Pernahkah
kamu melihat orang yang berperilaku seenaknya sendiri dan tidak
mau menghargai orang lain sama sekali. Orang semacam ini tidak dapat menempatkan
diri dalam pergaulan sehari-hari. Sebagai contoh, anak muda harus bertata krama
dengan menjaga ucapan yang santun kepada orang yang lebih tua. Hal semacam
inilah yang selalu dicontohkan oleh Rasulullah saw. kepada kita.
Sejarah
mencatat bahwa Rasulullah saw. memiliki akhlak yang agung. Sebagai umat Islam,
kita harus meneladani akhlak beliau. Oleh karena itu sudah seharusnya kita
menghiasi diri dengan akhlak mulia. Akhlak mulia merupakan cerminan
kesempurnaan iman seseorang. Makin sempurna iman seseorang akhlaknya akan makin
baik pula.
Mari
kita lihat lingkungan sekitar, banyak orang berperilaku buruk dalam
kehidupannya. Mereka melakukan dosa dan maksiat tanpa rasa malu. Lalu, apakah
mereka akan hidup bahagia? Jawabannya tentu tidak, justru sebaliknya pikiran
mereka merasa resah, hatinya gelisah, hidupnya sengsara baik di dunia maupun di
akhirat kelak. Bahkan, mereka tidak disukai oleh keluarga, teman, dan
masyarakat. Kebahagiaan dan ketenteraman akan mudah diraih dengan berakhlak
mulia kepada siapa pun. Dengan berakhlak mulia seperti jujur, santun, dan malu
berarti telah mengasah diri sebagai pribadi unggul. Bangsa kita sangat
membutuhkan peran orang-orang yang memiliki pribadi unggul untuk membangun
peradaban modern yang Islami.
Mutiara Khasanah Islam
1.
Tata Krama
Tata
krama merupakan norma-norma pergaulan yang berkaitan dengan kebiasaan dalam
bertindak maupun bertutur kata yang berlaku atau disepakati dalam lingkungan
pergaulan antarmanusia setempat. Norma-norma dalam pergaulan ini menjadi
penting untuk dipahami agar terjalin hubungan yang baik dan harmonis di dalam
lingkungan pergaulan.
Tata
krama mengandung nilai-nilai yang berlaku khusus pada daerah tertentu. Oleh
karena itu, sangat mungkin tata krama satu daerah akan berbeda dengan daerah
lain. Meskipun demikian, maksud dan tujuan adanya tata krama semuanya dalam
rangka mewujudkan hubungan yang harmonis dan rasa tenteram di dalam kehidupan
bermasyarakat.
Melalui
tata krama, dimaksudkan agar seluruh lapisan anggota masyarakat akan merasa
nyaman. Dengan tata krama, orang yang lebih muda dapat menghargai yang lebih
tua, demikian sebaliknya orang yang lebih tua dapat menyayangi yang lebih muda.
Rasa menghormati, menghargai, dan menyayangi tersebut kemudian tercermin dalam perilaku,
penampilan, dan perkataan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah
s.a.w. bersabda:
قَالَ
ابْنُ السَّرْحِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ : مَنْ لَمْ
يَرْ حَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا (رواه ابو
داود)
Artinya:
Ibnu Sarh berkata: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Siapa yang tidak
menyayangi orang yang kecil di antara kami dan tidak mengerti
hak orang yang lebih besar di antara kami, maka ia bukan
dari golongan kami.” (H.R. Abu Dawud)
Dalam
kehidupan sehari-hari, sering disebut kata etika. Etika memiliki makna yang
sama dengan tata krama. Etika artinya norma-norma, nilainilai moral,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Etika
adalah aturan perilaku, adat kebiasan manusia dalam pergaulan antarsesama.
Pergaulan hidup di masyarakat harus berdasarkan etika dan tata krama yang
berlaku. Etika dan tata krama pergaulan ini harus dipegang teguh supaya
kepentingan setiap anggota masyarakat tidak terganggu. Terganggunya kepentingan
masyarakat ini akan memicu konflik bahkan perpecahan.
Tata
krama atau etika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai
tempat dan situasi, seperti dalam bergaul di sekolah, di rumah, di masyarakat,
bahkan di media sosial. Secara lebih rinci, tata krama meliputi tata krama
dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan, dalam bersikap, dan dalam berpakaian.
a.
Tata Krama dalam Berkomunikasi Lisan
Tata
krama dalam berkomunikasi lisan sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam berhubungan dengan orang lain, hampir pasti melibatkan
komunikasi lisan. Baik bertatap muka langsung, maupun menggunakan alat
komunikasi. Cara berkomunikasi lisan dapat menjadi cerminan kepribadian
seseorang. Tata krama dalam komunikasi lisan juga dapat memengaruhi suasana
pergaulan. Berikut ini contoh-contoh tata krama dalam berkomunikasi lisan.
1)
Berbahasa yang baik dan sopan, memilih katakata dan kalimat yang tepat, dan
menghindari kata-kata yang kotor dan menyinggung perasaan lawan bicara.
2)
Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau yang dituakan, hendaknya
menjaga pandangan mata dengan cara agak sedikit ditundukan. Demikian pula
merendahkan volume suara dari lisan kita. 3) Di beberapa daerah, berlaku
ketentuan tidak boleh memosisikan diri lebih tinggi dari lawan bicara.
4)
Memperhatikan dan mengarahkan pandangan kepada lawan bicara dengan sopan.
5)
Tidak mendominasi pembicaraan, menjadi pendengar yang baik
dengan
memberi kesempatan kepada lawan bicara untuk bicara.
6)
Tidak memotong pembicaraan lawan bicara.
7)
Tidak berbicara sambil berkacak pinggang atau menunjuk-nunjuk ke arah lawan
bicara.
8)
Ketika dalam posisi bertiga, tidak berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti
oleh salah satu orang dari mereka. Tidak boleh berbisikbisik berdua tanpa
memperdulikan teman yang lain.
9)
Menghindari bergurau yang berlebihan dan tertawa terbahak-bahak.
10)
Ketika memulai berbicara dengan alat komunikasi, ucapkan salam, mengenalkan
diri, dan memastikan bahwa lawan bicara adalah orang yang kita maksud. Pada
saat pembicaraan akan berakhir, maka mengucapkan terima kasih, menutup
pembicaraan, dan mengucap salam.
b.
Tata Krama Berkomunikasi di Media Sosial
Sama
halnya ketika berkomunikasi di dunia nyata, berkomunikasi di dunia maya pun
harus mengedepankan sopan santun dan tata krama. Khususnya jika kita
berkomunikasi dengan orang lain di jejaring sosial, tata krama dalam hal apa
pun harus tetap diutamakan, seperti pada memasang status atau tweet,
chatting, posting foto, video, link,
note; taging; follow/add; dan
memilih profil picture.
Tata krama di dunia maya dapat membuat aktivitas sosial di dunia maya akan
menjadi lebih nyaman karena adanya rasa saling menghargai dan menghormati di
antara pengguna layanan jejaring sosial. Setiap pengguna layanan media sosial,
mempunyai hak dan privasinya dan layak untuk dihargai serta dihormati.
Oleh
karenanya, pilihlah kata-kata dan kalimat yang baik ketika menggunakan media
sosial. Ketika mengunggah gambar/meme atau sejenisnya, pilihlah gambar/meme
yang baik, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
c.
Tata Krama dalam Bersikap
Tata
krama dalam bersikap juga sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bersikap menyangkut tata cara menggunakan dan memosisikan
bagian-bagian tubuh kita saat berinteraksi dengan orang lain. Meskipun tidak
menggunakan kata-kata, sikap yang kita tunjukkan merupakan bahasa tubuh yang
dapat ditangkap maknanya oleh orang lain.
Secara
garis besar, bahasa tubuh terdiri atas bagaimana cara duduk, cara berdiri, cara
kita menggunakan kedua tangan dan kaki, serta apa yang kita lakukan ketika
berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Berikut ini merupakan beberapa
contoh bahasa tubuh yang perlu diperhatikan ketika berbicara atau berinteraksi
dengan orang lain.
1)
Jangan silangkan kaki dan tangan.
2)
Lakukan kontak mata dalam tempo yang singkat, jangan menatapnya berlama-lama.
3)
Buatlah jarak antara kedua kaki agar menunjukkan bahwa kita dalam keadaan
nyaman dan percaya diri.
4)
Posisikan bahu dalam keadaan santai. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kita tidak
dalam kondisi tegang.
5)
Mengangguk kecil ketika lawan bicara sedang berbicara. Hal ini menandakan bahwa
kita memang sedang mendengarkan dan memperhatikan.
6)
Tampakkan muka berseri, tersenyum, atau tertawa pada situasi dan kondisi yang
tepat.
d.
Tata Krama dalam Berpakaian
Fungsi
berpakaian adalah untuk menutupi aurat dan untuk memperindah jasmani manusia.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf/7:26
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا
يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ
اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (٢٦)
Artinya:
“Wahai anak cucu Adam!
Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan
untuk perhiasan bagimu.
Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah
sebagian tanda-tanda
kekuasaan Allah,
mudah-mudahanmereka ingat”. (Q.S. al-A’raf/7:26)
Aurat
merupakan bagian tubuh yang harus tertutup sehingga terjaga dari pandangan
orang lain. Aurat laki-laki dewasa adalah antara pusat dan lutut, aurat
perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Dengan
demikian, jika bagian tubuh yang merupakan aurat tersebut tertutup oleh
pakaian, akan terjaga dari pandangan orang-orang di sekitar, serta terjaga dari
gangguan yang tidak diinginkan karena dipicu oleh pandangan.
Tata
krama dalam berpakaian merupakan cara berpakaian yang sesuai dengan aturan yang
berlaku di masyarakat. Sebagai seorang muslim, kita tentu harus berpakaian
sesuai dengan ketentuan dalam ajaran Islam. Dengan demikian, tata krama
berpakaian dalam ajaran Islam adalah juga penutup aurat dan untuk berhias guna
memperindah tubuh. Adapun batasan berhias dapat dimaknai sebagai cara
berpakaian yang sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Aturan
tersebut lebih mengarah pada nilai kesopanan, akhlak, atau kebaikan budi
pekerti.
Berpakaian
dan berhias merupakan keindahan tersendiri bagi manusia. Allah Swt. juga
menyukai keindahan dan keserasian. Oleh karena itu, Rasulullah selalu
menganjurkan umatnya untuk selalu berpakaian
dan berhias dengan rapi dan serasi sehingga enak dipandang.
Tata
krama mengandung manfaat yang sangat besar, sebagai berikut.
1)
Membuat seseorang disegani, dihormati, disenangi, bahkan dicintai oleh orang
lain.
2)
Menjalin hubungan baik dengan orang lain.
3)
Meningkatkan kepercayaan diri dalam setiap situasi.
4)
Menciptakan suasana yang nyaman dalam berbagai situasi, baik itu lingkungan
keluarga, pergaulan, maupun tempat dimana anda belajar atau bekerja.
5)
Dapat meningkatkan karir seseorang.
2.
Santun
Santun
adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Kesantunan
seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Ucapannya
lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Dari
sini, dapat disimpulkan bahwa santun mencakup dua hal, yakni santun dalam
ucapan dan santun dalam perbuatan. Allah Swt. mencintai sikap santun
sebagaimana tertuang dalam hadis berikut.
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ لِلْاَشَجِّ
الْعَصْرِيِّ اِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ الْحِلْمِ وَالْحَيَاءَ
(رواه ابن ماجه)
Artinya:
“Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al
‘Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai
oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (H.R. Ibnu Majah)
Sopan
santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup seharihari. Kita akan
dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan santun. Orang
lain merasa nyaman dengan kehadiran kita. Sebaliknya, jika berperilaku tidak
sopan, orang lain tak akan menghargai dan menghormati kita. Orang yang memiliki
sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan tepat dalam berbagai
keadaan. Sopan santun dapat diterapkan di mana saja dan kapan saja. Karena
sopan santun merupakan perwujudan cara kita dalam bersikap yang terbaik.
Pergaulan
sesama pelajar di sekolah akan harmonis dan indah jika dihiasi sikap santun. Misalnya,
menyapa teman dengan ucapan “assalamualaikum”
sambil tersenyum, menghormati kakak kelas dan menyayangi adik kelas dengan cara
peduli kepada mereka, mematuhi tata tertib sekolah, menghormati Bapak/Ibu guru dan
staf tata usaha, bertutur kata lemah lembut kepada siapa saja serta menjaga
perasaan warga sekolah dengan tidak menyakiti hatinya. Jika perilaku tersebut
kamu lakukan, sungguh akan tercipta kehidupan sekolah yang aman, damai, dan
membahagiakan. Suasana belajar akan sangat
menyenangkan dan pada akhirnya prestasi kamu akan meningkat.
Seorang
anak wajib menghormati dan menyayangi kedua orang tua. Bentuk hormat dan sayang
kita kepada orang tua, di antaranya dengan bertutur kata santun kepada
keduanya. Semua nasihat orang tua harus ditaati sepenuh hati karena mereka
telah merawat dan mendidik kita sejak kecil. Terlebih seorang ibu, sungguh
jasanya tak ternilai. Mulai dari mengandung, melahirkan, merawat, dan
membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Demikian pula seorang ayah,
bekerja keras mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga. Ingatlah, bahwa kerelaan
atau rida Allah Swt. adalah rida orang tua. Oleh karena itu, sikap santun harus
kita tunjukkan untuk menghormati keduanya.
Jika di rumah kamu memiliki pembantu,
apakah ia juga harus diperlakukan dengan santun? Seorang pembantu juga harus
diperlakukan dengan santun. Berikut ini adalah kisah yang menunjukkan bagaimana
Nabi Muhammad saw. memperlakukan pembantunya.
Kesaksian
Anas Bin Malik
Anas
bin Malik adalah seorang perawi hadis terkenal. Anas telah menjadi pembantu
atau pelayan Rasulullah saw. selama sepuluh tahun. Ia bercerita kepada
kawan-kawannya dengan kesungguhan hati, “Kawan-kawanku, sungguh selama sepuluh
tahun menjadi pembantu beliau, aku diperlakukan dengan amat baik.”
Anas
melanjutkan ceritanya, “Rasulullah saw. tidak pernah berkata ‘hus’ kepadaku.
Beliau juga tidak pernah sekalipun membentakku dengan perkataan, ”Hai Anas,
mengapa engkau berbuat begini? dan mengapa tidak berbuat begitu?”
Subhanallah,
sungguh
mulia akhlak Rasulullah kepada pembantunya atau pelayannya yang bernama Anas
bin Malik tersebut.
Sumber:
Kitab Sahih Muslim
Sikap
sopan dan santun juga harus ditunjukkan dalam pergaulan di masyarakat. Sebagai
makhluk sosial, kita selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, orang lain
harus diperlakukan dengan baik. Orang lain yang dimaksud di sini adalah
sahabat, teman, dan tetangga. Khusus terhadap tetangga, Rasulullah saw.
mengajarkan kepada kita untuk memuliakan mereka. Ketika keluarga kita sedang
kesusahan, tetanggalah yang akan membantu kita. Kita hormati serta laksanakan
hak dan kewajiban tetangga. Jangan kita sakiti mereka dengan tingkah laku buruk
dan perkataan kotor.
Allah
Swt. memerintahkan agar bertutur kata yang baik kepada sesama manusia,
sebagaimana firman Allah Swt. Q.S. al-Baqarah/2:83.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لا
تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلا قَلِيلا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ (٨٣)
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada
kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia,
laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian
kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari
kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (Q.S.
al-Baqarah/2:83)
Melalui
ayat tersebut, Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bertutur kata yang
baik kepada manusia. Teman, kerabat, keluarga, Bapak/ Ibu Guru, dan orang tua
wajib diperlakukan dengan baik. Berkata dan berperilaku santun kepada mereka
akan membuat harga diri kita meningkat. Kita akan dihargai dan dihormati ketika
kita juga menghormati orang lain. Ibarat sedang bercermin, ketika kita
tersenyum, bayangan yang ada di cermin akan tersenyum kepada kita. Sebaliknya,
kalau kita cemberut, bayangan yang ada di cermin juga akan cemberut kepada
kita. Sejatinya, kalau kita bersikap baik kepada orang lain, sesungguhnya perbuatan
baik itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, ketika kita
bersikap buruk kepada orang lain, sesungguhnya perbuatan itu akan kembali
kepada diri sendiri.
Banyak
peristiwa perkelahian dipicu oleh perkataan kotor dan saling menghina. Jika ada
orang mengejek dan menghina kita, sebaiknya kita menahan diri. Kita sikapi
dengan bijaksana, sabar dan penuh kehati-hatian. Jika kita terpancing oleh amarah, kita akan rugi. Hidup
menjadi tidak nyaman, khawatir dan gelisah akan menghampiri kita.
Untuk
lebih memahami sikap santun ini, mari kita perhatikan contoh berikut ini:
Ahmad
adalah pelajar SMP kelas IX. Dia terkenal ramah kepada siapa pun. Kepada
teman-teman di sekolah, Bapak/Ibu guru semuanya diperlakukan dengan ramah dan
santun. Dia mengamalkan pesan Ustaz untuk selalu menerapkan jurus 5S (senyum -
salam – sapa – sopan – santun) setiap bertemu orang lain. Setiap akan berangkat
sekolah, dia selalu minta doa kedua orang tua, berpamitan dengan mencium tangan
keduanya. Saat bertemu orang yang lebih tua, dia selalu menganggukkan kepala
tanda hormat. Kepada Bapak-Ibu guru, dia senantiasa hormat dan mencium tangan
saat bertemu. Tutur katanya halus dan perangainya lembut. Kesantunan Ahmad
membuat dia disenangi dan dikagumi teman-temannya.
Banyak
manfaat yang bisa diperoleh dari sikap santun, di antaranya, sebagai berikut.
a)
Mudah diterima oleh orang lain. Sikap santun akan menjadikan seseorang
disenangi orang lain sehingga mudah diterima oleh orang lain.
b)
Menunjang kesuksesan. Banyak pengusaha sukses ditunjang olehsikap santun yang
ditunjukkannya. Pembeli, pelanggan, karyawan dan rekan sejawat akan senang
bergaul dengannya. Relasinya bertambah banyak sehingga akan menambah
kesuksesannya.
c)
Dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya. Allah Swt. mencintai hamba-Nya yang memiliki
sikap santun. Rasulullah saw. juga demikian, bahkan beliau juga memiliki sikap
lemah lembut dan santun yang luar biasa.
3.
Malu
Malu
adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu
itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan.
Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu, perlu usaha, niat, ilmu serta
pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari iman karena dapat mendorong
seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan. Mari kita
perhatikan hadis berikut ini.
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الْاِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ
مِنَ الْاِيْمَانِ (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Iman adalah pokoknya,
cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya
iman.” (H.R. Muslim)
Hadis
tersebut menegaskan bahwa malu merupakan salah satu cabang iman. Seseorang malu
untuk mencuri jika ia beriman, malu berdusta jika ia beriman. Seorang wanita
malu membuka atau menunjukkan auratnya jika ia beriman. Jika sifat malu
berkurang dan mulai luntur, pertahanan diri dalam menghadapi godaan nafsu mulai
menipis. Malu merupakan salah satu benteng pertahanan seseorang dalam menghindari
perbuatan maksiat. Malu juga merupakan faktor pendorong bagi
seseorang
untuk melakukan kebaikan.
Selama
rasa malu masih terpelihara dengan baik, seseorang akan hidup dalam kebaikan.
Ia akan memiliki kekuatan dalam berbuat kebaikan dan menolak kemaksiatan.
Seorang pejabat yang memiliki rasa malu akan melaksanakan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab dan bebas dari korupsi. Seorang pelajar akan percaya diri dalam
mengerjakan soal ulangan tanpa menyontek karena didasari rasa malu. Seorang pedagang
akan malu berbuat curang karena merasa dilihat Allah Swt. Seorang polisi akan
malu menerima suap dari pelanggar rambu lalu lintas. Aparat penegak hukum
seperti hakim dan jaksa akan malu menerima suap dari tersangka karena ia takut
azab dari Allah Swt. Seorang pria dan wanita akan berpakaian menutup aurat
karena menjaga harga diri dan kehormatannya. Mereka semua terhindar dari
perbuatan dosa dan maksiat karena adanya rasa malu dalam diri mereka.
Sebaliknya,
apabila seseorang tidak lagi memiliki rasa malu, ia akan hidup dalam keburukan.
Begitu hilang rasa malunya, hilang pula kepribadiannya sebagai seorang muslim.
Ia akan terbiasa berbuat dosa, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Jika seorang pria maupun wanita tidak punya rasa malu, ia akan mengumbar
auratnya. Seorang pejabat yang tidak punya rasa malu akan menggunakan kekuasaanya
untuk menindas rakyat guna memperkaya diri. Seorang pedagang yang tidak punya
rasa malu akan membohongi pembelinya, barang jelek dikatakan bagus, barang
murah dikatakan mahal. Jika seorang pelajar tidak punya sifat malu, ia dengan
mudahnya berkata kotor, menyontek, memperolok-olok teman sendiri. Sungguh,
dengan tidak adanya rasa malu, bencana moral dan kerusakan akhlak akan merajalela.
Wahai
generasi muda Islam yang cerdas, ketahuilah bahwa malu bukan berarti tidak
percaya diri, minder atau merasa rendah diri. Misalnya, seseorang malu
berjilbab karena takut diejek teman-temannya, atau malu karena mendapat giliran
maju presentasi di depan kelas. Terhadap hal-hal yang baik dan positif, kamu
tidak boleh malu. Malu seperti itu tidaklah tepat. Rasa malu haruslah dilandasi
karena Allah Swt. bukan karena selain-Nya. Pada saat kita malu berbuat sesuatu,
tanyalah kepada hati kita: “Apakah malu ini karena Allah Swt. atau bukan?” Jika
bukan karena Allah Swt., bisa jadi hal itu adalah sifat malas, minder, atau
rendah diri. Sifat malas, minder atau rendah diri merupakan perilaku tercela
yang harus dihindari.
Tahukah
kamu dari mana sebenarnya sumber rasa malu? Malu berasal dari keimanan dan
pengakuan akan keagungan Allah Swt. Rasa malu akan muncul jika kita beriman dan
menghayati betul bahwa Allah Swt. itu Maha kuasa atas segala sesuatu. Allah
Swt. Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Tidak ada yang bisa kita
sembunyikan dari Allah Swt. Semua aktivitas badan, pikiran, dan hati kita semua
diketahui oleh Allah Swt.
Mari
kita perhatikan contoh sifat malu berikut ini!
Sebagai
seorang muslimah, Hidayati berpakaian rapi dan menutup aurat. Ia selalu
berbusana muslimah jika pergi keluar rumah. Tidak hanya itu, Hidayati sering ditemani
salah satu anggota keluarganya saat bepergian. Hal ini dilakukan untuk
menghindari fitnah dan maksiat.
Ia
juga berusaha tidak keluar rumah pada malam hari kecuali ada keperluan yang
sangat penting. Itu pun harus ditemani salah satu anggota keluarganya. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya. Lebih dari itu, ia malu
dan takut kepada Allah Swt.
Tidak
hanya itu, Hidayati juga sangat berhati-hati ketika mengunggah foto dirinya di
akun jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Ia
hanya mengunggah foto-foto dengan busana yang menutup auratnya.
Ada
beberapa manfaat dari sifat malu, di antaranya sebagai berikut.
a)
Mencegah dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha
sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah Swt.
b)
Mendorong berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah Swt. akan mendorong
seseorang berbuat kebaikan. Sebab ia tahu bahwa setiap perbuatan manusia akan
dibalas oleh Allah Swt. di akhirat kelak.
c)
Mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridai Allah Swt. Orang-orang yang
memiliki rasa malu akan senantiasa melaksanakan perintah Allah Swt. dan
menjauhi larangan-Nya.
Setelah
kamu mempelajari manfaat sifat malu, cermatilah cerita fiksi percakapan Fulan
dengan seorang Ustaz berikut ini.
Malu kepada Allah Swt.
Seorang
lelaki, sebut saja Fulan, datang kepada Ustaz meminta nasihat karena
kesulitannya untuk meninggalkan dosa dan maksiat. Berikut percakapan mereka.
Fulan
: “Wahai Ustaz, aku ingin bertobat dan meninggalkan dosa, tetapi tiba-tiba aku
kembali berbuat dosa. Tunjukkan padaku sesuatu yang bisa melindungiku hingga
aku tidak lagi bermaksiat kepada Allah Swt.”
Ustaz
: “Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah Swt., jangan bermaksiat di
bumi-Nya.”
Fulan
: “Lalu, di mana aku dapat bermaksiat?”
Ustaz
: “Di luar bumi-Nya.”
Fulan
: “Bagaimana mungkin, sebab seluruh bumi ini milik Allâh Swt.?”
Ustaz
: “Tidakkah engkau malu bahwa seluruh bumi ini milik Allâh Swt. tetapi engkau
masih berbuat maksiat di atasnya? Jika engkau ingin bermaksiat, jangan memakan
rezeki-Nya.”
Fulan
: “Bagaimana aku dapat hidup?”
Ustaz
: “Tidakkah Engkau malu memakan rezeki-Nya sementara engkau bermaksiat
kepada-Nya? Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah Swt. lakukanlah di tempat
yang tidak dilihat oleh-Nya.”
Fulan
: “Bagaimana mungkin sementara Dia terus bersama kita di mana saja kita berada.”
Ustaz
: “Tidakkah engkau malu bermaksiat kepada-Nya sementara Dia bersamamu dan dekat
denganmu?”
Kisah Teladan
Kejujuran Seorang Penggembala Domba
Ibnu
Umar melewati seorang budak yang sedang menggembala domba di gurun. Umar
berkata untuk mengujinya, ”Hai, juallah kepada kami domba-domba itu!”
Penggembala
domba itu berkata, “Saya bekerja kepada seseorang dan saya diamanahkan untuk
menjaga domba-domba ini.”
Kemudian,
Ibnu Umar berkata untuk menguji keimanannya, “Beri tahu saja pemiliknya bahwa
segerombolan serigala telah memakannya.”
Penggembala
domba yang hatinya dipenuhi oleh perasaan takut kepada Allah itu berkata, “Apa
yang akan saya katakan kepada Allah? Apa yang akan saya katakan kepada Allah
jika saya memberi tahu pemilik domba ini bahwa segerombolan serigala telah
memakannya? Jadi, apa yang akan saya katakan kepada Allah? Apa yang akan saya katakan
ketika anggota tubuh saya kelak yang berbicara?.”
Kemudian,
Ibnu Umar menangis, dan mengutus seseorang untuk membayar dan memerdekakannya
dari statusnya sebagai budak.
(Sumber:
www.arrahmah.com)
Rangkuman
1.
Tata krama merupakan norma-norma pergaulan yang berkaitan dengan kebiasaan
dalam bertindak maupun bertutur kata yang berlaku atau disepakati dalam
lingkungan pergaulan antarmanusia setempat.
2.
Tata krama meliputi tata krama dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan, dalam
bersikap, dan dalam berpakaian.
3.
Tata krama pergaulan harus dipegang teguh supaya kepentingan setiap anggota
masyarakat tidak terganggu, karena terganggunya kepentingan masyarakat akan
memicu konflik bahkan perpecahan.
4.
Santun adalah berkata lemah lembut dan bertingkah laku halus dan baik. Ucapannya
lemah lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain.
5.
Santun mencakup dua hal, yakni santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan.
6.
Q.S. al-Baqarah/2:83 memerintahkan agar bertutur kata yang
baik kepada manusia.
7.
Malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek, serta merasa sangat tidak enak
hati jika melakukan perbuatan tercela.
8.
Malu merupakan benteng pertahanan seseorang dalam menghindari perbuatan maksiat
dan merupakan faktor pendorong untuk melakukan kebaikan.
9.
Sumber sifat malu adalah keimanan dan pengakuan akan keagungan Allah Swt.
Sumber
: ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX Revisi 2018 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment