih kesuksesan hidup, baik di dunia maupun
akhirat. Semua manusia pasti ingin meraih kesuksesan tersebut. Oleh karena itu,
penting bagi kamu untuk mengamalkan ketiga sifat mulia ini dalam kehidupan
sehari-hari.
Mutiara Khasanah Islam
1.
Mari Membaca Q.S. Az-Zumar/39:53,
Q.S. An-Najm/53:39-42 dan
Q.S.‘Ali ‘Imran/3:159
Ayat-ayat
berikut ini berisi pesan-pesan mulia terkait dengan optimis, ikhtiar dan
tawakal. Bacalah ayat yang mulia ini dengan tartil!
a.
Q.S. az-Zumar/39:53
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (٥٣)
b.
Q.S. an-Najm/53:39-42
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى (٣٩)
وَأَنَّ
سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (٤٠) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى
(٤١) وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى (٤٢)
c.
Q.S. ‘²li ‘Imran/3:159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
2.
Memahami Hukum Bacaan Qalqalah
a.
Qalqalah
Qalqalah
berarti memantul/membalik. Dengan demikian bacaan qalqalah adalah bacaan lafas
dalam al-Qur'an yang memantul/membalik.
Qalqalah
dibagi dua, yaitu :
1)
Qalqalah sugra (kecil)
Suatu
lafaz dibaca qalqalah sugra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah yang
berharakat sukun.
Adapun
huruf qalqalah ada 5, yaitu
ق
ط ب ج د
Contoh
qalqalah sugra:
لَامَقْطُوْعَةٍ
لَمْ
يَطْمِثْهُنَّ
2)
Qalqalah kubra (besar)
Suatu
lafas dibaca qalqalah kubra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah yang
berharakat hidup tetapi diwaqafkan (berhenti) sehingga huruf qalqalah tersebut dibaca
sukun. Dibanding qalqalah sugra, cara membaca qalqalah kubra memantulnya lebih
kuat atau mantap.
Contoh
qalqalah kubra:
هثوَ
الْغَنِيُّ الْحَمِييْدُ
فِى
الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِ
3.
Mari Belajar Mengartikan Q.S. Az-Zumar/39:53,
Q.S. An-Najm/53:39-42
dan Q.S.
‘ali ‘Imran/3:159
a.
Q.S. az-Zumar/39:53
1)
Arti per kata (mufradad)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
قُلْ |
katakanlah |
رَحْمَةِ
اللهِ |
Rahmat Allah |
يٰعِبَادِيَ |
wahai
hamba hamba-Ku |
إِنَّ
اللهَ |
Sesungguhnya Allah |
الَّذِيْنَ |
orangorang yang |
يَغْفِرُ |
Dia
mengampuni |
أَسْرَفُوْا |
mereka melampaui |
الذُّنُوْبَ |
dosa-dosa |
عَلَى |
atas |
جَمِيْعًا |
semuanya |
أَنْفُسِهِمْ |
diri
mereka sendiri |
إِنَّهُ |
sungguh Dia |
لَا |
jangan |
هُوَ |
Dia |
تَقْنَطُوْا |
Kalian
berputus asa |
الْغَفُوْرُ |
Maha Pengampun |
مِنْ |
dari |
الرَّحِيْمُ |
Maha Penyayang |
2)
Terjemah:
“Katakanlah,
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosadosa semuanya.
Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”
b.
Q.S. an-Najm/53:39-42
1)
Arti per kata (mufradad)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
وَأَنْ |
dan
bahwa |
يُرٰى |
diperlihatkan |
لَيْسَ |
tidak |
ثُمَّ |
kemudian |
لِلإنْسَانِ |
bagi
manusia |
يُجْزَاهُ |
diberi
balasan kepadanya |
اِلَّا |
kecuali
/ selain |
الْجَزَاءَ |
balasan
|
مَا
|
apa
yang |
الأوْفَى |
cukup
/ sempurna |
سَعَى |
ia usahakan |
وَأَنَّ |
dan bahwa |
وَأَنَّ |
dan
bahwasanya |
اِلٰى |
epada |
سَعْيَهُ |
usahanya |
رَبِّكَ |
Tuhan kamu |
سَوْفَ |
kelak/bakal |
الْمُنْتَهَى |
akhir
tujuan / kesudahan |
2)
Terjemah:
“Dan
bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.
Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan
diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna. Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah
kesudahannya (segala sesuatu).”
c.
Q.S. ‘ali ‘Imran/3:159
1)
Arti per kata (mufradad)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
فَبِمَا |
maka dengan |
عَنْهُمْ |
dari mereka |
رَحْمَةٍ |
rahmat |
وَاسْتَغْفِرْ |
dan
mohonkan ampun |
مِّنَ |
dari |
لَهُمْ |
bagi mereka |
اللهِ |
Allah |
وَشَاوِرْهُمْ |
dan bermusyawa-rahlah dengan
mereka |
لِنْتَ |
kamu lembut |
فِي |
dalam |
لَهُمْ |
bagi mereka |
الأمْرِ |
urusan itu |
وَلَوْ |
dan sekiranya |
فَإِذَا |
maka apabila |
كُنْتَ |
kamu adalah |
عَزَمْتَ |
kamu membulatkan tekad |
فَظًّا |
kamu adalah |
فَتَوَكَّلْ |
maka
bertawakallah |
غَلِيْظَ |
kasar |
عَلَى |
atas/ kepada |
الْقَلْبِ |
hati |
اللهِ |
Allah |
لَانْفَضُّوْا |
tentu mereka
akan menjauhkan
diri |
إِنَّ |
sesungguhnya |
مِنْ |
dari |
اللهَ |
Allah |
حَوْلِكَ |
sekeliling kamu |
يُحِبُّ |
Dia menyukai |
فَاعْفُ |
maka maafkanlah |
الْمُتَوَكِّلِينَ |
orang-orang
yang bertawakal |
2)
Terjemah:
“Maka
berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah
kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
4.
Memahami Kandungan Q.S. Az-Zumar/39:53,
Q.S. An-Najm/53:39-42
dan Q.S.
‘ali ‘Imran/3:159
a.
Q.S. az-Zumar/39:53
Di
dalam ayat ini, Allah Swt. menyeru hamba-hamba-Nya yang melampaui batas agar
tidak berputus asa dari rahmat Allah Swt. Perbuatan yang melampaui batas
artinya adalah perbuatan dosa, perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah Swt.
Hukum dan ketentuan Allah sudah tertulis di dalam al-Qur’ān
dan al-Hadis. Jadi, setiap perbuatan
yang bertentangan dengan al-Qur’ān dan
al-Hadisadalah perbuatan melampaui batas atau
perbuatan dosa. Dosa kecil ataupun dosa besar yang pernah dilakukan seseorang
harus segera dimintakan ampunan (maghfirah) kepada Allah Swt.
Allah Swt. memiliki sifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Allah
Swt. akan mengampuni semua dosa asalkan hamba-Nya mau bertobat. Artinya memohon
ampunan kepada Allah Swt. Tobat juga mengandung pengertian menyesali perbuatan
dosa dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, serta mengikutinya dengan
kebajikan. Tobat yang demikian disebut tobat nasμ¥a (tobat
yang sebenar-benarnya).
Allah
Swt. telah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa beristighfar. Mengapa
demikian? Karena bisa jadi kita ini melakukan dosa yang tidak disengaja, baik
kepada sesama manusia maupun kepada Allah Swt. Dosa kepada Allah Swt. bisa
diampuni dengan cara membaca kalimat istighfar. Namun, dosa kepada sesama
manusia tidak cukup hanya dengan membaca istighfar. Di samping istighfar, harus
ada permintaan maaf kepada orang yang bersangkutan.
Berputus
asa dari rahmat Allah Swt. termasuk sikap tercela. Sebagai seorang mukmin, kita
harus selalu optimis akan mendapat rahmat Allah Swt. Rahmat Allah Swt. akan
diberikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada-Nya.
Setiap manusia pasti pernah melakukan dosa dan salah, kecuali para nabi dan
rasul. Dosa dan kesalahan tersebut jangan sampai membuat kita putus asa dari
rahmat Allah Swt.
Setan
akan selalu menggoda orang beriman supaya terjerumus ke dalam dosa. Setelah
terjerumus ke dalam dosa, setan akan menanamkan sifat putus asa dalam diri
manusia. Orang-orang yang berdosa akan merasa hina di hadapan sesama manusia
dan di hadapan Allah. Kemudian, ia akan larut dalam kesedihan. Setelah larut
dalam kesedihan, setan akan membisikkan ke dalam hati manusia bahwa Allah Swt.
tidak mungkin memberi ampunan karena dosa-dosanya sangat besar. Pada akhirnya,
manusia akan putus asa dari rahmat Allah. Mari kita perhatikan firman Allah
Swt. dalam Q.S. Yusuf/12
ayat 87 berikut
ini:
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ
يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (٨٧)
Artinya:
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S.
Yusuf
/12:87)
Q.S.
Yusuf
/12:87 di atas juga menegaskan larangan berputus
asa dari rahmat Allah. Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat optimis dalam
menghadapi hidup ini. Setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan hidup.
Kesulitan tersebut bukan untuk ditakuti tetapi untuk dicarikan solusi terbaik.
Jika sifat optimis ini sudah tertanam dalam diri kita, maka kesuksesan hidup
akan mudah diraih.
Rasulullah
saw. dalam sebuah hadisnya juga melarang berputus asa. Perhatikan nasihat
Rasulullah saw. kepada dua orang pemuda berikut ini
Pada
suatu hari, ada dua orang pemuda menemui Nabi saw. Saat itu, Nabi Muhammad
sedang memperbaiki sesuatu atau sedang membangun suatu bangunan. Kedua pemuda
itu berkeluh kesah kepada Nabi saw. Ketika Nabi saw. selesai dengan pekerjaan
tersebut, beliau memanggil kedua pemuda itu dan bersabda, “Janganlah kamu
berputus asa dari kebaikan, selama kepala kamu masih bisa bergerak. Manusia itu
dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah, tidak memiliki suatu apa pun, lalu Allah
‘Azzawajalla memberinya rezeki.”
Sumber:
Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad
b.
Q.S. an-Najm/53:39-42
Melalui
ayat ini, Allah Swt. berjanji akan memberi balasan sempurna kepada orang yang
mau berusaha keras. Setiap usaha atau ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan hidup
hendaknya diawali dengan niat karena Allah Swt. semata. Seorang pedagang
menjajakan dagangannya di pasar dengan penuh harap akan mendapatkan rezeki
banyak. Petani mencangkul di sawah berharap hasil panennya melimpah. Tukang
becak mengayuh becaknya sekuat tenaga untuk mengantarkan penumpang menuju
tujuan. Karyawan bekerja di kantor agar pekerjaannya segera selesai. Pedagang,
petani, tukang becak, karyawan atau profesi lainnya, bekerja sesuai keahliannya
masing-masing. Mereka bekerja keras mencari nafkah, tanpa mau berpangku tangan.
Mereka enggan dikasihani dan tidak mau menjadi beban orang lain. Sungguh,
mereka adalah orang-orang mulia karena telah bekerja keras menafkahi keluarga
dengan cara halal.
Allah
Swt. akan mengaruniakan pahala berlipat ganda kepada mereka. Pahala tersebut
akan menjadi bekal meraih kebahagiaan di akhirat. Amal saleh yang telah mereka
lakukan akan dibalas dengan surga. Surga merupakan balasan sempurna dari Allah
Swt. bagi hambahamba-Nya yang saleh.
Untuk
meraih surga, seorang hamba perlu ikhtiar sekuat tenaga. Di antaranya
melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Salat, zakat,
puasa, dan ibadah lainnya juga merupakan sarana meraih surga. Ibadah-ibadah
tersebut harus dikerjakan dengan penuh ikhlas dan sungguh-sungguh. Bagi hamba
yang beribadah sekadarnya saja, dia akan dibalas oleh Allah Swt. sesuai
usahanya itu. Demikian pula dalam urusan duniawi, setiap manusia akan
mendapatkan sesuai hasil usahanya. Manusia harus bekerja keras agar hidup
berkecukupan. Jika ingin meraih juara, ia harus rajin belajar, berlatih, dan
berdoa. Jika ingin menang dalam pertandingan olahraga, ia harus latihan keras
dan disiplin.
Demikian
pula kamu, jika ingin meraih cita-cita, kamu harus berikhtiar sekuat tenaga dan
berdoa kepada Allah Swt. Segala usaha kamu dalam meraih cita-cita akan bernilai
ibadah jika niatnya lurus
karena
Allah Swt. Dengan ikhtiar sekuat tenaga dan niat yang benar, serta berdoa
kepada Allah Swt., kesuksesan hidup akan mudah dicapai.
Sandi, Anak Manja dan Dimanja
(Sebuah ilustrasi)
Sandi
mengeluh kepada ayahnya karena tugas dari gurunya dirasakan sulit. “Ayah, bantu
saya mengerjakan tugas ini!“ Sandi meminta bantuan ayahnya. “Iya, sini ayah
bantu, Sandi,” ayahnya segera mengabulkan permintaan Sandi. Tidak kali ini
saja, keluh kesah Sandi terdengar hampir tiap hari. Ayah dan ibunya amat
menyayanginya karena dia anak tunggal. Oleh karena itu, semua permintaan Sandi
dipenuhi oleh orang tuanya. Kasih sayang orang tuanya boleh dikatakan melebihi
batas wajar. Pembantu di rumahnya juga ikut membantu Sandi dalam menyiapkan peralatan
sekolahnya. Ia tidak pernah mengalami kesulitan apa pun termasuk keuangan.
Alat
tulis, buku, dan perlengkapan sekolah lainnya sudah disiapkan pembantunya tiap
pagi. Ia tinggal berangkat ke sekolah tanpa perlu repot ini dan itu. Ke sekolah
pun ia diantar jemput oleh sopir pribadinya. Sandi juga sama sekali tidak
pernah mencuci dan menyetrika pakaiannya termasuk seragam sekolah, sebab
semuanya dikerjakan oleh pembantunya.
Suatu
ketika, perusahaan milik orang tua Sandi mengalami kebangkrutan karena krisis
ekonomi global. Kini, mereka bukan lagi keluarga kaya. Hidup mereka seadanya
dan sangat jauh berubah. Sandi yang terbiasa hidup serbaenak, serbamudah kini
merasa sangat tertekan. Ia sering termenung, seperti orang gelisah karena
permintaan-permintaannya sulit dipenuhi oleh orang tuanya. Orang tuanya
menyesal karena telah mendidik Sandi dengan cara kurang tepat. Sejak kecil,
mereka memanjakan Sandi, mereka tidak mengira kejadiannya akan seperti ini.
c.
Q.S. ‘ali ‘Imran/3:159
Ayat
ini mengandung pesanpesan mulia bagi umat Nabi Muhammad saw. Melalui ayat ini Allah
Swt. menyatakan bahwa Rasulullah saw. memiliki kepribadian yang lemah lembut,
santun, dan berbudi pekerti luhur. Akhlak mulia Rasulullah saw. tersebut
merupakan rahmat dari Allah Swt. Rahmat Allah Swt. merupakan karunia sangat berharga
bagi kehidupan seorang manusia. Kita harus berusaha dan berdoa supaya mendapat
rahmat dari Allah Swt. Usaha-usaha untuk mendapatkan rahmat Allah Swt. di
antaranya dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, melaksanakan semua
perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Rasulullah
saw. tidak bersikap keras dan tidak berhati kasar kepada orang-orang di
sekeliling-nya. Jika Rasulullah saw. bersikap keras dan berhati kasar tentu
orang-orang di sekeliling-nya akan menjauhkan diri. Pada dasarnya, setiap orang
ingin diperlakukan lemah lembut dan dihargai pendapatnya. Sikap keras dan kasar
kepada orang lain hanya akan menyemai permusuhan. Padahal, Islam mengajarkan
kasih sayang kepada sesama. Sikap santun, dan lemah lembut seperti ini harus
ditunjukkan dalam pergaulan sehari-hari. Akhlak mulia seperti ini akan menarik
simpati orang lain sehingga mereka makin dekat dan akrab dengan kita.
Melalui
ayat ini, Allah Swt. memerintahkan Rasulullah saw. untuk memaafkan dan
memohonkan ampun atas dosa dan kesalahan orang lain, terutama sahabat-sahabat
Rasulullah saw. Demikian pula dengan kita, sebelum seseorang meminta maaf
kepada kita, hendaknya kita memberi maaf terlebih dahulu. Dengan saling
memaafkan, hidup menjadi tenang, harmonis dan tercipta kerukunan. Lebih dari
itu, ayat ini juga memerintahkan untuk mendoakan orang lain agar mendapat ampunan
dari Allah Swt. Berdoa kepada Allah Swt. merupakan inti ibadah dalam Islam. Melalui
doa, kita meminta segala sesuatu kepada Allah Swt. Kita berharap Allah Swt.
mengabulkan semua doa kita. Islam mengajarkan untuk mendoakan orang lain, bukan
hanya berdoa untuk diri sendiri. Di antara doa terbaik untuk orang lain adalah
berdoa agar Allah Swt. mengampuni semua dosa dan kesalahannya.
Rasulullah
saw. adalah manusia paling sempurna di muka bumi dan tentu bisa menyelesaikan
semua masalah dengan petunjuk Allah Swt. Meski demikian, Rasulullah saw.
bermusyawarah dengan para sahabat untuk menyelesaikan masalah. Rasulullah
saw.mengajak para sahabat untuk ikut memikirkan solusi atas masalah yang
dihadapi ketika itu. Musyawawah bertujuan mencari solusi terbaik atas sebuah
masalah. Agar tujuan ini tercapai, perlu dijunjung tinggi etika bermusyawarah. Etika
tersebut di antaranya bersikap lemah lembut, santun dalam berpendapat,
menghargai pendapat orang lain, dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Jika
hasil musyawarah sudah diputuskan, semua harus menerima dan melaksanakannya.
Hasil musyawarah dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan bertawakal kepada
Allah Swt. Allah Swt. mencintai orang-orang yang bertawakal. Tawakal artinya
menyerahkan hasil usaha kepada Allah Swt. Manusia wajib berusaha sekuat tenaga,
setelah itu, pasrahkan hasilnya kepada Allah Swt.
Berkaitan
dengan tawakal, ada kisah menarik dalam sebuah hadis. Berikut ini adalah
kisahnya:
Kisah Teladan
Kisah Burung Elang Jadi Ayam
Dikisahkan
ada seorang petani yang menemukan sebutir telur elang. Ketika sampai di rumah,
ia menempatkan telur itu bersama telur-telur ayam yang sedang dierami induknya.
Setelah menetas, anak elang itu pun tumbuh dan berkembang dalam pengasuhan
induk ayam. Ia pun berperilaku persis seperti anak ayam karena mengira dirinya
memang anak ayam.
Suatu
hari, ketika anak elang itu bermain-main dengan ayam-ayam lain, ia menyaksikan
beberapa ekor elang terbang dengan gagah. Mereka melayang-layang tinggi di
udara dan sesekali menukik indah. Anak elang ini pun berangan-angan bisa
terbang tinggi di langit seperti elang-elang itu.
“Wow,
luar biasa! Siapakah mereka?” katanya dengan penuh kekaguman.
“Itu
burung elang, raja segala burung,” sahut ayam di sekitarnya. “Wah, kalau kita
bisa terbang, pasti hebat seperti mereka.”
Para
ayam menyahut, “Ah, jangan mimpi kamu. Mereka itu makhluk angkasa, sedangkan
kita hanya makhluk bumi, kita hanyalah seekor ayam. Mana mungkin bisa terbang seperti
mereka? Sudahlah, tidak usah berkhayal.”
Setelah
kejadian tersebut, anak elang itu pun tidak lagi memiliki angan-angan bisa
terbang tinggi. Singkat cerita, anak elang itu pun makan, minum, serta
menjalani kehidupan seperti ayam. Akhirnya, dia mati sebagai seekor ayam.
Sumber:
110 Hikmah untuk Setiap Muslim
Rangkuman
1.
Bacaan qalqalah adalah bacaan lafaz dalam Al-Qura'n yang
memantul/ membalik.
2.
Huruf qalqalah ada 5, yaitu: ق ط ب ج د
3.
Qalqalah ada dua macam, yaitu qalqalah sugra dan kubra.
4.
Suatu lafaz dibaca qalqalah sugra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah
yang berharakat sukun.
5.
Suatu lafaz dibaca qalqalah kubra apabila di dalamnya terdapat huruf qalqalah
yang berharakat hidup tetapi diwaqafkan (berhenti) sehingga huruf qalqalah
tersebut dibaca sukun.
6.
Dalam Q.S. az-Zumar/39:53, Allah Swt. menyeru
hamba-hamba-Nya yang melampaui batas agar tidak berputus asa dari rahmat Allah
Swt.
7.
Dalam Q.S. an-Najm/53:39-42 Allah Swt. berjanji
akan memberi balasan sempurna kepada orang yang mau berusaha keras.
8.
Q.S. ²li ‘Imr±n/3:159 berisi perintah Allah
Swt. untuk berlaku lemah lembut, memaafkan kesalahan orang lain, memohonkan
ampun untuk orang lain, bermusyawarah, dan bertawakal kepada Allah Swt.
Sumber
: ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX Revisi 2018 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment