Ingatlah,
bahwa hidup di alam dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan akhirat kekal
selama-lamanya. Allah Swt. memberikan kesempatan kepada manusia untuk
mempersiapkan bekal hidup di akhirat. Tahukah kalian bahwa hidup di dunia
merupakan ladang amal untuk kehidupan akhirat. Sungguh amat disayangkan jika kesempatan
hidup di dunia ini tidak digunakan sebaik-baiknya. Kelak di akhirat mereka akan
menyesal karena tidak menggunakan kesempatan hidup di dunia untuk memperbanyak
amal saleh. Allah Swt. tidak membutuhkan amal saleh dari kita, sebaliknya
kitalah yang membutuhkannya.
Wahai
generasi muslim yang cerdas, setiap amal saleh yang kalian lakukan akan
mendapat balasan berupa pahala dari Allah Swt. Sekecil apapun amal kalian
sungguh Allah Swt. akan membalas dengan seadil-adilnya. Janganlah kalian
meremehkan amal saleh yang kelihatannya kecil dan sederhana seperti tersenyum
saat bertemu dengan teman di sekolah. Sebab nilai amal terletak pada keikhlasannya
bukan banyak atau sedikitnya. Sedangkan yang mengetahui kadar keikhlasan hanya
Allah Swt. semata.
Tanamkanlah
dalam diri kalian semangat untuk beramal saleh. Jadikanlah diri kalian sebagai
pribadi yang berakhlak mulia. Berbaik sangkalah kepada Allah Swt. bahwa Allah Swt.
akan selalu melindungi hamba-hamba-Nya yang saleh. Sudah siapkah kalian selalu
beramal saleh mulai sekarang?
Renungkanlah,
banyak kekacauan dan pertikaian terjadi akibat buruk sangka. Sungguh buruk
sangka adalah perilaku tercela yang harus kita hindari. Berbaik sangka akan
menjadikan hidup kita tenang, nyaman, dan harmonis. Bukankah hal ini impian
setiap orang?. Oleh karena itu, mari kita membiasakan diri berbaik sangka dalam
kehidupan sehari-hari.
Mutiara Khasanah Islam
1. Mari Memahami Amal Saleh
Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan amal saleh? Untuk
mengetahui pengertian amal saleh, perhatikan firman Allah Swt. dalam Q.S. al-‘Ashr/103:
2-3 berikut ini:
إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ (٣)
Artinya
: “ Sungguh manusia berada dalam kerugian (2). Kecuali orangorang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling
menasehati untuk kesabaran (3).” (Q.S. al-‘Ashr/103: 2-3)
Ayat
tersebut menegaskan bahwa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali
yang melakukan empat hal, yaitu :
1)
beriman kepada Allah Swt.
2)
beramal saleh atau amal kebajikan
3)
saling menasihati untuk kebenaran
4)
saling menasihati untuk kesabaran
Kata
amal saleh berasal dari kata “amilus”, yaitu segala perbuatan yang bermanfaat
bagi dirinya atau orang lain, dan sesuai dengan akal rasional, al-Qur’an serta
as-Sunnah. Antara iman dan amal saleh merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisahkan. Seseorang yang beriman tanpa diikuti amal saleh, maka keimanannya
tidak ada artinya. Sebaliknya, amal saleh tanpa didasari iman yang
benar
maka amalnya tidak ada nilainya di hadapan Allah Swt. Keimanan harus dibuktikan
dengan amal saleh dan amal saleh harus dilandasi dengan keimanan yang benar.
Kebalikan
dari amal saleh adalah amal sayyi’ah, yaitu amal yang mendatangkan mudarat baik
bagi pelakunya maupun orang lain. Sungguh rugi seseorang yang berbuat buruk di
dunia ini, padahal dunia ini adalah ladang amal untuk kehidupan akhirat. Setiap
amal baik atau buruk meskipun sangat kecil tetap akan mendapat balasan yang
adil dari Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat
az-Zalzalah/99: 7-8 :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
(٧)وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (٨)
Artinya
: “ maka siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah (biji sawi), niscaya
dia akan melihat (balasan)nya (7). Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah (biji sawi), dia akan melihat (balasan)nya.” (Q.S. az-Zalzalah/99: 7-8)
Suatu
amal saleh akan sah jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a.
Amal saleh dilakukan dengan mengetahui ilmunya.
b.
Amal saleh itu dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah Swt.
c.
Amal saleh itu hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Hadis.
Pernahkah
kalian melihat orang atau temanmu beramal, tetapi sedikit sekali? Janganlah
kalian meremehkannya atau menghina karena sedikit amalnya. Sebab nilai sebuah
amal tidak semata-mata tergantung banyak atau sedikitnya, tetapi juga terletak
pada keikhlasannya. Sedangkan nilai keikhlasan amal seseorang hanya Allah Swt.
yang mengetahui. Allah Swt. mencintai seorang hamba yang beramal secara
terus-menerus meskipun sedikit. Memang yang paling baik adalah beramal banyak
serta ikhlas, dan dilakukan terus menerus. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda :
عَنْ
اَبِى ذَرٍّ جُنْدُبِ بْنِ جُنَادَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالٰى عَنْهُ قَالَ : قَالَ
لِى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: لَاتَحْقِرَنَّ مشنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ اَنْ تَلْقَى اَخَاكَ
بِوَجْهٍ طَلِيْقٍ (رواه مسلم)
Artinya:
“ Dar Abu Dzar Jundub Bin Junadah r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: “janganlah
sekali-kali kamu mencemooh perbuatan baik seberapa pun kecilnya, walaupun
perbuatan baik itu hanya berupa penyambutan terhadap saudaramu dengan muka yang
berseri-seri” (H.R. Muslim)
Wahai
generasi muda Islam, ketahuilah bahwa amal saleh ada tiga macam, yaitu :
1)
Amal saleh terhadap Allah Swt., yaitu menjalankan perintah Allah Swt. dan meninggalkan
larang-Nya. Contohnya adalah salat, zakat, puasa, membaca al-Qur’an dan ibadah
lainnya
2)
Amal saleh terhadap manusia, yaitu menjalankan hak dan kewajiban terhadap
sesama manusia. Contohnya adalah memberikan senyuman, bersikap ramah, bertutur
kata yang santun, dan menolong kaum duafa.
3)
Amal saleh terhadap lingkungan alam yaitu menjaga kelestarianalam contohnya
adalah membuang sampah pada tempatnya, menjagakebersihan mendaur ulang sampah
dan melakukan penghijauan.
Di
samping tiga amal saleh tersebut ada suatu amal kebajikan yang disebut amal
jariyah. Amal jariyah yaitu perbuatan kebajikan yang dilakukan secara ikhlas dengan
mengharapkan rida Allah Swt. dan mendatangkan pahala bagi pelakunya meskipun ia
telah meninggal. Pahala amal jariyah akan terus mengalir selama orang yang
masih hidup masih dapat memanfaatkan hasil kebajikan yang ia tinggalkan di
dunia. Rasulullah s.a.w. bersabda :
عَنْ
اَبِى هُرَبْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اِذَا مَاتَ الْاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ
اِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُوْلَهُ (رواه مسلم)
Artinya
: “dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila
salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya
kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak
shalih yang selalu mendoakannya.” (H.R. Muslim)saudaramu dengan muka yang
berseri-seri” (H.R. Muslim)
2. MANFAAT BERAMAL SALEH
Seseorang
yang beramal saleh akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1)
Diberi ampunan dan pahala yang besar oleh Allah Swt.
Hal
ini sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Maidah/5: 9 yang artinya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (٩)
“Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh,
(bahwa) mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”
2)
Diberi tambahan petunjuk.
Hal
ini sesuai dengan Q.S. Maryam/19: 76 yang artinya:
وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى وَالْبَاقِيَاتُ
الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا (٧٦)
“Dan
Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan
amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih
baik kesudahannya.”
3)
Diberi kehidupan yang baik dan layak.
Hal
ini sesuai dengan Q.S. an-Nahl/16: 97 yang artinya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٩٧)
“Siapa
mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
4)
Dihapuskan dosa-dosanya.
Hal
ini sesuai dengan Q.S. al-Ankabut/29: 7 yang artinya:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ
عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
(٧)
“Dan
orangorang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya
dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan.”
5)
Dijauhkan dari kerugian di dunia dan akhirat.
Hal
ini sesuai dengan Q.S. al-‘Asr/103: 1-3 :
وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
(٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ (٣)
“Demi
masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati
untuk kesabaran.”
3. BERBAIK SANGKA
Berbaik
sangka atau Husnudzon merupakan perilaku terpuji yang harus dimiliki seorang
muslim. Lawan dari husnudzon adalah su’udzon atau buruk sangka. Berburuk sangka
merupakan perilaku tercela yang akan mendatangkan mudarat, baik bagi pelakunya
maupun orang lain. Allah Swt. melarang berburuk sangka, sebagaimana firman-Nya
dalam Q.S. al-Hujurat/49: 12 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا
مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ
بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢)
Artinya
: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha
Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (Q.S. al-Hujurat/49: 12)
Rasulullah
s.a.w. juga melarang berburuk sangka, sebagaimana hadis berikut Ini
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ
الْحَدِيْثِ (رواه البخارى)
Artinya
: “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jauhilah prasangka
buruk karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari)
Wahai
anak yang saleh, marilah kita membiasakan diri berbaik sangka dalam kehidupan
sehari-hari. Apa saja bentuk berbaik sangka itu? Berbaik sangka ada tiga macam,
yaitu :
1)
Berbaik sangka kepada Allah Swt.
Orang
yang berbaik sangka kepada Allah Swt. akan senantiasa bersyukur atas semua
kenikmatan dari-Nya, dan bersabar atas semua cobaan. Mengapa kita harus bersyukur
kepada Allah Swt? Allah Swt. telah memberikan karunia dan kenikmatan yang tidak
ternilai harganya kepada manusia. Maka, sudah seharusnya manusia bersyukur
kepada Allah Swt.
Lalu,
mengapa kita harus bersabar atas semua cobaan ? Allah Swt. memiliki sifat-sifat
sempurna dan tidak mungkin Allah Swt. menghendaki keburukan bagi
hamba-hamba-Nya. Setiap cobaan dan ujian dari Allah Swt. tidak bertujuan
menyakiti hamba-Nya, tetapi untuk menguji ketaatan,keimanan, dan kesabarannya.
2)
Berbaik sangka kepada diri sendiri.
Pernahkah
kalian mengalami kesulitan hidup? Jika pernah, bagaimana cara kalian
menyikapinya? Seseorang yang berbaik sangka kepada diri sendiri akan memiliki
sikap percaya diri, optimis, dan bekerja keras. Sebaliknya, seseorang yang
berburuk sangka kepada diri sendiri, ia akan merasa pesimis, tidak percaya
diri, dan malas berusaha.
3)
Berbaik sangka kepada orang lain.
Sebagai
makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain. Orang lain di sekitar
kita harus diperlakukan secara baik, santun, saling menyayangi, dan
menghormati. Berprasangka baik kepada orang lain akan menumbuhkan keharmonisan
dalam kehidupan masyarakat. Sikap buruk sangka hanya akan memicu perpecahan dan
konflik. Banyak pertikaian dan kerusuhan terjadi karena sikap buruk sangka.
Jika ada isu-isu negatif hendaknya diklarifikasi (tabayyun) terlebih dahulu
agar kita tidak terjerumus kepada sikap curiga dan buruk sangka. Oleh karena
itu, mari kita tumbuhkan prasangka baik kepada keluarga, teman, tetangga, dan
sesama manusia agar hidup kita bahagia dunia sampai akhirat.
4. MANFAAT BAIK SANGKA
Seseorang
yang membiasakan diri berbaik sangka akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1)
Hidup menjadi tenang dan optimis.
Seseorang
yang berbaik sangka kepada Allah Swt. akan senantiasa bersyukur apabila
mendapatkan kenikmatan dan bersabar apabila mendapatkan ujian serta cobaan. Hal
ini akan menjadikan hidupnya tenang dan penuh optimis.
2)
Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan.
3)
Membentuk pribadi yang tangguh
4)
Menjadikan seseorang teguh pendirian sebab tidak mudah menerima pengaruh buruk
dari orang lain
5)
Menjadikan seseorang kreatif
6)
Menyebabkan seseorang tidak mudah putus asa
7)
Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik.
8)
Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
9)
Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.
Kisah
Teladan
Kejujuran Seorang Wanita Salihah
Saat itu
tengah malam di kota Madinah. Kebanyakan warga kota sudah tidur. Umar bin
Khatab r.a. berjalan menyelusuri jalan-jalan di kota. Dia coba untuk tidak
melewatkan satupun dari pengamatannya. Menjelang dini hari, pria ini lelah dan
memutuskan untuk beristirahat. Tanpa sengaja, terdengarlah olehnya percakapan
antara ibu dan anak perempuannya dari dalam rumah dekat dia beristirahat.
“Nak,
campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang ibu. “Jangan
ibu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu yang
dicampur air,” jawab sang anak.
“Tapi
banyak orang melakukannya Nak, campurlah sedikit saja. Yakinlah bahwa Amirul
Mukminin tidak mengetahuinya,” kata sang ibu mencoba meyakinkan anaknya.
“Ibu,
Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rabb dari Amirul Mukminin
pasti melihatnya,” tegas si anak menolak.
Mendengar
percakapan ini, berurailah air mata pria ini. Karena subuh menjelang,
bersegeralah dia ke masjid untuk memimpin salat Subuh. Sesampai di rumah,
dipanggilah anaknya untuk menghadap dan berkata, “Wahai Ashim putra Umar bin
Khattab. Sesungguhnya tadi malam saya mendengar percakapan istimewa. Pergilah
kamu ke rumah si Fulan dan selidikilah keluarganya.” Ashim bin Umar bin Khattab
melaksanakan perintah ayahandanya yang tak lain memang Umar bin Khattab,
Khalifah kedua yang bergelar Amirul Mukminin. Sekembalinya dari penyelidikan,
dia menghadap ayahnya dan mendengar ayahnya berkata,“Pergi dan temuilah mereka.
Lamarlah anak gadisnya itu untuk menjadi isterimu. Aku lihat insya allah ia
akan memberi berkah kepadamu dan anak keturunanmu. Mudah-mudahan pula ia dapat
memberi keturunan yang akan menjadi pemimpin bangsa.”
Begitulah,
menikahlah Ashim bin Umar bin Khattab dengan anak gadis tersebut. Dari
pernikahan ini, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila, yang
nantinya dikenal dengan Ummi Ashim.
Suatu
malam setelah itu, Umar bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat seorang pemuda
dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda
ini memimpin umat Islam seperti dirinya memimpin umat Islam. Mimpi ini
diceritakan hanya kepada keluarganya saja. Saat Umar meninggal, cerita ini
tetap terpendam di antara keluarganya. Ummi Ashim menikah dengan Abdul Aziz bin
Marwan. Abdul Aziz adalah Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin Marwan
(685 – 705 M). Dari pernikahan Ummi Ashim dengan Abdul Aziz bin Marwan lahirlah
Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
(Sumber
: www.kisah.web.id)
Rangkuman
1)
Amal saleh yaitu segala perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya atau orang lain
dan sesuai dengan akal rasional, Al-Qur’an serta As-Sunnah.
2)
Antara iman dan amal saleh merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan.
Seseorang yang beriman tanpa diikuti amal saleh, keimanannya tidak ada artinya.
Sebaliknya, amal saleh tanpa didasari iman yang benar, amalnya tidak ada
nilainya di hadapan Allah Swt..
3)
Sebuah amal saleh akan sah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a)
Amal saleh dilakukan dengan mengetahui ilmunya.
b)
Amal saleh itu dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah Swt.
c)
Amal saleh itu hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits.
4)
Amal saleh ada tiga macam, yaitu :
a)
Amal saleh terhadap Allah Swt.
b)
Amal saleh terhadap manusia
c)
Amal saleh terhadap lingkungan alam
5)
Amal jariyah yaitu perbuatan kebajikan yang dilakukan secara ikhlas dengan mengharapkan
ridha Allah Swt dan mendatangkan pahala bagi pelakunya meskipun ia telah
meninggal.
6)
Amal saleh dan baik sangka akan mendatangkan banyak manfaat bagi pelakunya dan
orang lain.
7)
Berbaik sangka ada tiga macam, yaitu :
a)
Berbaik sangka kepada Allah Swt
b)
Berbaik sangka kepada diri sendiri.
c)
Berbaik sangka kepada orang lain.
amalnya
tidak ada nilainya di hadapan Allah Swt..
8)
Sebuah amal saleh akan sah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a)
Amal saleh dilakukan dengan mengetahui ilmunya.
b)
Amal saleh itu dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah Swt.
c)
Amal saleh itu hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits.
9)
Amal saleh ada tiga macam, yaitu :
a)
Amal saleh terhadap Allah Swt.
b)
Amal saleh terhadap manusia
c)
Amal saleh terhadap lingkungan alam
10)
Amal jariyah yaitu perbuatan kebajikan yang dilakukan secara ikhlas dengan mengharapkan
ridha Allah Swt dan mendatangkan pahala bagi pelakunya meskipun ia telah
meninggal.
11)
Amal saleh dan baik sangka akan mendatangkan banyak manfaat bagi pelakunya dan
orang lain.
12)
Berbaik sangka ada tiga macam, yaitu :
a)
Berbaik sangka kepada Allah SWT.
b)
Berbaik sangka kepada diri sendiri.
c)
Berbaik sangka kepada orang lain.
Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII Revisi 2017 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment