Siapakah
orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita?. Tentu saja orang tua dan guru.
Orang tua telah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada kita sejak didalam
kandungan. Seorang ibu dengan penuh ikhlas merawat calon bayi di dalam
kandungan selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari. Selama masa
kehamilan, seorang ibu mengalamai kondisi payah yang bertambah-bertambah. Meski demikian, tidak ada
keluh kesah terucap dari seorang ibu. Mengapa? Karena semua dijalani dengan
ikhlas dan penuh kasih sayang. Sehingga rasa sakit, payah, letih menjadi terasa
ringan bahkan yang muncul hanya rasa bahagia.
Saat
melahirkan, ibu mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan anaknya. Sungguh tidak
dapat dibayangkan betapa sakitnya saat melahirkan. Namun tidak ada keluh kesah
dari seorang ibu. Tangis haru penuh kebahagiaan seorang ibu mengiringi
kelahiran anaknya. Tidak hanya berhenti disitu, seorang ibu masih harus merawat
bayinya. Menyusui, mengganti popok, memandikan, mencuci pakaian hingga menemami
tidur dilakukan ibu dengan penuh ikhlas. Jika anaknya terbangun pada tengah
malam, ibu akan segera bangun untuk memastikan anaknya dalam keadaan baik.
Demikian
pula seorang ayah, kerja keras tiap hari demi mencukupi kebutuhan hidup isteri
dan anak-anaknya. Seorang ayah dengan setia menemani dan menjaga isterinya
disaat hamil. Ayah juga berperan penting untuk menjaga kestabilan emosi
isterinya. Isteri yang stress saat hamil akan berpengaruh terhadap kesehatan
janin. Tentunya seorang ayah menginginkan isteri dan anak-anaknya tetap sehat.
Demikianlah,
kedua orang tua memiliki jasa sangat besar dalam hidup kita. Berkat keduanya
kita bisa terlahir ke dunia ini. Oleh karena itu kita harus menghormati dan
mematuhi nasihatnya. Semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh berkembang
menjadi anak pintar, cerdas, dan shalih. Wahai generasi muda yang cerdas,
ketahuilah bahwa menghormati dan mematuhi kedua orang tua merupakan kewajiban.
Disamping
orang tua, guru juga mempunyai andil besar dalam mendidik dan mengajarkan
berbagai ilmu kepada kita. Guru adalah orang tua kita di sekolah. Bapak-ibu
guru mengajar dengan ikhlas, memberi motivasi, nasihat dan menjadi teladan
dalam bertutur kata dan berperilaku. Guru juga berjasa dalam menanamkan dan
membiasakan akhlak mulia di sekolah. Atas jasa guru kita bisa membaca dan
memiliki berbagai ilmu pengetahuan. Ilmu ini menjadi bekal kita hidup di dunia
ini. Oleh karena itu hormati dan patuhilah nasihat dari bapak-ibu guru.
Sungguh, memuliakan dan menghormati seorang guru merupakan akhlak terpuji.
Mutiara Khasanah Islam
1. Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua
Islam mengatur hubungan antara orang tua terhadap anak, termasuk
tata cara pergaulannya. Antara orang tua dan anak masing-masing memiliki hak
dan kewajiban yang diatur dalam Islam. Diantara kewajiban orang tua terhadap
anak adalah merawat dan mendidik dengan sebaik-baiknya sesuai syariat Islam.
Proses pendidikan di lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan spiritual anak. Oleh karena itu orang tua harus
memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Dalam ajaran Islam, kedua orang tua memiliki kedudukan yang
tinggi. Setiap anak diwajibkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua
(birrul walidain). Birrul walidain juga diartikan sebagai berbakti kepada kedua
orang tua. Perilaku menghormati dan mematuhi nasihat-nasihatnya termasuk birrul
walidain. Seorang anak wajib menghormati dan mematuhi semua nasihat orang tuanya
selama keduanya tidak memerintahkan kemaksiatan atau kemusyrikan. Bahkan
seorang anak tetap harus menghormati kedua orang tuanya meskipun orang tuanya
kafir.
Kewajiban menghormati dan mematuhi kedua orang tua termaktub di dalam
Al-Qur’an . Ada banyak ayat yang berbicara tentang hal ini, diantaranya
surat An-Nisa/4 ayat 36:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا
فَخُورًا (٣٦)
Artinya
: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
(QS. An-Nisa’/4 : 36)
Dari
ayat di atas dapat diketahui bahwa perintah berbuat baik kepada kedua orang tua
merupakan perintah langsung dari Allah Swt. Perintah berbuat baik kepada kedua
orang tua diletakkan setelah perintah untuk menyembah Allah Swt dan larangan
syirik. Ini menjadi bukti bahwa kedua orang tua menempati kedudukan mulia dalam
pandangan Islam. Maka, sebagai anak kita harus menghormati dan mematuhi nasihat
dan perintah orang tua sebagai wujud bakti kita kepada keduanya. Baik itu orang
tua masih hidup ataupun sudah meninggal dunia.
Berbakti
kepada orang tua merupakan kewajiban ibadah dari Allah Swt bagi hamba-Nya.
Jadi, berbakti kepada orang tua bukan merupakan balasan anak kepada keduanya
karena telah melahirkan, merawat dan mendidik. Mengapa demikian?. Karena jasa
orang tua tidak mungkin bisa dibalas dengan balasan sepadan oleh seorang anak.
Pada usianya yang sudah lanjut, tentu orang tua sangat membutuhkan perhatian
dan kasih sayang kita. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah Saw
bersabda :
“Dia
celaka! Dia celaka! Dia celaka!” lalu beliau ditanya; “Siapakah
yang celaka, ya Rasulullah?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam: “Barang Siapa yang mendapati kedua orang
tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak
berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dengan
sebaik-baiknya).” Sumber : Kitab Hadis Shahih Muslim
Perilaku
durhaka kepada orang tua (uququl walidain) merupakan dosa besar. Seorang anak
yang durhaka kepada orang tua akan sengsara hidupnya, baik di dunia ini maupun
di akhirat kelak. Kepatuhan kepada orang tua merupakan bukti kepatuhan kepada
Allah Swt, dan kedurhakaan kepada orang tua merupakan kedurhakaan kepada Allah
Swt. Ridha Allah Swt bergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah Swt
bergantung pada murka orang tua. Maksudnya, jika orang tua ridha kepada kita
maka Allah Swt juga ridha, demikian pula sebaliknya jika orang tua murka kepada
kita maka Allah Swt juga murka.
Wahai
anak shaleh, tahukah kalian bagaimana cara menghormati dan mematuhi kedua orang
tua ? Jika orang tua masih hidup maka dapat dilakukan dengan cara :
1)
Mendengarkan semua perkataannya dengan penuh rasa hormat dan rendah hati.
Orang
tua akan sangat bahagia jika anak-anaknya mendengarkan nasihat-nasihatnya untuk
kemudian dilaksanakan dalam kehidupan seharihari. Semua orang tua menghendaki
anak-anaknya hidup lebih baik dari dirinya. Sangat tidak sopan dan termasuk
perilaku tercela jika ada anak tidak menghiraukan perkataan dan nasihat dari
orang tua. Saat orang tua berbicara, jangan sekali-kali memotong pembicaraannya
karena bisa menyakiti hatinya.
2)
Membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang dapat meringankan beban orang
tua.
Pekerjaan
rumah selalu ada setiap hari, seolah tiada habisnya. Mulai dari mencuci piring,
mencuci pakaian dan menyetrikanya, membersihkan lantai, merapikan kamar,
menyiram tanaman, membersihkan pekarangan dan lain-lain. Mungkin saja semua
atau sebagian pekerjaan ini ditangani oleh pembantu, sehingga lebih ringan jika
dibanding tanpa pembantu. Lalu bagaimana jika tidak ada pembantu? Apakah semua
pekerjaan ini diselesaikan sendiri oleh orang tua? Sebagai anak shaleh tentu
kalian akan membantu menyelesaikannya supaya beban orang tua menjadi lebih
ringan.
3)
Senantiasa meminta doa restu.
Setiap
aktifitas yang dilakukan anak hendaknya mendapat restu dari orang tua. Doa
restu orang tua akan menjadi modal berharga dalam meraih kesuksesan. Doa ini
menjadi penyempurna ikhtiar yang telah dilakukan anak.
“Tiga
macam doa yang akan di kabulkan dan tidak ada keraguan pada
ketiganya,
yaitu; doa orang yang di dzalimi, doanya orang musafir dan doa orang
tua
kepada anaknya.”
Sumber
: Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
Jika
orang tua sudah meninggal, maka cara menghormati dan mematuhinya adalah sebagai
berikut:
1)
Menyambung tali silaturahim dengan kerabat dan sahabat orang tua.
Seorang
anak harus menjaga hubungan baik dengan keluarga dekat, kerabat, serta sahabat
dekat orang tua. Dengan menjaga tali silaturahmi dengan mereka hakikatnya juga
menjaga silaturahmi dengan orang tua.
2)
Melanjutkan cita-cita orang tua.
Cita-cita
mulia orang tua harus dilanjutkan oleh anak-anaknya. Misalnya, pembangunan
masjid yang dirintis orang tua belum selesai, maka sebagai anak harus
melanjutkan pembangunan masjid tersebut.
3)
Mendoakan ayah dan ibu dengan memintakan ampun kepada Allah Swt.
Doa
anak kepada orang tua akan menjadi ladang pahala yang tiada terputus baginya di
alam kubur. Sebab hanya anak shaleh yang bersedia mendoakan orang tuanya.
2. Hormat Dan Patuh Kepada Guru
Guru
berjasa besar dalam mendidik dan mengajar kita sejak usia dini. Berkat jasa
guru kita bisa membaca, menghitung, menyanyi, dan menguasai berbagai ilmu
pengetahuan. Mereka tak kenal lelah dalam mengajar dan mendidik muridmuridnya. Tidak
hanya itu, guru juga menjadi teladan dalam menanamkan akhlak mulia bagi
murid-muridnya. Guru selalu memberikan motivasi, arahan dan nasihat kepada
murid-muridnya. Harapannya agar semua muridnya menjadi orang sukses.
Tanpa
bimbingan dan didikannya kita tidak akan bisa membedakan antara yang benar dan
salah, mana yang halal dan haram. Jasa guru tidak bisa dinilai dengan materi.
Berkat jasa gurulah kita menjadi orang berilmu. Dengan bekal ilmu kita bisa
menjalani kehidupan dengan tenang dan terarah. Inilah kebaikankebaikan seorang
guru kepada murid-muridnya.
Islam
menempatkan guru pada posisi mulia. Mereka adalah orang tua kita setelah orang
tua kandung. Oleh karena itu, kita harus menghormati dan mematuhinya
sebagaimana yang kita lakukan terhadap orang tua. Hormat dan patuh kepada guru
sangat ditekankan oleh Islam. Setinggi apapun pangkat dan kedudukan seseorang,
dia berhutang budi kepada guru. Bagaimana cara menghormati dan mematuhi guru?.
Menghormati dan mematuhi guru dapat dilakukan dengan cara :
1)
Menyapa dan mengucapkan salam saat bertemu
Saat
bertemu dengan guru, baik disekolah maupun diluar sekolah hendaknya menyapa dan
mengucapkan salam. Ucapan salam ini akan membuat guru senang dan bangga kepada
muridnya.
2)
Mendengarkan dan menyimak dengan baik semua perkataannya
Perkataan
guru pasti mengandung hikmah. Sehingga murid hendaknya mendengarkan dan
menyimak dengan baik
3)
Mengikuti pelajarannya dengan penuh semangat
Seorang
murid memiliki motivasi yang kuat dalam mengikuti pelajaran. Sehingga semua
pelajaran yang diberikan guru akan diikuti dengan penuh semangat.
4)
Memandang guru dengan pandangan penuh rasa hormat (ta’dzim)
Saat
berhadapan dengan guru, seorang murid hendaknya menatap gurunya penuh hormat.
Dan memberikan perhatian terhadap perkataan guru, mencatat jika diperlukan.
5)
Hendaklah duduk dihadapan guru dengan sopan dan tenang
Seorang
murid hendaknya mengambil posisi duduk yang terdekat dengan guru. Dengan posisi
ini seorang murid akan merasa dekat secara emosional dengan gurunya. Penjelasan
guru akan lebih mudah didengar jika posisi duduk murid dekat dengan gurunya.
Imam
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata : “Bila kamu
melihat ada anak muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan
ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya”
Guru
juga berjasa dalam menanamkan akidah Islam yang lurus. Dengan akidah yang
lurus, seseorang akan hidup bahagia dunia hingga akhirat. Dalam ajaran Islam,
guru atau ulama harus dihormati dan dimuliakan. Menghormati, mematuhi dan
memuliakan guru merupakan syarat agar ilmu yang diperoleh bisa bermanfaat bagi
orang lain. Seseorang yang memiliki ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan
pahala sampai hari kiamat.
Cara Imam Syafi’i Menghormati Guru
Imam
Syafi’i pernah membuat rekannya terkagum-kagum karena tiba-tiba saja ia mencium
tangan dan memeluk seorang lelaki tua. Para sahabatnya bertanya-tanya, “Mengapa
seorang imam besar mau mencium tangan seorang laki-laki tua? Padahal masih
banyak ulama yang lebih pantas dicium tangannya daripada dia?”
Imam
Syafi’i menjawab, “Dulu aku pernah bertanya padanya, bagaimana mengetahui
seekor anjing telah mencapai usia balig? Orang tua itu menjawab, “Jika kamu
melihat anjing itu kencing dengan mengangkat sebelah kakinya, maka ia telah
baligh.”
Hanya
ilmu itu yang didapat Imam Syafi’i dari orang tua itu. Namun, sang Imam tak
pernah lupa akan secuil ilmu yang ia dapatkan. Baginya, orang tua itu adalah
guru yang patut dihormati. Sikap sedemikian pulalah yang menjadi salah satu
faktor yang menghantarkan seorang Syafi’i menjadi imam besar.
Rangkuman
1. Setiap anak diwajibkan
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain), baik masih hidup
ataupun sudah meninggal dunia
2. Perilaku menghormati dan
mematuhi nasihat-nasihatnya termasuk birrul walidain
3. Berdasarkan QS. An-Nisa’/4
ayat 36 perintah berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perintah
langsung dari Allah Swt.
4. Seorang murid wajib
menghormati dan mematuhi perintah guru selama tidak melanggar syariat
5. Jasa guru kepada
muridnya tidak bisa diukur dengan materi
Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII Revisi 2017 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment