Pages

Thursday, 8 April 2021

Jujur dan Menepati Janji

Download PAI Kelas 9 BAB 2

Sifat jujur dan menepati janji akan membuat hidup tenang dan bahagia. Sebaliknya, kebohongan dan ingkar janji membuat hidup sengsara, baik di dunia maupun akhirat. Berkata dusta dan ingkar janji merupakan perilaku tercela yang harus dijauhi. Sungguh, Allah Swt. akan membalas semua amal baik dan amal buruk di akhirat kelak dengan balasan seadil-adilnya.

Wahai anak saleh, ketahuilah bahwa kesempurnaan iman seseorang tercermin dari akhlaknya. Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lihatlah di sekitar kita, banyak orang mengaku beriman tetapi buruk akhlaknya. Mereka mengaku beriman, tetapi masih terbiasa berkata dusta dan ingkar janji. Sungguh sangat disayangkan, seharusnya mereka menghiasi diri dengan sifat jujur dan menepati janji.

Sifat jujur dan menepati janji sangat dibutuhkan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Seseorang yang memiliki sifat jujur akan memiliki banyak kawan. Mudah bergaul, dan dipercaya oleh orang lain. Kepercayaan dari orang lain merupakan modal utama meraih hidup bahagia. Tidak ada seorang pun yang mau ditipu dan diingkari janji. Seseorang disebut jujur apabila ada kesamaan antara perkataan dan perbuatan. Allah Swt. Maha Melihat dan Maha Mengetahui semua perbuatan dan isi hati hamba-Nya.

Menepati janji merupakan sifat orang beriman. Setiap janji adalah hutang, hutang harus ditunaikan. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa salah satu tanda orang munafik adalah mengingkari janji. Orang munafik akan ditempatkan di neraka yang paling dasar. Tentu kamu tidak  ingin dimasukkan ke dalam kategori orang munafik. Di akhirat kelak, Allah Swt. akan menempatkan orang munafik di dasar neraka.

Oleh karena itu, penting untuk diketahui dan diamalkan sifat jujur dan menepati janji dalam kehidupan sehari-hari. Kedua sifat mulia ini akan menjadikan hidup bahagia di dunia dan akhirat, serta memperoleh ridha Allah Swt.

Mutiara Khasanah Islam

1. Memahami Perilaku Jujur

Jujur adalah berkata benar dan sesuai dengan kenyataan. Seseorang disebut jujur apabila berkata sesuai dengan kenyataan. Jujur merupakan salah satu perilaku terpuji yang harus dimiliki seorang mukmin. Lawan dari sifat jujur adalah berkata dusta. Sungguh, Allah Swt. dan Rasul-Nya melarang umat-Nya berkata dusta. Bahkan, dalam sebuah hadis, dikatakan bahwa salah satu tanda orang munafik adalah berkata dusta. Perhatikan terjemahan hadis berikut ini:

Mari kita jauhi sifat dusta dan membiasakan bersifat jujur. Seorang muslim muslimah sudah seharusnya menghiasi dirinya dengan sifat jujur. Seseorang yang bersifat jujur akan mudah mendapat kepercayaan orang lain. Hal ini dikarenakan mereka akan merasa aman ketika memberi  kepercayaan kepada orang jujur. Bukankah kepercayaan itu mahal harganya? Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mempercayai kita, karena kepercayaan terlahir dari kejujuran yang kita tunjukkan. Jika kita memang jujur, orang lain akan percaya kepada kita. Kepercayaan juga tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan akan tumbuh dengan sendirinya jika ada kejujuran. Jika seseorang dipercaya oleh orang lain, akan mempermudah jalan mencari rejeki. Misalnya, seorang pimpinan perusahaan yang jujur akan dipercaya oleh karyawan dan mitra bisnis. Tentu hal ini akan menyebabkan perusahaan akan makin maju dan berkembang karena akan mendapat kepercayaan juga dari konsumen.

Apakah kamu sudah membiasakan bersifat jujur dalam kehidupan seharihari? Sifat jujur ini harus kamu biasakan dalam pergaulan setiap hari. Ingatlah, bahwa generasi muda muslim seperti kamu akan menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang. Seorang pemimpin harus berakhlak mulia dan memiliki sifat jujur.

Kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Sebaliknya, kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan itu akan menggiring ke neraka.

Perhatikan terjemahan sabda Nabi berikut ini.

Dari Abdullah r.a. dari Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."

Sumber: Hadis Riwayat Bukhari

Allah Swt. secara tegas memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berkata benar. Perhatikan surat al-Ahzab/33: 70 di bawah ini.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٧٠)

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. (Q.S. al-Ahzab/33: 70)

Ayat tersebut jelas sekali mengatakan bahwa Allah Swt. menyeru orang beriman untuk bertakwa kepada Allah Swt. dan berkata benar. Bertakwa berarti bersungguh-sungguh dalam menaati semua perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Hakikat dari takwa adalah takut kepada Allah Swt., takut berbuat salah dan dosa. Seseorang yang beriman kepada Allah Swt. hendaklah menyempurnakannya dengan takwa. Orang yang bertakwa akan melandasi semua ucapan dan perbuatannya dengan kejujuran.

Contoh penerapan perilaku jujur:

Saat kamu berjalan kaki, secara tidak sengaja, kamu menemukan dompet. Setelah dibuka, ternyata isinya surat-surat berharga, sejumlah uang dan kartu identitas. Apa yang akan kamu lakukan? Sebagai orang jujur kamu harus mengembalikan dompet dan seluruh isinya secara utuh kepada yang punya. Jangan kamu ambil yang bukan hak kamu. Tentu orang yang kehilangan dompet tersebut sangat sedih dan berharap bisa menemukannya. Bagaimana jika hal ini terjadi pada diri kamu? Tentunya kamu ingin bisa menemukannya kembali secara utuh. Nah, jika kamu menemukan barang yang bukan milik kamu, segeralah kembalikan kepada pemiliknya. Sungguh, hal ini adalah akhlak yang sangat mulia.

2. Memahami Perilaku Menepati Janji

Janji adalah ucapan seseorang kepada orang lain yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Menepati janji berarti melaksanakan janji yang pernah diucapkan kepada orang lain. Menepati janji merupakan salah satu sifat terpuji yang harus dimiliki orang beriman. Orang beriman pantang untuk ingkar janji. Menurut hadis Nabi Muhammad saw. riwayat Bukhari dan Muslim, seseorang yang ingkar janji dikategorikan sebagai orang munafik. Sifat munafik merupakan bentuk perilaku yang sangat erat hubungannya dengan keimanan dan amaliyah atau perbuatan. Sifat munafik hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam karena bagian dari jenis perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Larangan tersebut lebih disebabkan oleh akibat dari perbuatan tersebut dapat membuat kerusakan.

Kesalehan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah mahdah saja, tetapi juga dari keluhuran akhlaknya. Ibadah mahdah seperti salat, zakat, puasa, dan lain-lain yang telah dilakukan seseorang tidak cukup untuk mengukur tingkat kesalehannya. Nilai ibadah tersebut harus mampu mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari, yakni perilaku mulia. Jika seseorang telah merasa cukup beribadah kepada Allah Swt., namun akhlaknya tercela, ia belum memiliki iman yang sempurna. Demikian juga dengan sifat menepati

janji. Sifat mulia ini merupakan cerminan dari kesempurnaan iman seorang muslim. Janji adalah hutang, hutang akan diminta pertanggungjawabannya sampai di akhirat. Barangsiapa berjanji harus ditepati. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim, jangan mudah mengobral janji. Sebaiknya, apabila berjanji, ucapkanlah InsyaAllah (jika Allah menghendaki). Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa akan datang. Manusia hanya merencanakan dan berusaha, sedangkan hasilnya ada di tangan Allah Swt. Jika seseorang tidak dapat menepati janji karena lupa atau karena alasan tertentu yang tidak disengaja, asalkan mengucap InsyaAllah, Allah Swt. akan memaafkannya. Meski demikian, tetap harus meminta maaf dan memberi penjelasan kepada orang tersebut.

Dalam sejarah hidup Rasulullah saw., beliau tidak pernah mengingkari janji. Beliau selalu menepati janji kepada siapa pun. Sudah seharusnya umat Islam meneladani Rasulullah saw. dalam hal menepati janji. Jika ini dilakukan niscaya akan mendapat rida dari Allah Swt. Lebih dari itu, dengan selalu menepati janji, kita akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Sekali saja seseorang mengingkari janji, orang lain sulit memercayainya lagi. Sungguh ini adalah kerugian amat besar.

Menepati janji merupakan wujud dari memuliakan, menghormati, dan menghargai sesama manusia. Orang yang selalu menepati janji akan mudah menjalin hubungan silaturahmi dengan orang lain. Dalam kehidupan ini, manusia selalu terikat oleh pergaulan dengan orang lain. Dengan kata lain, manusia selalu membutuhkan orang lain. Pergaulan dengan sesama manusia harus dilandasi dengan akhlak mulia. Makin mulia akhlak seseorang, akan makin besar pula kehormatan dan kewibawaannya di masyarakat. Perhatikan arti hadis berikut ini:

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah siapa yang paling baik menunaikan janji".

Sumber: Hadis Riwayat Bukhari

Seorang mukmin harus menunaikan janji dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, orang lain akan memberi hormat dan simpati dikarenakan sifat mulia ini. Allah Swt. mengancam orang-orang yang melanggar janji dengan azab yang pedih. Perhatikan firman Allah Swt. dalam al-Qur’an Q.S. Āli ‘Imrān/3 ayat 77 di bawah ini :

إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٧٧)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan

mereka. Bagi mereka azab yang pedih”. (QS Āli ‘Imrān/3: 77)

Ayat di atas menegaskan bahwa orang-orang yang melanggar janji dan sumpah kepada Allah Swt. akan mendapat azab yang pedih dari Allah Swt. di akhirat kelak. Di akhirat kelak Allah Swt. tidak akan menyapa dan memperhatikan mereka yang melanggar janji dan sumpah. Janji yang pernah kita ucapkan harus dilaksanakan, sebab janji adalah hutang yang wajib dibayar. Orang yang bersifat jujur senantiasa menepati janji.

Ingkar janji termasuk dosa besar yang harus dijauhi. Sifat ini akan menimbulkan berbagai kerugian, baik bagi pelakunya maupun orang lain. Mengingkari janji tali silaturahmi dengan orang lain bisa terputus bahkan bisa saling bermusuhan. Orang yang diingkari janji bisa kecewa dan marah. Jika tidak terkendali, akan terjadi pertengkaran dan perkelahian. Akan lebih berat lagi apabila pemimpin ingkar janji terhadap rakyatnya. Rakyat bisa marah, muncul kekacauan dan kerusuhan di mana-mana. Tentunya hal ini jangan sampai terjadi di negeri kita tercinta. Oleh karena itu, kita harus hatihati memilih pemimpin. Pilihlah pemimpin yang beriman, berakhlak mulia, jujur dan menepati janji.

Contoh penerapan perilaku menepati janji:

Sebagai salah satu pengurus OSIS, kamu berjanji kepada ketua OSIS untuk hadir dalam acara rapat rutin bulanan. Rapat rutin bulanan dilaksanakan setiap hari Sabtu pada Minggu pertama, setelah bel pulang sekolah. Tentunya ketua OSIS dan pengurus yang lain berharap semua bisa hadir, mengingat pentingnya agenda rapat tersebut. Namun, dua hari setelah kamu mengucapkan janji akan hadir, sahabat dekatmu mengundangmu untuk hadir dalam perayaan ulang tahun di rumahnya. Acara ulang tahun tersebut bersamaan dengan acara rapat rutin bulanan pengurus OSIS. Sudah tentu, kamu harus mendahulukan janji yang pertama, yakni hadir dalam rapat bulanan pengurus OSIS. Adapun acara ulang tahun tersebut bisa kamu hadiri setelahnya.

Kisah Teladan

Suatu ketika seorang sahabat Rasulullah saw. yang bernama Wasilah ibn Iqsa sedang berada di Pasar Ternak. Tiba-tiba saja, ia menyaksikan seseorang tengah tawar-menawar unta. Ketika ia lengah, pembeli itu telah menuntun unta yang telah dibelinya dengan harga 300 dirham. Wasilah bergegas mendapatkan si pembeli tersebut seraya bertanya, “Apakah unta yang engkau beli itu unta untuk disembelih atau sebagai tunggangan?” Si pembeli menjawab, “Unta ini untuk dikendarai.” Lalu, Wasilah memberikan nasihat bahwa unta tersebut tidak akan tahan lama karena di kakinya ada lubang karena cacat. Pembeli itu pun bergegas kembali menemui si penjual dan menggugat sehingga akhirnya terjadi pengurangan harga 100 dirham. Si penjual merasa jengkel kepada Wasilah seraya mengatakan, “Semoga engkau dikasihi Allah Swt., dan jual-beliku telah engkau rusak.” Mendengar ucapan tersebut, Wasilah menimpalinya, “Kami sudah berbai’at kepada Rasulullah saw. untuk berlaku jujur kepada setiap muslim, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiada halal bagi siapa pun yang menjual barangnya kecuali dengan menjelaskan cacatnya, dan tiada halal bagi yang mengetahui itu kecuali menjelaskannya.’

Sumber : Hadits Riwayat Hakim, Baihaki, dan Muslim dari Wasilah

Rangkuman

1. Jujur adalah berkata benar dan sesuai dengan kenyataan. Seseorang disebut jujur apabila berkata sesuai dengan kenyataan.

2. Q.S. Al-Ahzab/33 ayat 70 menjelaskan bahwa Allah Swt menyeru orang beriman untuk bertakwa kepada Allah Swt dan berkata benar.

3. Menurut Q.S. Ali ‘Imrān/3 ayat 77 bahwa orang-orang yang melanggarjanji dan sumpah kepada Allah Swt. akan mendapat azab yang pedih dari Allah Swt. di akhirat kelak.

4. Kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akanmembimbing ke surga. Sebaliknya, kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan itu akan menggiring ke neraka.

5. Janji adalah ucapan seseorang kepada orang lain yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat.

6. Menepati janji berarti melaksanakan janji yang pernah diucapkan kepada orang lain.

7. Menepati janji merupakan wujud dari memuliakan, menghormati dan menghargai sesama manusia.

8. Ingkar janji termasuk dosa besar yang harus dijauhi.

Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX Revisi 2018 Kemendikbud )

0 comments:

Post a Comment