Sebelum
lahir ke dunia, kita berada di perut ibu kurang lebih sembilan bulan lamanya.
Saat seorang ibu sedang hamil, badannya lemah bertambah lemah dan terasa makin
susah. Terlebih saat melahirkan, sungguh nyawa menjadi taruhannya. Setelah
anaknya lahir, tugas seorang ibu selanjutnya adalah merawat dan membesarkan
anak-anaknya. Ketika anaknya lapar, ibu segera menyuapi dengan penuh
kelembutan. Saat anaknya sakit, seorang ibu akan segera memeriksakan anaknya ke
dokter atau bidan supaya segera sembuh.
Seorang
ayah bekerja keras demi menghidupi keluarganya. Badannya yang letih dan
kepanasan tak membuat seorang ayah menyerah untuk bekerja. Keinginan dan
motivasi yang kuat untuk membahagiakan keluarga membuat semangatnya makin membara.
Inilah gambaran nyata betapa
besarnya
kasih sayang kedua orang tua kepada anak-anaknya. Kedua orang tua sangat
menginginkan anak-anaknya tumbuh sehat, kuat, cerdas, salih/salihah, dan
menjadi anak yang berbakti.
Kedua
orang tua telah berjasa besar dalam kehidupan kita. Keduanya memberikan kasih
sayang yang tulus tanpa pamrih. Setiap hari, kedua orang tua berdoa kepada
Allah Swt. agar anak-anaknya selalu berada dalam lindungan-Nya. Kasih sayang
kedua orang tua kepada anak-anaknya tak ternilai harganya. Seandainya dunia dan
seisinya digunakan untuk membalas budi kedua orang tua, tak akan sepadan dengan
pengorbanannya. Sudah seharusnya kita menghormati, menyayangi, dan mentaati
kedua orang tua. Jika ini kita lakukan, kita akan memperoleh keberkahan hidup.
Hidup berkah adalah hidup penuh manfaat, mendapat perlindungan dan kasih sayang
Allah Swt.
Di
samping kedua orang tua, orang yang sangat berjasa dalam hidup kita adalah
guru. Guru mendidik dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketekunan. Kita
dapat membaca, menulis, dan berhitung berkat jasa para guru. Guru telah
memberikan ilmu pengetahuan dan menanamkan akhlak mulia sehingga kita menjadi
insan cerdas dan berbudi pekerti luhur. Tanpa jasa seorang guru, kita ini akan
berada dalam kebodohan.
Kedua
orang tua dan guru wajib kita hormati, sayangi, dan taati. Nasihat dan
petunjuknya kita laksanakan sebaik-baiknya. Mereka telah berjasa mendidik kita
menjadi manusia berilmu dan berakhlak mulia. Kita bahagiakan mereka dengan cara
rajin belajar dan beribadah. Rasa sayang kita kepada mereka dapat kita wujudkan
dengan mendoakannya setiap selesai salat. Kita doakan mereka setiap hari supaya
mendapat rahmat dari Allah Swt. Allah Swt. dan Rasul-Nya telah mengajarkan
kepada kita untuk menghormati dan menaati kedua orang tua dan guru. Oleh karena
itu, mari kita hormati kedua orang tua dan guru agar mendapat keberkahan hidup.
Mutiara Khasanah Islam
1.
Hormat dan Sayang kepada Kedua Orang Tua dan Guru
Keharmonisan
dan kebahagiaan hidup sebuah keluarga akan terwujud jika semua anggota keluarga
saling menghormati dan menyayangi. Anak menghormati orang tua, dan orang tua
menyayangi anaknya. Seorang adik menghormati kakaknya, dan kakak menyayangi
adik-adiknya. Sikap saling menghormati dan menyayangi seperti ini harus
dibiasakan mulai dari keluarga. Pembiasaan dan penanaman akhlak mulia sejak
dari dalam keluarga akan membentuk karakter positif seorang anak.
Menghormati
dan menyayangi kedua orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Sikap
menghormati dan menyayangi kedua orang tua dapat dimaksudkan sebagai bentuk
balas budi kita kepada mereka. Namun balas budi kita tak akan bisa sepadan
dengan pengorbanannya. Sangatlah wajar apabila kita diwajibkan Allah Swt. untuk
menghormati kedua orang tua. Mengingat jasa-jasa mereka kepada kita sungguh tak
ternilai. Kewajiban menghormati kedua orang tua banyak tertuang dalam al-Qur’ān,
di antaranya Q.S. al-Isrā’/17:23 berikut
ini:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا
كَرِيمًا (٢٣)
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya
sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan
“ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S.al-Isrā’/17:23)
Ayat
tersebut menegaskan bahwa Allah Swt. mewajibkan kita berbuat baik kepada ibu
bapak. Tutur kata kita kepada keduanya haruslah lemah lembut. Mengucapkan kata “ah”
kepada orang tua saja tidak dibolehkan oleh agama, apalagi mengucapkan
kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. Ketika
kita sedang dinasihati orang tua, dengarkan baik-baik, jangan memotong
pembicaraan. Kita berusaha menampilkan sikap terbaik supaya kedua orang tua
merasa dimuliakan. Nasihat-nasihat tersebut kita laksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Menghormati
kedua orang tua akan mendatangkan keberkahan hidup bagi seorang anak. Mengapa
demikian? Karena dengan menghormati kedua orang tua, mereka akan merasa senang
dan bangga. Mereka akan berdoa kepada Allah Swt. agar anak-anaknya mendapat
perlindungan-
Nya.
Doa orang tua sangat berarti bagi anak-anaknya. Inilah yang akan menjadikan
hidup kita bermanfaat dan mendapat perlindungan serta kasih sayang Allah Swt.
Anak
yang menghormati kedua orang tuanya akan selalu meminta nasihat, petunjuk, dan
doa. Inilah cerminan anak salih/salihah. Anak salih tidak menganggap orang tuanya
bodoh dan ketinggalan zaman. Mereka juga tidak merasa malu dan menyesal dengan keadaan
orang tua. Meskipun pendidikan seorang anak lebih tinggi dari kedua orang tua,
ia tetap tidak meremehkan dan menganggap rendah orang tuanya. Mereka
memosisikan orang tua di tempat yang mulia. Setiap hari meminta doa restu kedua
orang tua agar cita-citanya tercapai.
Ada
seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., antara bapak dan ibu manakah yang
lebih berhak diperlakukan dengan baik? Cermatilah kisah berikut ini!
Ibnu
Mas’ud, seorang sahabat Rasulullah saw. bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah
yang lebih berhak aku pergauli dengan baik?” Beliau menjawab: “Ibumu.”
Kutanyakan lagi, “Lalu siapa lagi?” beliau menjawab: Ibumu.” Aku bertanya lagi,
“Siapakah lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Siapakah lagi?”
Beliau baru menjawab: “Kemudian, barulah bapakmu, kemudian kerabat yang paling
terdekat yang terdekat.”
Sumber: Hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirm³z³
Anak
saleh juga akan menghormati gurunya sebagaimana ia menghormati kedua orang tua.
Guru telah berjasa besar mendidik kita menjadi pintar dan berakhlak mulia. Ia
akan selalu mengikuti pelajaran dengan penuh semangat. Mengerjakan tugas
sekolah dengan baik dan tepat waktu. Mendengarkan dan melaksanakan nasihat dan
petunjuk dengan sungguh-sungguh.
Pantang
bagi anak saleh untuk menyakiti hati gurunya. Justru ia akan selalu berusaha
membuat gurunya senang dan bangga dengannya. Ia akan selalu minta nasihat dan
doa dari setiap guru yang mengajar di kelas. Jika dalam satu hari ia mendapat
doa dari empat guru, dalam satu minggu, ia akan mendapat dua puluh delapan kali
doa dari guruguru tersebut. Berarti, dalam satu bulan, ia mendapat seratus dua
belas kali doa, dan seribu tiga ratus empat puluh empat kali doa dalam satu tahun.
Subhanallah, doa-doa dari bapak dan ibu guru inilah yang turut andil dalam
kesuksesan dan keberkahan hidup kita. Sungguh Allah Swt. mengabulkan semua doa
hamba-Nya, apalagi doa itu dipanjatkan dengan ikhlas oleh bapak dan ibu guru
secara berulang-ulang dan terus-menerus. Tentu doa-doa ini sulit kita dapatkan
jika kita sering membuat bapak ibu guru kecewa dan sakit hati karena perilaku
buruk yang kita lakukan. Oleh karena itu hormatilah bapak dan ibu guru dengan
sepenuh hati.
Contoh
lain akhlak anak saleh, saat berjalan dan berpapasan dengan bapak atau ibu
guru, mereka akan menyapa sambil tersenyum dan mencium tangannya. Sikap mulia
ini adalah salah satu bentuk sikap menghormati bapak dan ibu guru baik ketika
di sekolah maupun di luar sekolah.
2.
Taat kepada Orang Tua dan Guru
Perhatikan
Q.S. Luqmān/31:14 berikut
ini.
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤)
Artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (Q.S.
Luqmān/31:14)
Seorang
anak wajib menaati kedua orang tua. Ketaatan seorang anak kepada kedua orang
tua merupakan bentuk “birrul walidain”. Birrul walidain
adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua termasuk salah satu amalan paling mulia dalam
agama. Hal ini
pernah
dijelaskan oleh Rasulullah saw. Cermatilah isi dari sabda Rasulullah saw.
berikut ini:
Ibnu
Mas’ud pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah
yang paling mulia?” Beliau menjawab: “Salat tepat pada waktunya.” Aku bertanya
lagi, “Kemudian, apakah lagi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kemudian,
berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Apa lagi wahai Rasulullah
saw.?” Beliau menjawab: “Kemudian, berjuang di jalan Allah.”
Sumber: Hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
Berbakti
kepada orang tua akan mendatangkan banyak keberkahan dan keutamaan bagi seorang
anak. Keberkahan ini dapat dirasakan baik ketika masih hidup di dunia maupun
kelak di akhirat. Beberapa keberkahan dan keutamaan tersebut adalah sebagaimana
berikut ini.
a.
Berbakti kepada orang tua merupakan salah satu kunci masuk surga. Allah Swt.
akan membuka pintu surga bagi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
Bahkan, dia akan mendapat kedudukan dan derajat yang tinggi di surga. Hal ini
dikarenakan rida Allah Swt. bergantung dari rida orang tua, murka Allah Swt.
juga bergantung murka orang tua. Anak yang durhaka kepada orang tuanya tidak
akan masuk surga atau dengan kata lain, ia akan masuk neraka.
b.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan bagian dari berjuang di jalan Allah
Swt. Berjuang di jalan Allah memiliki nilai pahala sangat besar di sisi Allah
Swt. Seorang anak yang ikhlas berbakti kepada kedua orang tuanya akan mendapat
pahala sangat besar dari Allah Swt.
c.
Berbakti dan menghormati orang tua dapat melebur dosa-dosa besar. Dosa-dosa
yang pernah dilakukan seorang anak akan mendapat ampunan dari Allah Swt.
disebabkan ia berbakti kepada kedua orang tuanya. Ampunan Allah Swt. merupakan
karunia sangat berharga bagi seorang manusia, sebab, ampunan Allah Swt. akan
menjadikan hidup kita tenang dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
Bentuk
berbakti kepada kedua orang tua beragam, di antaranya dengan menaati perintah
mereka. Sikap terbaik seorang anak ketika dimintai tolong orang tuanya adalah
segera melaksanakan dengan senang hati dan tak mengharap imbalan. Berkaitan
dengan hal ini, bacalah kisah inspiratif berikut ini!
Kisah Gadis Kecil dan Ayahnya
Seorang
gadis kecil sedang berjalan bersama ayahnya menyeberangi sebuah jembatan.
Ayahnya merasa khawatir dengan keselamatan putrinya kalau jatuh ke sungai.
Untuk itu, dia menyuruh putrinya agar memegang erat-erat tangannya, “Anakku,
peganglah erat-erat tangan ayahmu ini agar kamu tidak terjatuh.”
Putrinya
menjawab dengan tegas, “Tidak, Ayah. Ayahlah yang harus memegang tanganku
erat-erat.”
“Ayo,
peganglah tangan Ayah, agar kamu tidak terjatuh, putriku,” seru ayahnya lagi.
Putrinya itu juga dengan cepat menjawab, “Tidak mau, kumohon Ayah peganglah
tanganku.” Dengan heran ayahnya kemudian bertanya, “Apa bedanya, putriku?”
Putrinya
menjawab, “Ya, Ayah. Bila saya yang memegang tangan Ayah, bisa jadi saya tidak
kuat memegangnya lalu terlepas. Namun, bila Ayah yang memegang tanganku, maka
engkau tidak akan melepaskannya sama sekali.”
Sumber: 110 Hikmah untuk Setiap Muslim
Di
samping berbakti kepada orang tua, kita harus taat kepada guru. Sebagaimana wajib
hukumnya mematuhi kedua orang tua, wajib pula mematuhi perintah para guru
selama tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. Guru adalah orang tua
kedua setelah orang tua kandung atau orang tua asuh. Guru telah berjasa besar
dalam mendidik dan mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan, serta menanamkan
akhlak mulia. Ia tak kenal lelah berusaha maksimal guna mencerdaskan anak
bangsa.
Menghormati,
menyayangi, serta memuliakan guru merupakan perilaku terpuji yang harus kita
lakukan. Segala perintah dan nasihatnya kita laksanakan sepenuh hati. Setiap
saat kita doakan mereka supaya mendapat perlindungan Allah Swt. Jika ini
dilakukan oleh seluruh murid, sungguh ini akan membawa keberkahan bagi
pendidikan di Indonesia.
Guru
telah berjasa melestarikan dan menyampaikan ajaran Islam sehingga kita memiliki
akidah yang lurus, serta memahami antara yang hak dan batil. Rasulullah saw.
memerintahkan umat Islam untuk menghormati dan menaati guru. Hal ini disebabkan
guru adalah pewaris ilmu dan menjadi salah satu jalan menuju keberkahan ilmu.
Ilmu yang berkah adalah ilmu yang dimanfaatkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang
murid dilarang meremehkan dan merendahkan gurunya. Rasulullah saw. telah
mengingatkan kita semua agar tidak merendahkan seorang guru. Perhatikan hadis
berikut ini:
Dalam
sebuah hadis riwayat al-Baihaqi,
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang merendahkan gurunya, akan
ditimpakan oleh Allah kepadanya tiga azab (penderitaan): 1. sempit rezekinya,
2. hilang manfaat ilmunya, 3. keluar dari dunia ini (wafat) tanpa iman.”
Sumber: Hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi
Sabda
Rasulullah saw. tersebut menegaskan bahwa kamu dilarang merendahkan, apalagi
menghina atau mencela guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap
ini harus dipegang sungguh-sungguh, sebab bisa jadi suatu saat kamu lebih
pintar dari guru-guru kamu. Meskipun demikian, kamu harus tetap rendah hati dan
menghormatinya karena pada hakikatnya kepandaian kamu saat ini adalah berkat
didikan guru-guru kamu dahulu. Merendahkan guru merupakan sikap tercela dan menjadi
cerminan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki rasa terima kasih kepada guru.
Kisah Teladan
Kisah Sukses Anak Tukang Cuci Baju
Seorang
pemuda setelah lulus kuliah dengan predikat sangat memuaskan, ingin menjadi
pegawai pada sebuah perusahaan besar. Pada tes pertama, dia berhasil lolos.
Kemudian, dia menghadap direktur perusahaan untuk tes terakhir dan akan
ditentukan apakah dia diterima atau tidak.
Kalau
dilihat dari riwayat pendidikan pemuda itu, dia termasuk orang yang pandai dan
cerdik. Sejak di sekolah dasar, menengah, hingga selesai jenjang pendidikan
akademisnya, semua lulus dengan nilai memuaskan. Direktur lalu bertanya
kepadanya, “Apakah selama Anda kuliah pernah
mendapatkan
beasiswa?.” “Tidak pernah sama sekali, Pak,” jawabnya.
“Apakah
selama ini yang membayar uang kuliahmu adalah ayahmu sendiri?” lanjut direktur
dalam pertanyaannya.
Pemuda
itu lalu menjawab, “Ayahku telah meninggal sejak saya berusia setahun. Ibu saya
yang telah membiayai sekolah serta kuliah saya hingga lulus.”
“Ibumu
bekerja di mana?” tanya direktur itu kemudian.
“Ibu
saya bekerja sebagai tukang cuci baju,” jawab pemuda itu. Kemudian, direktur
meminta agar pemuda itu menunjukkan kedua telapak tangannya dan ternyata kedua
telapak tangan pemuda itu sangat lembut dan halus. Lalu direktur bertanya
kepadanya, “Apakah Anda pernah membantu
ibumu
mencuci baju-baju?”
“Tidak
pernah sama sekali. Ibu saya selalu menyuruh saya belajar dengan rajin. Di
samping itu beliau biasa mencuci dengan cepat dan saya tidak bisa melakukan
seperti itu,” jawab si pemuda.
Direktur
itu pun berkata kepadanya, “Saya ada satu permintaan sederhana padamu. Nanti
saat kamu sudah pulang ke rumah, saya minta kamu mencuci kedua tangan ibumu,
kemudian besok kamu datang lagi kemari.” Saat itu, si pemuda merasa bahwa
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin dekat.
Ketika
dia pulang ke rumah, dia pun segera meminta pada ibunya agar dia diizinkan
mencuci kedua tangannya, dengan harapan ingin mendapatkan pekerjaan yang dia
inginkan. Ibunya merasa bahagia dengan berita dari putranya itu. Namun, disisi
lain, beliau merasa heran dengan
permintaan
putranya itu. Walaupun demikian, ibu itu pun menyerahkan kedua tangannya kepada
putranya untuk dicuci. Saat mencuci kedua telapak tangan ibunya, air mata
pemuda itu pun bercucuran.
Ini
adalah pertama kali ia memperhatikan betapa kasar telapak tangan ibunya. Dia
lihat kulitnya pun agak kemerahan sehingga bila terkena air, beliau merasakan
perih. Ini adalah pertama kali pemuda itu merasa terharu. Kedua telapak tangan
itu setiap hari mencuci banyak baju demi membiayai uang sekolah serta
kuliahnya. Memar kemerahan yang ada di tangan ibunya merupakan harga yang
beliau bayar demi masa depan putranya.
Setelah
pemuda itu mencuci tangan ibunya, dia pun berdiri, lalu melanjutkan mencuci
baju serta pakaian yang belum tercuci. Di malam harinya, pemuda itu berbicara
panjang lebar dengan ibunya dalam suasana yang cukup hangat.
Di
pagi harinya, si pemuda bergegas menuju perusahaan yang dilamarnya, seraya
bercucuran air mata.
“Apakah
Anda berkenan becerita pada saya, apa yang Anda lakukan dan apa yang telah Anda
dapatkan dari ibu Anda tadi malam?” tanya pak direktur.
Pemuda
itu pun menjawab, “Saya telah mencuci kedua tangan beliau dan saya pun
membantunya mencuci baju serta pakaian lain.”
Kemudian,
pak direktur meminta padanya agar mengatakan apa yang telah dirasakan saat ini dengan
jujur. Dia lalu menjawab, “Pertama, saya paham apa arti ketulusan dalam
bersikap. Andaikan tak ada Ibu dengan segala pengorbanannya, niscaya mungkin
saya tidak akan seperti sekarang ini. Kedua, ketika saya melakukan apa yang
bisa beliau lakukan, saya menjadi paham arti kerja keras dan sungguh-sungguh.
Ketiga, saya paham arti sebuah keluarga yang sangat penting dalam kehidupan
saya.”
Saat
itu, bapak direktur bertutur padanya, “Inilah yang selama ini saya cari.
Seseorang yang akan menduduki jabatan kepala bagian dan dia paham serta bisa
menghargai kerja orang lain. Uang baginya bukan tujuan utama ketika melakukan
suatu pekerjaan. Selamat, Anda sekarang diterima bekerja di tempat kami.”
Singkat
cerita, pemuda itu pun bekerja dengan penuh dedikasi serta semangat tinggi dan
selalu menghargai teman-temannya sesama pegawai. Seluruh pegawai bekerja dengan
sinergis laksana sebuah tim kuat dan perusahaan itu pun berkembang pesat.
Sumber: 110 Hikmah untuk Setiap Muslim
Rangkuman
1.
Menghormati dan menyayangi kedua orang tua merupakan kewajiban seorang anak.
2.
Seorang siswa wajib menghormati dan menaati gurunya.
3.
Menghormati kedua orang tua dan guru akan mendatangkan keberkahan hidup.
4.
Seorang ibu memiliki kedudukan tiga tingkat dibanding bapak.
5.
Salah satu bentuk berbakti kepada orang tua dan guru adalah mendoakan mereka
setiap saat.
6.
Orang tua dan guru telah berjasa besar bagi kehidupan kita.
0 comments:
Post a Comment