Damaskus (sekarang ibukota negara Suriah) menjadi saksi sejarah betapa
majunya peradaban dan ilmu pengetahuan saat itu. Di Kota Damaskus banyak didirikan
gedung-gedung yang indah. Lingkungan di sekeliling kota juga dibangun dengan
tata kota yang sangat teratur. Di sana juga dibuat taman-taman kota yang asri,
nyaman, dan sedap dipandang mata. Jalan-jalan ditanami pepohonan yang teduh,
sungai-sungai juga dibuat sedemikian rapi, bersih, dan teratur. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saat itu masyarakat muslim telah mengalami perkembangan
budaya dan ilmu pengetahuan yang sangat maju. Di kota ini juga dibangun masjid
yang sangat megah dan indah karya seorang arsitek bernama Abu Ubaidah bin
Jarrah.
Kota Damaskus juga terkenal dengan kota pelajar. Pada waktu itu jumlah
sekolah di Kota Damaskus sudah mencapai 20 sekolah. Sejumlah perpustakaan besar
juga didirikan untuk mendukung tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan. Di antara lembaga
pendidikan itu terdapat sekolah-sekolah kedokteran dan rumah sakit. Sungguh
pada zaman tersebut kemajuan semacam ini merupakan prestasi yang luar biasa.
Keberadaan Daulah Umayyah di Andalusia (Spanyol) pun tak mau kalah
dengan periode Daulah Umayyah di Damaskus. Kekhalifahan Bani Umayyah di Spanyol menjadikan Cordoba sebagai ibukotanya. Kota
Cordoba menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini didirikan Uneversitas
Cordoba. Universitas ini memiliki perpustakaan dengan koleksi buku mencapai
400.000 judul. Sungguh untuk ukuran saat itu, hal ini merupakan kemajuan yang
tiada duanya di dunia.
Dengan kemajuan yang demikian itu, Cordoba menjadi inspirasi bagi para
ilmuwan dan penulis bangsa Barat. Oleh para ahli sejarah, kemajuan Cordoba di Spanyol
pada zaman pemerintahan Umayyah disebut-sebut sebagai cikal bakal pembawa
kemajuan bangsa Barat di kemudian hari.
Nah, mari kita renungkan! Umat Islam pada waktu itu sudah menjadi
pelopor kemajuan dunia karena kegigihannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan budaya. Jadi, sangat disayangkan jika generasi muda muslim sekarang menjadi
malas belajar dan lemah.
Mutiara
Khazanah Islam
1. Daulah
Umayyah di Damaskus (661-750M)
Daulah Umayyah berdiri selama 90 tahun (40 – 132 H / 661 – 750 M). Pendirinya
bernama Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah. Daulah Umayyah menjadikan
Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Kalian pasti tahu bahwa saat ini
Damaskus menjadi ibukota negara Suriah. Sebagai pendiri Daulah Umayyah,
Muawiyah bin Abi Sufyan sekaligus menjadi Khalifah pertama. Adapun secara
lengkap para khalifah Bani Umayyah sebagai berikut:
a. Muawiyah bin Abu Sufyan (Muawiyah I), tahun 660 -680 M. (41-61 H )
b. Yazid bin Muawiyah (Yazid I), tahun 680-683 M. (61-64 H)
c. Muawiyah bin Yazid (Muawiyah II), tahun 683-684 M. (64-65 H)
d. Marwan bin Hakam (Marwan I), tahun 684-685 M. (65-66 H)
e. Abdul Malik bin Marwan, tahun 685-705 M. (66-86 H)
f. Al-Walid bin ‘Abdul Malik (al-Walid I), tahun 705-715 M. (86-97 H)
g. Sulaiman bin ‘Abdul Malik, tahun 715-717 M. (97-99 H)
h. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (‘Umar II), tahun 717-720M. (99-102 H)
i. Yazid bin ‘Abdul Malik (Yazid II), tahun 720-724 M. (102-106 H)
j. Hisyam bin ‘Abdul Malik, tahun 724-743 M. (106-126 H)
k. Walid bin Yazid (al-Walid III), tahun 743-744 M. (126-127 H)
l. Yazid bin Walid (Yazid III), tahun 744 M. (127 H)
m. Ibrahim bin al-Walid, tahun 744 M. (127 H)
n. Marwan bin Muhammad (Marwan II al-Himar), tahun 745-750 M. (127-133
H)
Pada saat Daulah Umayyah diperintah oleh al-Walid bin ‘Abdul Malik, keadaan
negara sangat tenteram, makmur, dan tertib. Umat Islam merasa nyaman dan hidup
bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu
tercatat suatu perluasan wilayah dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya,
benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat
ditundukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya
menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa,
dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi daerah
perluasan selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dapat dikuasai dengan cepat.
Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira dan Toledo.
Di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, perluasan wilayah dilakukan ke Perancis
melalui pegunungan Pirenia. Misi ini dipimpin oleh Abdurrahman bin Abdullah
al-Ghafiqi. Dengan keberhasilan perluasan wilayah ke beberapa daerah, baik di
timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul
sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria,
Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah
yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia
Tengah.
Di samping perluasan wilayah Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos
dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan
peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata dan mencetak mata uang.
Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri. Qadi
adalah seorang ahli di bidang kehakiman. Abdul
Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di
daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada
tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin
Marwan juga berhasil melakukan pembenahanpembenahan administrasi pemerintahan
dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan
Islam.
Keberhasilan ini dilanjutkan oleh puteranya al-Walid bin Abdul Malik (705-715
M) meningkatkan pembangunan, di antaranya membangun panti panti untuk orang
cacat dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Ia juga membangun
jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya,
pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Selain kemajuan dalam bidang pemerintahan, ilmu pengetahuan juga dikembangkan
pada masa itu. Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut meliputi:
a. Ilmu agama, seperti: al-Qur’ān, Hadis, dan fiqih. Proses pembukuan hadis terjadi pada masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz sejak saat itulah hadis
mengalami perkembangan pesat.
b. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah al-Jurhumi berhasil menulis
berbagai peristiwa sejarah.
c. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa,
nahwu, saraf, dan
lain-lain.
d. Bidang ilmu filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal
dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung, dan ilmu
yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
2. Daulah
Umayyah di Andalusia (756 M – 1031 M)
Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus berakhir pada tahun 750 M, kekhalifahan
pindah ke tangan Bani Abbasiyah. Namun, salah satu penerus Bani Umayyah yang
bernama Abdurrahman ad-Dakhil dapat meloloskan diri pada tahun 755 M. Ia dapat
lolos dari kejaran pasukan Bani Abbasiyah dan masuk ke Andalusia (Spanyol). Di
Spanyol sebagian besar umat Islam di sana masih setia dengan Bani Umayyah. Ia
kemudian mendirikan pemerintahan sendiri dan mengangkat dirinya sebagai amir
(pemimpin) dengan pusat kekuasaan di Cordoba.
Adapun amir-amir Bani Umayyah yang memerintah di Andalusia (Spanyol)
sebagai berikut:
a. Abdurrahman ad-Dakhil (Abdurrahman I), tahun 756-788 M.
b. Hisyam bin Abdurrahman (Hisyam I), tahun 788-796 M.
c. Al-Hakam bin Hisyam (al-Hakam I) , tahun 796-822 M.
d. Abdurrahman al-Ausat (Abdurrahman II) , tahun 822-852 M.
e. Muhammad bin Abdurrahman (Muhammad I) , tahun 852-886 M.
f. Munzir bin Muhammad, tahun 886-888 M.
g. Abdullah bin Muhammad, tahun 888-912 M.
h. Abdurrahman an-Nasir (Abdurrahman III) , tahun 912-961 M.
i. Hakam al-Muntasir (al-Hakam II) , tahun 961-976 M.
j. Hisyam II, tahun 976-1009 M.
k. Muhammad II, tahun 1009-1010 M.
l. Sulaiman, tahun 1013-1016 M.
m. Abdurrahman IV, tahun 1016-1018 M.
n. Abdurrahman V, tahun 1018-1023 M.
o. Muhammad III, tahun 1023-1025 M.
p. Hisyam III, tahun 1027-1031 M.
Pada masa pemerintahan Daulah Umayyah di Andalusia (Spanyol), Cordoba
menjadi pusat berkembangnya ilmu pengetahuan. Pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan terjadi pada masa pemerintahan amir yang ke-8 yakni Abdurrahman
an-Nasir dan amir yang ke-9 yakni Hakam al-Muntasir.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Kota Cordoba ditandai dengan
adanya Universitas Cordoba. Universitas ini memiliki perpustakaan dengan
koleksi buku mencapai 400.000 judul. Pada masa kejayaannya Cordoba memiliki 491
masjid dan 900 pemandian umum. Karena air di kota ini tidak layak minum,
pemerintah memiiki inisiatif untuk membangun instalasi air minum dari
pegunungan sepanjang 80 km.
Tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan di Cordoba membuat berbagai inisiatif
dan inovasi dalam rangka membuat kehidupan lebih sejahtera dan nyaman.
Didirikannya masjid-masjid yang megah dan indah menunjukkan bahwa pada saat itu
kesadaran untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan juga sangat tinggi.
3.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, ilmu pengetahuan mengalami kemajuan
yang sangat berarti. Adapun perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Ilmu Kimia
Di antara ahli kimia ketika itu adalah Abu al-Qasim Abbas ibn Farnas yang
mengembangakan ilmu kimia murni dan kimia terapan. Ilmu kimia murni maupun
kimia terapan adalah dasar bagi ilmu farmasi yang erat kaitannya dengan ilmu
kedokteran.
b. Kedokteran
Di antara ahli kedokteran ketika itu adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Ia
dikenal sebagai ahli bedah, perintis ilmu penyakit telinga, dan pelopor ilmu
penyakit kulit. Di dunia Barat dikenal dengan Abulcasis. Karyanya berjudul al-Ta’rif
li man ‘Ajaza ‘an al-Ta’līf, yang pada abad XII
telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan dicetak ulang di Genoa (1497M),
Basle (1541 M) dan di Oxford (1778 M). Buku tersebut menjadi rujukan di
universitas-universitas di Eropa.
c. Sejarah.
1) Abu Marwan Abdul Malik bin Habib, salah satu bukunya berjudul al-Tarikh. Ia meninggal pada tahun 852 M.
2) Abu Bakar Muhammad bin Umar, dikenal dengan Ibnu Quthiyah. Karya
bukunya berjudul Tarikh Iftitah al-Andalus.
3) Hayyan bin Khallaf bin Hayyan, karyanya al-Muqtabis
fi Tarikh Rija al Andalus dan al-Matin.
d. Bahasa dan sastra
Di antara tokoh terkenal bidang sastra ketika itu adalah :
1) Ali al-Qali, karyanya al-Amali dan al-Nawadir, wafat pada tahun 696 M.
2) Abu Bakar Muhammad Ibn Umar. Di samping terkenal sebagai ahli sejarah,
ia adalah seorang ahli bahasa Arab, nahwu, penyair, dan sastrawan. Ia menulis
buku dengan judul al-Af’al dan Fa’alta wa Af’alat. Ia meninggal pada tahun 977 M.
3) Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih, karya prosa diberi nama al-‘Aqd
al-Farid. Ia meninggal tahun 940 M.
4) Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Lahir di Cordova pada tahun 382 H/992
M dan wafat pada tahun 1035 M. Karyanya dalam bentuk prosa adalah Risalah
al -awabi’ wa al-Zawabig, Kasyf al-Dakk wa ASar al-Syakk dan Hanut ‘Athar.
4.
Pertumbuhan Kebudayaan
Selain ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayah juga berhasil mengembangkan
bidang lainnya, yaitu:
a. Arsitektur
Perkembangan di bidang arsitektur ini terlihat dari bangunanbangunan artistik
serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun menjadi kota
modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang kental di setiap
sudut bangunannya. Pada masa Walid dibangun juga sebuah masjid agung yang
terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin
Jarrah serta dibangunnya sebuah kota baru yaitu kota Kairawan oleh Uqbah bin
Nafi.
b. Organisasi militer
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah ini militer dikelompokkan menjadi
3 angkatan yaitu angkatan darat (al-jund), angkatan
laut (albahiriyah) dan angkatan kepolisian.
c. Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan
menjadi semakin lancar. Ibu Kota Basrah di Teluk Persi pun menjadi pelabuhan
dagang yang ramai dan makmur, begitu pula Kota Aden.
d. Kerajinan
Ketika Khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras
(semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah
dan para pembesar pemerintahan
Kisah Teladan
Al-Zahrawi
(936 M – 1013 M)
Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas al-Zahrawi dilahirkan di Zahra, yang terletak
di sekitar Cordoba, Spanyol pada tahun 926 M. Beliau dikenal di Barat sebagai
Abulcasis. Beliau adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam
abad Pertengahan. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II
dari kekhalifahan Umayyah. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, yaitu kumpulan
praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di
antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa
Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12. Selama lima abad Eropa
pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran
di Eropa.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi
secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi,farmakologi,serta
ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun
ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika
seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini
merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga
ke seluruh Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar
ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut
Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang
Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba
memiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menekankan pentingnya
observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk
tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik.
Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter untuk berpegang pada norma
dan kode etik kedokteran, yakni tidak menggunakan profesi dokter hanya untuk
meraup keuntungan materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang.
Pada masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi
bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi
bedah. Hanya dokter yang memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh
melakukan operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern ini muncul istilah
dokter spesialis bedah (surgeon).
Kehebatan dan profesionalitas Al-Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui
para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari
seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al-Tasrif yang ditulisnya lalu
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M.
Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku
resmi sekolah kedokteran dan para dokter serta ahli bedah Eropa selama lima
abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahapeserta
didik kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis
bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab
Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era
Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis, Jaques
Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M, dua tahun
setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan
lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama
jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6
yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang
dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.(Sumber : Wikipedia)
Rangkuman
1. Daulah Umayyah mengalami dua periode, yaitu periode di Damaskus dan
di Cordoba, Andalusia.
2. Daulah Umayyah di Damaskus berdiri selama 90 tahun (661 M –750 M).
Pendirinya bernama Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah. Daulah Umayyah
menjadikan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Saat ini Damaskus menjadi
ibukota negara Suriah.
3. Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus berakhir pada tahun 750 M dan kekhalifahan
pindah ke tangan Bani Abbasiyah.
4. Masa keemasan Bani Umayyah di Damaskus adalah pada saat pemerintahan
Al-Walid dan Umar bin Abdul Aziz.
5. Pemerintahan Daulah Umayyah di Andalusia (Spanyol) berdiri selama 275
tahun (756 M – 1031 M), Cordoba menjadi pusat pemerintahannya.
6. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada masa pemerintahan
Amir yang ke-8 yakni Abdurrahman an-Nasir dan Amir yang ke-9 yakni Hakam
al-Muntasir.
7. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, ilmu pengetahuan mengalami
kemajuan yang sangat berarti. Adapun perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Ilmu Kimia
b. Kedokteran
c. Sejarah.
d. Bahasa dan sastra
Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII Revisi 2017 Kemendikbud )
0 comments:
Post a Comment