Allah
Swt. menciptakan segala sesuatu di dunia ini serasi dan berpasangan. Ada siang
dan malam, ada kaya dan miskin, ada sakit dan sehat, demikian seterusnya. Semua
ini merupakan kehendak Allah Swt. agar kehidupan manusia di dunia ini berjalan
harmonis. Tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika semua manusia dalam
keadaan sehat terus-menerus tanpa pernah sakit. Tentu tidak akan pernah ada
rumah sakit, apotek ataupun dokter karena semua manusia sehat. Karena selalu sehat,
manusia berkeyakinan tidak akan pernah mati. Jika hal ini terjadi, sifat
sombong akan melanda semua umat manusia. Jika sudah demikian, kehancuran
kehidupan hanya tinggal menunggu waktu.
Perhatikan
teman-teman sekelasmu, mereka berbeda, bukan? Ada yang bertubuh kurus, ada pula
yang gemuk, ada yang berambut keriting, ada pula yang berambut lurus. Perbedaan
tersebut bukan untuk dijadikan bahan mengolok-olok, tetapi untuk disyukuri dan
diambil hikmahnya. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
tersebut bukan untuk disombongkan dan dipamerkan kepada orang lain, tetapi
digunakan untuk membantu meringankan beban orang lain. Kelemahan dan
keterbatasan jangan sampai membuat rendah diri di hadapan manusia. Karena di
balik kelemahan, pasti ada keistimewaan. Sungguh, Allah Swt. telah menciptakan manusia
dalam bentuk terbaik dari semua makhluk-Nya.
Allah
Swt. menghendaki semua manusia hidup dalam kebaikan dan kebahagiaan. Mustahil
Allah Swt. menghendaki keburukan pada hamba-Nya, apalagi hamba-hamba yang taat
dan saleh. Oleh karena itu, kita harus berprasangka baik atas semua takdir yang
kita terima. Misalnya, saat kita sakit, kita terima dengan sabar, segera
ikhtiar dengan berobat. Rasulullah . mengajarkan kepada kita untuk memperbanyak
istighfar dan berdoa supaya diberi kesembuhan. Saat sakit itu pula, Allah Swt.
menghapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
Sebagai
seorang mukmin, kita wajib beriman kepada qada’
dan qadar.
Di antara buah dari beriman kepada qada’
dan qadar adalah
berupa ketenangan hati. Hati seseorang yang beriman kepada qada’
dan qadar akan
senantiasa tenang dan tidak akan merasa gelisah ketika dirinya ditimpa suatu
cobaan, karena ia yakin bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah Swt. Ketenangan
hati ini akan menjadikan hidup kita bahagia. Bukankah setiap orang menginginkan
kebahagiaan?
Mutiara Khasanah Islam
1.
Pengertian Qada, Qadar,
dan Takdir
Secara
bahasa, qada’
memiliki beberapa pengertian, yaitu: hukum, keputusan,
ketetapan, kehendak. Qadar secara
bahasa artinya kepastian, ukuran, kekuasaan, perwujudan kehendak. Secara
istilah, qada’
adalah ketetapan Allah terhadap segala sesuatu sejak zaman
azali. Zaman azali ialah zaman ketika segala sesuatu belum tercipta. Qadar
ialah perwujudan kehendak Allah Swt. terhadap semua
makhluk-Nya dalam ukuran dan bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.
Simaklah
hadis di bawah ini yang menjelaskan adanya ketentuan Allah:
عَنْ
اَنَسِ ابْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ قَالَ اِنَّ اللهَ عَزَّ
وَجَلَّ قَدْ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلَكًا فَيَقُوْلُ اَيْ رَبِّ نُطْفَةٌ اَيْ
رَبِّ عَلَقَةٌ اَيْ رَبِّ مُضْغَةٌ فَاِذَا اَرَادَ اللهُ اَنْ يَقْضِيَ خَلْقًا
قَالَ : قَالَ الْمَلَكُ اَيْ رَبِّ ذَكَرٌ اَوْ اُنْشٰى شَقِيٌّ اَوْ سَعِيْدٌ
فَمَا الرِّزْقُ فَمَا الْاَجَلُ فَيُكْتَبَ كَذٰلِكَ فِيْ بَطْنِ اُمِّهِ (رواه
البخارى ومسلم)
Artinya:
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. katanya: Rasulullah saw. bersabda:
Allah Swt. mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata:
“Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani.” Setelah beberapa
waktu Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa
segumpal darah.” Begitu juga setelah berlalu empat puluh
hari Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal
daging.” Apabila Allah Swt. membuat keputusan untuk menciptakannya
menjadi manusia, maka Malaikat berkata: “Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan
lelaki atau perempuan?
Sengsara atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula
ajalnya?” Segala-galanya dicatat ketika masih di dalam kandungan
ibunya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis
di atas menjelaskan bahwa jenis kelamin, sengsara atau bahagia, rezeki, ajal
telah ditentukan Allah Swt. sejak manusia berada dalam kandungan ibunya. Ketika
seorang manusia terlahir ke dunia ini dan mengalami peristiwa-peristiwa
tertentu, berarti ia telah ditakdirkan Allah Swt. seperti peristiwa yang ia
alami tersebut. Untuk memperjelas pengertian
qada’
dan qadar,
perhatikan contoh berikut ini:
Seseorang
bernama Elya saat ini belajar di Pondok Pesantren Modern. Sebelum Elya lahir ke
dunia, bahkan sejak zaman azali, Allah Swt. telah menetapkan bahwa seorang anak
bernama Elya kelak akan belajar di Pondok Pesantren Modern. Ketetapan Allah
Swt. sejak zaman azali itulah yang disebut qada, kemudian kenyataan yang
terjadi saat ini disebut qadar.
Berdasarkan
contoh di atas, dapat diketahui bahwa antara qada'
dan qadar terdapat hubungan erat dan merupakan
satu kesatuan. Qada' merupakan ketentuan, kehendak dan
kemauan Allah Swt. sedangkan qadar merupakan perwujudan
dari kehendak Allah Swt. Qada'
dan qadar biasa
dikenal dengan istilah takdir.
Beriman
kepada qada’
dan qadar merupakan
rukun iman yang keenam. Iman kepada qada’
dan qadar dalam
ungkapan sehari-hari lebih dikenal dengan sebutan iman kepada takdir. Iman
kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta
ini, seperti adanya sehat dan sakit, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang
merupakan kehendak dan ketentuan Allah Swt.
Perhatikan
firman Allah dalam Q.S ar-Ra’du/13 ayat 8 berikut
ini: . . .
.... وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ
(٨)
Artinya:
“ . . . dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya” (Q.S ar-Ra’d/13:8)
Ayat
tersebut menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini telah ditentukan
ukurannya oleh Allah Swt. Segala sesuatu yang akan terjadi telah diketahui dan
direncanakan oleh Allah Swt. Tak satu pun makhluk-Nya yang mengetahui ketentuan
Allah ini. Baik itu dari golongan malaikat, jin maupun manusia, semuanya tak
ada yang mengetahui.
Takdir
baru dapat diketahui oleh manusia setelah terjadinya sebuah kenyataan atau
peristiwa. Contohnya:
a)
Seorang anak bernama Ena dilahirkan dari keluarga kaya. Orang tuanya adalah pengusaha
minyak sawit yang sukses. Kekayaannya melimpah, semua orang mengenal keluarga
tersebut. Hampir semua orang memperkirakan, kelak Ena juga akan kaya seperti kedua
orang tuanya. Namun, setelah terjadi gempa bumi yang menghancurkan perusahaan
orang tuanya, keluarga Ena tak lagi disebut keluarga kaya. Ditambah lagi orang
tuanya ditipu oleh mitra bisnis hingga menanggung hutang ratusan juta. Sisa
aset perusahaan dijual seluruhnya untuk membayar hutang. Sekarang, Ena dan
keluarganya hidup sederhana. Semua orang tidak menyangka kehidupan keluarga Ena
berubah begitu cepat, yang semula kaya berubah menjadi miskin.
b)
Anik bercita-cita ingin menjadi pegawai bank. Setelah lulus SMA ia kuliah di
jurusan ekonomi supaya mendapat gelar sarjana ekonomi. Semua ini ia lakukan
untuk menunjang tercapainya cita-cita tersebut. Setelah lulus kuliah, ternyata
ia lebih memilih menjadi pedagang alatalat elektronik, bukan bekerja di bank.
Contoh-contoh
tersebut merupakan contoh kecil dari sekian banyak contoh perwujudan takdir
Allah Swt. Dari contoh-contoh tersebut kita bisa mengetahui bahwa semua makhluk
tidak bisa mengelak dari takdir Allah Swt.
Lalu
muncul sebuah pertanyaan: ”Untuk apa kita berikhtiar jika segala sesuatu sudah
ditakdirkan Allah Swt. ?” Ketahuilah bahwa meskipun takdir manusia telah
ditentukan oleh Allah Swt. , namun tak satu pun yang bisa mengetahuinya sebelum
hal itu terjadi. Hal inilah yang menjadikan manusia tetap wajib berusaha untuk
meraih yang terbaik. Allah Swt. memberikan jalan kepada manusia untuk menjalani
kehidupannya dengan cara ikhtiar sekuat tenaga serta mengiringinya dengan
berdoa. Perhatikan nasihat Rasulullah saw. berikut ini:
Sahabat
yang bernama Ali bin Abi Thalib menceritakan,"Kami pernah duduk-duduk di
samping Nabi saw. sementara di tangannya ada kayu gaharu. Beliau melemparkannya
ke tanah kemudian mengangkat kepalanya seraya bersabda, “Setiap kalian telah
ditetapkan tempat duduknya di surga dan tempat duduknya di neraka."
Beliau ditanya: "Wahai Rasulullah,
bagaimana jika kita pasrah saja?" Beliau menjawab, "Jangan, tetaplah
berbuat dan jangan menyerah. Setiap orang akan dipermudah sesuai dengan apa
yang diciptakan untuknya."
Sumber: Hadis yang diriyawatkan oleh
Ibnu Majah.
Qada'
dan qadar atau takdir dibagi dua, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram.
Berikut adalah penjelasannya.
a)
Takdir Muallaq
Muallaq
secara bahasa artinya sesuatu yang digantungkan. Takdir muallaq
yaitu ketentuan Allah Swt. yang mengikut sertakan peran manusia
melalui usaha atau ikhtiarnya. Manusia diberi peran untuk berusaha, hasil
akhirnya akan ditentukan oleh Allah Swt. Perhatikan Q.S.
ar-Ra’d/13:11 berikut ini:
... إِنَّ اللَّهَ
لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ... (١١)
Artinya:
“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri …” (Q.S. ar-Ra’d/13:11)
Berikut
ini adalah contoh-contoh takdir mullaq:
1)
Kepandaian
Seseorang
yang ingin pandai maka harus berusaha meraihnya. Usaha-usaha tersebut antara lain
dengan cara rajin belajar dan disiplin membagi waktu.
2)
Kesehatan
Seseorang
yang ingin sehat harus berusaha dengan cara berolahraga teratur, menjaga kebersihan,
menjaga gizi dan pola makan. Jika melakukan usaha-usaha tersebut, tubuh akan
sehat.
3)
Kemakmuran
Kemakmuran
bisa diraih dengan giat bekerja, kreatif, pantang menyerah, rajin menabung, dan
hemat.Agar seseorang menjadi pandai, sehat, dan hidup makmur maka harus
berusaha meraihnya, bukannya pasrah menunggu nasib. Tidak mungkin seseorang menjadi
pandai kalau malas belajar, tidak mungkin seseorang menjadi sehat kalau tidak
pernah olah raga, dan tidak mungkin seseorang menjadi kaya kalau malas bekerja.
Jadi meskipun Allah Swt. telah menentukan segalanya, manusia tetap harus
berusaha mengubah nasibnya.
Seseorang
yang beriman kepada qada’
dan qadar akan
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya ia pantang berpangku
tangan, justru sebaliknya, ia akan giat berusaha dan bekerja guna meraih
cita-cita. Allah Swt. telah mengkaruniakan beragam potensi kepada manusia untuk
digunakan sebagai bekal hidup. Setiap manusia dikaruniai akal untuk berpikir,
dan organorgan tubuh untuk bergerak. Allah Swt. juga menciptakan manusia sebagai
makhluk paling mulia di antara makhluk-makhluk-Nya. Oleh karena itu, semua
potensi ini harus digunakan untuk berusaha dan ikhtiar meraih cita-cita.
b)
Takdir Mubram
Mubram
secara bahasa artinya sesuatu yang tidak dapat dielakkan atau
sudah pasti. Jadi, takdir mubram adalah ketentuan
mutlak dari Allah Swt. yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.
Contoh
takdir mubram di antaranya jenis
kelamin manusia, ajal, panjang/pendek usia, api memiliki sifat panas, bumi
berbentuk bulat, gaya gravitasi, kejadian kiamat dan sebagainya. Untuk
memperjelas pemahaman takdir mubram, perhatikan contoh
berikut ini!
Pada
tahun 1969, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Umam. Saat memasuki usia 12
tahun, Umam duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar. Ia termasuk anak yang
pintar, energik, dan tubuhnya sehat. Menurut pandangan dan perkiraan umum,
kelak ia akan meninggal kira-kira pada usia 65 tahun. Namun, saat usianya baru
25 tahun, ia mengalami kecelakaan, hingga akhirnya meninggal dunia.
Kapan
ajal menjemput, dan di mana tempatnya semua sudah ditentukan oleh Allah Swt.
Jika sudah tiba saat ajal menjemput semua orang tidak bisa mengelak, tidak bisa
lari, tidak bisa diundur atau dimajukan. Inilah salah satu contoh ketentuan
Allah Swt. yang disebut takdir mubram. Perhatikan firman
Allah Swt. dalam QS al-A’raf/7:34 berikut ini:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ
لا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (٣٤)
Artinya:
“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya
tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan
sesaat pun” (QS al-A’raf/7:34 )
3.
Dahsyatnya Manfaat Beriman kepada Qada’ dan
Qadar
Seseorang
yang beriman kepada qada’
dan qadar akan
memperoleh banyak manfaat. Di antaranya sebagai berikut.
a)
Menenangkan jiwa
Seseorang
yang beriman kepada qada’
dan qadar akan
mendapatkan ketenangan jiwa. Hal ini dikarenakan ia merasa senang dan menerima
dengan ikhlas atas semua ketentuan Allah Swt. Tidak ada kekhawatiran dalam
jiwa. Karena ia meyakini bahwa Allah Swt. senantiasa menghendaki kebaikan pada
diri hamba-Nya.
b)
Senantiasa bersikap sabar dan syukur
Apabila
mendapat nikmat, ia akan bersyukur kepada Allah Swt. Ciri orang yang bersyukur
yaitu di dalam hatinya merasa cukup atas pemberian Allah Swt. Kemudian, rasa
syukur tersebut diwujudkan secara lisan dan perbuatan. Syukur secara lisan
yaitu dengan mengucapkan “alhamdulillah”, memperbanyak ibadah, sedekah, serta
menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai kehendak Allah Swt. Orang yang
beriman kepada qada’
dan qadar juga
akan sabar, pasrah, dan tawakal apabila mengalami kesulitan, kesusahan, terkena
musibah, ataupun cobaan. Bentuk musibah atau cobaan bisa berupa bencana alam,
kebakaran, fisik yang lemah, penyakit, kekurangan bahan makanan, dan lain
sebagainya. Semua musibah dan cobaan pada hakikatnya bertujuan untuk menguji
keimanan seorang hamba. Oleh karena itu, sikap terbaik dalam menghadapi musibah
dan cobaan adalah dengan bersabar.
c)
Menumbuhkan sifat optimis
Seseorang
yang beriman kepada qada’
dan qadar akan
memiliki sifat optimis. Kegagalan meraih cita-cita tidak membuatnya berputus asa,
justru sebaliknya makin bersemangat berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya. Ia
meyakini setiap kegagalan pasti ada pelajaran berharga. Ia akan segera
introspeksi diri mencari kelemahan dan kekurangannya. Setelah mengetahui
kelemahan dan kekurangan tersebut, ia akan belajar dan berlatih dengan tekun.
Di hatinya ada keyakinan bahwa suatu saat cita-cita tersebut pasti tercapai.
d)
Menjauhkan diri dari sifat sombong
Seseorang
yang beriman kepada qada’
dan qadar apabila
memperoleh keberhasilan, ia menganggap semua itu adalah karuniaAllah Swt. Ia
tidak pernah mengatakan semua itu merupakan hasil usahanya sendiri. Ia tetap
merasa rendah hati kepada siapa pun.
Kisah Teladan
Obat Ajaib
Dikisahkan,
salah satu di antara menteri sang raja adalah seorang yang bijak. Namun pada
suatu ketika, sang raja murka kepada menteri itu karena suatu sebab yang tidak
jelas. Raja itu kemudian menghukumnya dalam sebuah penjara yang sangat sempit
dan gelap. Setiap hari, ia hanya diberi makan sepotong roti kering dengan garam
serta air.
Selama
beberapa bulan, orang bijak itu tidak mau berbicara sama sekali, sehingga raja
memerintahkan para pengawalnya seraya berkata, “Panggillah kepada beberapa sahabatnya,
dan suruhlah mereka menemuinya. Lalu, dengarkanlah apa yang dibicarakan di
antara mereka!”
Beberapa
sahabat menteri itu pun didatangkan dan disuruh menemuinya. Mereka pun lalu
bertanya tentang keadaanya, “Wahai guru, kami lihat engkau sedang diuji dengan
penjara yang sangat sempit dan gelap, pakaianmu juga lusuh. Engkau betul-betul
dalam keadaan yang menyedihkan. Namun, kami melihat, tubuhmu tetap sehat,
wajahmu tak berubah sama sekali. Kenapa bisa demikian?”
“Saya
selalu membuat ramuan obat dari 6 unsur. Setiap hari saya menggunakannya.
Ramuan obat itulah yang membuat keadaan saya seperti yang kamu lihat sekarang
ini,” jawab menteri bijaksana itu kepada sahabat-sahabatnya. Lantas, mereka
bertanya kepadanya karena penasaran, “Kami harap engkau berkenan memberitahukan
obat itu kepada kami sehingga bila ada di antara kami yang diuji seperti apa yang
sedang engkau alami ini, kami bisa menggunakan ramuan itu.”
Kemudian,
sang bijak itu bertutur, “Unsur pertama adalah iman dan percaya pada kekuasaan
Allah Swt. Kedua, saya paham bahwa apa pun yang telah ditentukan Allah Swt.
pasti akan terjadi.
Ketiga,
sabar menghadapi ujian dan kesabaran merupakan unsur terpenting dalam
menghadapi segala ujian. Keempat, rida pada semua ketentuan serta takdir, karena
kalau saya tidak rida, lalu apa yang bisa saya lakukan atas takdir ilahi?
Kelima, saya sudah menyiapkan diri dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Keenam, saya tetap punya keyakinan bahwa jalan keluar akan selalu ada.”
Penuturan
sang bijak itu ternyata sampai juga ke telinga raja. Atas kehendak Allah Swt.,
raja pun akhirnya memberikan ampunan serta mengeluarkannya dari penjara.
Sumber:
110 Hikmah Untuk Setiap Muslim
Rangkuman
1.
Qada’
adalah ketetapan Allah Swt. terhadap segala sesuatu sejak
zaman azali.
2.
Zaman azali adalah zaman di kala segala sesuatu belum tercipta.
3.
Qadar ialah perwujudan kehendak Allah Swt.
terhadap semua makhluk-Nya dalam kadar dan bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan
iradah-Nya.
4.
Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta
ini, seperti adanya sehat dan sakit, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang
merupakan kehendak dan ketentuan Allah Swt.
5.
Takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir muallaq dan
takdir mubram.
6.
Manfaat beriman kepada qada’
dan qadar, yaitu
menenangkan jiwa, senantiasa bersikap sabar dan syukur, menumbuhkan sifat
optimis, dan menjauhkan diri dari sifat sombong.
Sumber
: ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX Revisi 2018 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment