Sifat
jujur dan menepati janji akan membuat hidup tenang dan bahagia. Sebaliknya,
kebohongan dan ingkar janji membuat hidup sengsara, baik di dunia maupun
akhirat. Berkata dusta dan ingkar janji merupakan perilaku tercela yang harus
dijauhi. Sungguh, Allah Swt. akan membalas semua amal baik dan amal buruk di
akhirat kelak dengan balasan seadil-adilnya.
Wahai
anak saleh, ketahuilah bahwa kesempurnaan iman seseorang tercermin dari akhlaknya.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.
Lihatlah di sekitar kita, banyak orang mengaku beriman tetapi buruk akhlaknya.
Mereka mengaku beriman, tetapi masih terbiasa berkata dusta dan ingkar janji.
Sungguh sangat disayangkan, seharusnya mereka menghiasi diri dengan sifat jujur
dan menepati janji.
Sifat
jujur dan menepati janji sangat dibutuhkan dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Seseorang yang memiliki sifat jujur akan memiliki banyak kawan. Mudah bergaul,
dan dipercaya oleh orang lain. Kepercayaan dari orang lain merupakan modal
utama meraih hidup bahagia. Tidak ada seorang pun yang mau ditipu dan diingkari
janji. Seseorang disebut jujur apabila ada kesamaan antara perkataan dan
perbuatan. Allah Swt. Maha Melihat dan Maha Mengetahui semua perbuatan dan isi
hati hamba-Nya.
Menepati
janji merupakan sifat orang beriman. Setiap janji adalah hutang, hutang harus
ditunaikan. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa salah satu tanda orang munafik
adalah mengingkari janji. Orang munafik akan ditempatkan di neraka yang paling
dasar. Tentu kamu tidak ingin dimasukkan
ke dalam kategori orang munafik. Di akhirat kelak, Allah Swt. akan menempatkan
orang munafik di dasar neraka.
Oleh
karena itu, penting untuk diketahui dan diamalkan sifat jujur dan menepati
janji dalam kehidupan sehari-hari. Kedua sifat mulia ini akan menjadikan hidup
bahagia di dunia dan akhirat, serta memperoleh ridha Allah Swt.
Mutiara Khasanah Islam
1. Memahami Perilaku Jujur
Jujur
adalah berkata benar dan sesuai dengan kenyataan. Seseorang disebut jujur
apabila berkata sesuai dengan kenyataan. Jujur merupakan salah satu perilaku
terpuji yang harus dimiliki seorang mukmin. Lawan dari sifat jujur adalah
berkata dusta. Sungguh, Allah Swt. dan Rasul-Nya melarang umat-Nya berkata
dusta. Bahkan, dalam sebuah hadis, dikatakan bahwa salah satu tanda orang
munafik adalah berkata dusta. Perhatikan terjemahan hadis berikut ini:
Mari
kita jauhi sifat dusta dan membiasakan bersifat jujur. Seorang muslim muslimah
sudah seharusnya menghiasi dirinya dengan sifat jujur. Seseorang yang bersifat
jujur akan mudah mendapat kepercayaan orang lain. Hal ini dikarenakan mereka
akan merasa aman ketika memberi kepercayaan
kepada orang jujur. Bukankah kepercayaan itu mahal harganya? Kita tidak bisa
memaksa orang lain untuk mempercayai kita, karena kepercayaan terlahir dari
kejujuran yang kita tunjukkan. Jika kita memang jujur, orang lain akan percaya
kepada kita. Kepercayaan juga tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan akan
tumbuh dengan sendirinya jika ada kejujuran. Jika seseorang dipercaya oleh
orang lain, akan mempermudah jalan mencari rejeki. Misalnya, seorang pimpinan
perusahaan yang jujur akan dipercaya oleh karyawan dan mitra bisnis. Tentu hal
ini akan menyebabkan perusahaan akan makin maju dan berkembang karena akan
mendapat kepercayaan juga dari konsumen.
Apakah
kamu sudah membiasakan bersifat jujur dalam kehidupan seharihari? Sifat jujur
ini harus kamu biasakan dalam pergaulan setiap hari. Ingatlah, bahwa generasi
muda muslim seperti kamu akan menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang.
Seorang pemimpin harus berakhlak mulia dan memiliki sifat jujur.
Kejujuran
akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga.
Sebaliknya, kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan itu
akan menggiring ke neraka.
Perhatikan terjemahan sabda Nabi
berikut ini.
Dari
Abdullah r.a. dari Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing
pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya
jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat
sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan
pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring
ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga
akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."
Sumber: Hadis Riwayat Bukhari
Allah
Swt. secara tegas memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berkata benar.
Perhatikan surat al-Ahzab/33: 70 di
bawah ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٧٠)
Artinya
: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang benar”. (Q.S. al-Ahzab/33: 70)
Ayat
tersebut jelas sekali mengatakan bahwa Allah Swt. menyeru orang beriman untuk
bertakwa kepada Allah Swt. dan berkata benar. Bertakwa berarti
bersungguh-sungguh dalam menaati semua perintah Allah Swt. dan menjauhi
larangan-Nya. Hakikat dari takwa adalah takut kepada Allah Swt., takut berbuat
salah dan dosa. Seseorang yang beriman kepada Allah Swt. hendaklah
menyempurnakannya dengan takwa. Orang yang bertakwa akan melandasi semua ucapan
dan perbuatannya dengan kejujuran.
Contoh
penerapan perilaku jujur:
Saat
kamu berjalan kaki, secara tidak sengaja, kamu menemukan dompet. Setelah dibuka,
ternyata isinya surat-surat berharga, sejumlah uang dan kartu identitas. Apa yang
akan kamu lakukan? Sebagai orang jujur kamu harus mengembalikan dompet dan seluruh
isinya secara utuh kepada yang punya. Jangan kamu ambil yang bukan hak kamu.
Tentu orang yang kehilangan dompet tersebut sangat sedih dan berharap bisa
menemukannya. Bagaimana jika hal ini terjadi pada diri kamu? Tentunya kamu
ingin bisa menemukannya kembali secara utuh. Nah, jika kamu menemukan barang
yang bukan milik kamu, segeralah kembalikan kepada pemiliknya. Sungguh, hal ini
adalah akhlak yang sangat mulia.
2. Memahami Perilaku Menepati Janji
Janji
adalah ucapan seseorang kepada orang lain yang menyatakan kesediaan dan
kesanggupan untuk berbuat. Menepati janji berarti melaksanakan janji yang
pernah diucapkan kepada orang lain. Menepati janji merupakan salah satu sifat
terpuji yang harus dimiliki orang beriman. Orang beriman pantang untuk ingkar
janji. Menurut hadis Nabi Muhammad saw. riwayat Bukhari dan Muslim, seseorang
yang ingkar janji dikategorikan sebagai orang munafik. Sifat munafik merupakan
bentuk perilaku yang sangat erat hubungannya dengan keimanan dan amaliyah atau
perbuatan. Sifat munafik hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam karena bagian
dari jenis perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Larangan tersebut lebih disebabkan
oleh akibat dari perbuatan tersebut dapat membuat kerusakan.
Kesalehan
seseorang tidak hanya diukur dari ibadah mahdah saja,
tetapi juga dari keluhuran akhlaknya. Ibadah mahdah seperti
salat, zakat, puasa, dan lain-lain yang telah dilakukan seseorang tidak cukup
untuk mengukur tingkat kesalehannya. Nilai ibadah tersebut harus mampu mewarnai
perilaku dalam kehidupan sehari-hari, yakni perilaku mulia. Jika seseorang
telah merasa cukup beribadah kepada Allah Swt., namun akhlaknya tercela, ia belum
memiliki iman yang sempurna. Demikian juga dengan sifat menepati
janji.
Sifat mulia ini merupakan cerminan dari kesempurnaan iman seorang muslim. Janji
adalah hutang, hutang akan diminta pertanggungjawabannya sampai di akhirat.
Barangsiapa berjanji harus ditepati. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim,
jangan mudah mengobral janji. Sebaiknya, apabila berjanji, ucapkanlah
InsyaAllah (jika Allah menghendaki). Karena kita tidak tahu apa yang akan
terjadi di masa akan datang. Manusia hanya merencanakan dan berusaha, sedangkan
hasilnya ada di tangan Allah Swt. Jika seseorang tidak dapat menepati janji
karena lupa atau karena alasan tertentu yang tidak disengaja, asalkan mengucap
InsyaAllah, Allah Swt. akan memaafkannya. Meski demikian, tetap harus meminta
maaf dan memberi penjelasan kepada orang tersebut.
Dalam
sejarah hidup Rasulullah saw., beliau tidak pernah mengingkari janji. Beliau
selalu menepati janji kepada siapa pun. Sudah seharusnya umat Islam meneladani
Rasulullah saw. dalam hal menepati janji. Jika ini dilakukan niscaya akan
mendapat rida dari Allah Swt. Lebih dari itu, dengan selalu menepati janji,
kita akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Sekali saja seseorang
mengingkari janji, orang lain sulit memercayainya lagi. Sungguh ini adalah
kerugian amat besar.
Menepati
janji merupakan wujud dari memuliakan, menghormati, dan menghargai sesama
manusia. Orang yang selalu menepati janji akan mudah menjalin hubungan
silaturahmi dengan orang lain. Dalam kehidupan ini, manusia selalu terikat oleh
pergaulan dengan orang lain. Dengan kata lain, manusia selalu membutuhkan orang
lain. Pergaulan dengan sesama manusia harus dilandasi dengan akhlak mulia.
Makin mulia akhlak seseorang, akan makin besar pula kehormatan dan
kewibawaannya di masyarakat. Perhatikan arti hadis berikut ini:
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya yang
terbaik di antara kamu adalah siapa yang paling baik menunaikan janji".
Sumber: Hadis Riwayat Bukhari
Seorang
mukmin harus menunaikan janji dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, orang
lain akan memberi hormat dan simpati dikarenakan sifat mulia ini. Allah Swt.
mengancam orang-orang yang melanggar janji dengan azab yang pedih. Perhatikan
firman Allah Swt. dalam al-Qur’an Q.S. Āli ‘Imrān/3 ayat 77 di
bawah ini :
إِنَّ الَّذِينَ
يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ
لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٧٧)
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah
mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh
bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak
akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan
mereka.
Bagi mereka azab yang pedih”. (QS Āli ‘Imrān/3: 77)
Ayat
di atas menegaskan bahwa orang-orang yang melanggar janji dan sumpah kepada
Allah Swt. akan mendapat azab yang pedih dari Allah Swt. di akhirat kelak. Di
akhirat kelak Allah Swt. tidak akan menyapa dan memperhatikan mereka yang
melanggar janji dan sumpah. Janji yang pernah kita ucapkan harus dilaksanakan,
sebab janji adalah hutang yang wajib dibayar. Orang yang bersifat jujur
senantiasa menepati janji.
Ingkar
janji termasuk dosa besar yang harus dijauhi. Sifat ini akan menimbulkan
berbagai kerugian, baik bagi pelakunya maupun orang lain. Mengingkari janji
tali silaturahmi dengan orang lain bisa terputus bahkan bisa saling bermusuhan.
Orang yang diingkari janji bisa kecewa dan marah. Jika tidak terkendali, akan
terjadi pertengkaran dan perkelahian. Akan lebih berat lagi apabila pemimpin
ingkar janji terhadap rakyatnya. Rakyat bisa marah, muncul kekacauan dan
kerusuhan di mana-mana. Tentunya hal ini jangan sampai terjadi di negeri kita tercinta.
Oleh karena itu, kita harus hatihati memilih pemimpin. Pilihlah pemimpin yang
beriman, berakhlak mulia, jujur dan menepati janji.
Contoh
penerapan perilaku menepati janji:
Sebagai
salah satu pengurus OSIS, kamu berjanji kepada ketua OSIS untuk hadir dalam
acara rapat rutin bulanan. Rapat rutin bulanan dilaksanakan setiap hari Sabtu
pada Minggu pertama, setelah bel pulang sekolah. Tentunya ketua OSIS dan
pengurus yang lain berharap semua bisa hadir, mengingat pentingnya agenda rapat
tersebut. Namun, dua hari setelah kamu mengucapkan janji akan hadir, sahabat
dekatmu mengundangmu untuk hadir dalam perayaan ulang tahun di rumahnya. Acara
ulang tahun tersebut bersamaan dengan acara rapat rutin bulanan pengurus OSIS.
Sudah tentu, kamu harus mendahulukan janji yang pertama, yakni hadir dalam rapat
bulanan pengurus OSIS. Adapun acara ulang tahun tersebut bisa kamu hadiri
setelahnya.
Kisah Teladan
Suatu
ketika seorang sahabat Rasulullah saw. yang bernama Wasilah ibn Iqsa sedang berada
di Pasar Ternak. Tiba-tiba saja, ia menyaksikan seseorang tengah tawar-menawar
unta. Ketika ia lengah, pembeli itu telah menuntun unta yang telah dibelinya
dengan harga 300 dirham. Wasilah bergegas mendapatkan si pembeli tersebut
seraya bertanya, “Apakah unta yang engkau beli itu unta untuk disembelih atau
sebagai tunggangan?” Si pembeli menjawab, “Unta ini untuk dikendarai.” Lalu,
Wasilah memberikan nasihat bahwa unta tersebut tidak akan tahan lama karena di
kakinya ada lubang karena cacat. Pembeli itu pun bergegas kembali menemui si penjual
dan menggugat sehingga akhirnya terjadi pengurangan harga 100 dirham. Si
penjual merasa jengkel kepada Wasilah seraya mengatakan, “Semoga engkau
dikasihi Allah Swt., dan jual-beliku telah engkau rusak.” Mendengar ucapan tersebut,
Wasilah menimpalinya, “Kami sudah berbai’at kepada Rasulullah saw. untuk
berlaku jujur kepada setiap muslim, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiada
halal bagi siapa pun yang menjual barangnya kecuali dengan menjelaskan cacatnya,
dan tiada halal bagi yang mengetahui itu kecuali menjelaskannya.’
Sumber : Hadits Riwayat Hakim, Baihaki,
dan Muslim dari Wasilah
Rangkuman
1.
Jujur adalah berkata benar dan sesuai dengan kenyataan. Seseorang disebut jujur
apabila berkata sesuai dengan kenyataan.
2.
Q.S. Al-Ahzab/33 ayat
70 menjelaskan bahwa Allah Swt menyeru orang beriman untuk bertakwa kepada
Allah Swt dan berkata benar.
3.
Menurut Q.S. Ali ‘Imrān/3 ayat
77 bahwa orang-orang yang melanggarjanji dan sumpah kepada Allah Swt. akan
mendapat azab yang pedih dari Allah Swt. di akhirat kelak.
4.
Kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akanmembimbing ke surga.
Sebaliknya, kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan itu
akan menggiring ke neraka.
5.
Janji adalah ucapan seseorang kepada orang lain yang menyatakan kesediaan dan
kesanggupan untuk berbuat.
6.
Menepati janji berarti melaksanakan janji yang pernah diucapkan kepada orang
lain.
7.
Menepati janji merupakan wujud dari memuliakan, menghormati dan menghargai
sesama manusia.
8. Ingkar janji termasuk dosa besar
yang harus dijauhi.
Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX Revisi 2018 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment