Friday, 5 May 2017
Sujud
May 05, 2017
No comments
Dalam ajaran Islam, ada beberapa macam
sujud yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Islam. Sujud yang dimaksud,
antara lain sujud syukur dan sujud tilawah. Kedua sujud tersebut dilakukan di
luar salat. Tahukah kamu, apa yang dimaksud sujud syukur, sujud sahwi, dan
sujud tilawah? Untuk mengetahui kedua sujud tersebut, ikuti pembahasannya
berikut.
A. Sujud Syukur
Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan
seseorang sebagai tanda terima kasih atau syukur kepada Allah swt. atas
kenikmatan dan rahmat yang telah diberikan. Misalnya, sujud syukur karena
mendapat nilai bagus, naik kelas, lulus ujian, mendapat rezeki yang melimpah,
dan terhindar dari kecelakaan yang hampir menimpanya. Sujud syukur menurut Imam
Syafi’i hukumnya sunah. Sujud ini dilakukan di luar salat dan tidak boleh
dilakukan
di dalam salat. Sujud syukur tidak
terikat oleh waktu. Artinya, sujud syukur dapat dilakukan kapan saja atau di
mana saja.
Berkaitan dengan sujud
syukur, Rasulullah bersabda sebagai berikut.
عَن اَبِيْ بَكْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ صلى
الله عليه وسلم كَانَ اِذَا اَتَاهُ اَمْرٌ يَسُرُّهُ اَوْبُشِّرَبِهِ خَرَّسَا
جِدًا شُكْرًالَلّٰهِ تَبَارَكَ تَعَالٰى (رواه ابن ماجه)
Artinya:
Dari Abu Bakrah bahwasanya Nabi saw.
apabila datangkepadanya suatu perkara yang menyenangkan atau mendapatkan
kegembiraan, beliau tunduk bersujud syukur kepada Allah swt. (H.R. Ibnu
Majah:1384)
Adapun cara melakukan sujud syukur itu
seyogianya suci dari hadas dan najis, berdiri menghadap kiblat, niat sujud
syukur bersamaan takbiratulihram, lalu sujud satu kali kemudian duduk, dan
diakhiri salam. Namun, ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa sujud syukur
itu boleh dilakukan tidak bersuci dahulu dengan pertimbangan, seperti selepas
dari bahaya maut, kemudian langsung sujud syukur.
Tidak ada tuntunan yang pasti bacaan
dalam sujud syukur ini. Oleh karena itu, boleh membaca doa apa saja dan
menggunakan bahasa apa saja.
Berikut ini salah satu contoh doa
sujud yang terdapat dalam Al-Qur’an.
رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ
وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ
إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (١٥)
Artinya:
Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar
aku dapat mensyukuri nikmat -Mu yang telah Engkau limpahkan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat kebajikan yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sungguh aku bertaubat
kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang-orang yang
berserah diri (Q.S. al-A.hq–af/46: 15).
B. Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud yang
dilakukan sesudah tasyahud akhir sebelum salam sebanyak dua kali.
Sebab-sebab sujud sahwi adalah sebagai
berikut.
1. Ketinggalan tasyahud awal.
2. Kelebihan rakaat atau rukuk atau
sujudnya sebab lupa.
3. Karena ragu jumlah rakaat yang
telah dilakukan.
Cara melakukan sujud sahwi misalnya
kita sedang salat magrib, pada rakaat ketiga kita mengetahui bahwa kita belum
duduk tasyahud awal karena lupa maka setelah duduk tasyahud akhir sebelum salam
kita harus sujud dua kali. Begitu juga apabila kita mengetahui bahwa dalam
salat ada kelebihan rakaat, rukuk, atau sujud serta kita ragu akan jumlah
rakaat yang kita lakukan maka kita harus sujud sahwi.
Adapun hukum sujud sahwi adalah sunah
muakkad.
Bacaan sujud sahwi
سُبْحَانَ مَنْ لَايَنَامُ وَلَايَسْهُوْ
Artinya: “Mahasuci Allah yang tidak tidur dan
tidak pernah lupa”
Dalil tentang sujud sahwi yang
artinya: Dari Ibnu Mas’ud: Sesungguhnya Nabi saw telah sembahyang zuhur lima rakaat,
maka ditanya orang kepada beliau: Adakah beliau sengaja melebihkan sembanyangnya
beliau: jawab beliau tidak. Mereka yang melihat beliau sembahyang berkata:
Engkau telah sembahyang lima rakaat. Mendengar keterangan mereka yang demikian maka
beliau terus sujud dua kali” (H.R. Bukhari.
C. Sujud Tilawah
Tilawah artinya bacaan. Sujud tilawah
adalah sujud yang dilakukan saat seorang muslim mendengar bacaan atau membaca
ayat-ayat sajdah dari Al-Qur’an. Dalam sebuah hadis, diriwayatkan sebagai
berikut.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضى الله عنه اَنَّ
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْأنَ فَإِذَا مَرَّ
بِالسَّجْدَةِ كَبَرَ وَسَجَّدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ (رواه الترمذى)
Artinya: “....Dari Ibnu Umar ra. sesungguhnya
Nabi saw pernah membaca Al-Qur’an di depan kami, maka apabila beliau telah
melewati (membaca) ayat sajdah, beliau takbir dan sujud, kemudian kami pun
sujud bersama beliau (H.R. Tirmizi)
Berdasarkan hadis tersebut, para ulama
berkesimpulan bahwa kedudukan hukum pelaksanaan sujud tilawah adalah sunah,
baik yang dilakukan di dalam salat maupun di luar salat.
Cara melakukan sujud tilawah dalam
salat adalah langsung bersujud saat orang yang
sedang salat membaca ayat sajdah dari salah satu surah dalam
Al-Qur’an. Sujud tilawah cukup dilakukan satu kali sambil membaca tasbih
selayaknya sujud biasa dan ditambah bacaan khusus sujud tilawah.
Hal itu sebagaimana diriwayatkan dari
Aisyah yang berbunyi sebagai berikut.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلٰى اَللّٰهُمَّ
اكْتُبْ لِى بِهَا أَجْرًا وَضَعْ عَنِّى بِهَا وِزْرًا وَاجْعَلْهَالِيْ عِنْدَكَ
ذَخْرًا وَتَقَبَّلَهَا مِنِّيْ كَمَا قَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ (رواه
الترمذى)
Artinya:
Maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi. Ya
Allah, catatlah bagiku pahala, dan lepaskan dariku dosa.
Dan jadikanlah bacaan ayat ini sebagai tabungan amal bagiku,
dan terimalah bacaan tersebut dariku, sebagaimana Engkau
menerima bacaan hamba-Mu Daud” (H.R. Tirmizi:528)
Setelah melakukan sujud tilawah dengan
bacaan tersebut, orang yang salat itu kembali berdiri
meneruskan bacaannya dan meneruskan salatnya sampai selesai.
Adapun cara melakukan sujud tilawah yang dilakukan di luar salat, yakni dimulai dengan
takbiratul ihram, kemudian sujud, duduk setelah sujud, dan
diakhiri dengan salam.
Bacaan sujud tilawah di luar salat sama
dengan sujud tilawah dalam salat. Perbedaannya
adalah bagi yang berada di luar kegiatan salat, sujud tilawah
harus dimulai dengan takbiratulihram, untuk membedakan antara perbuatan
ibadah mahdah dengan kegiatan lainnya di luar peribadatan. Sujud tilawah
diakhiri dengan salam, untuk menandakan berakhirnya peribadatan tersebut
sehingga dapat meneruskan kembali pekerjaan di luar sujudnya itu.
Berikut ini contoh
bacaan sajdah yang terdapat dalam Al-Qur’an.
1. Surah al-A’r-af : 206, juz 9
2. Surah ar-R’ad : 15, juz 13
3. Surah an-Na.hl, 50, juz 14
4. Surah al-Isr-a’ : 109, juz 15
5. Surah Maryam : 58, juz 16
6. Surah al-.Hajj : 18, juz 17
7. Surah al- H. ajj : 77, juz 17
8. Surah al-Furq-an : 60, juz 19
9. Surah as-Sajdah, 15, juz 21
10. Surah Fu.s.silat :
38, juz 24
Salat Sunah Rawatib
May 05, 2017
No comments
Sesungguhnya amal perbuatan manusia
yang pertama kali dihisab adalah salat.
Allah akan melihat apakah salat seorang
hamba itu sempurna atau tidak. Jika seorang hamba salatnya tidak sempurna maka
Allah akan melihat apakah ia mengerjakan salat sunah atau tidak. Jadi, salat
sunah dapat digunakan sebagai penyempurna salat fardu.
A. Pengertian Salat
Sunah Rawatib
Kata rawatib berasal dari bahasa Arab,
yaitu bentuk jamak dari lafal “Ratib” yang artinya “gaji, tambahan, atau salat
sunah”.
Menurut istilah, salat sunah rawatib
artinya salat sunah yang dikerjakan sebelum atau sesudah salat fardu atau salat
sunah yang mengiringi salat fardu.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud disebutkan bahwa salat-salat sunah disyariatkan, agar menjadi
penyempurna bagi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi ketika melaksanakan
salatsalat fardu.
Salat sunah rawatib dibedakan menjadi
dua macam, yaitu salat sunah mu’akkad (ditekankan) dan salat sunah gairu mu’akkad
(tidak ditekankan).
Macam salat sunah mu’akkad (yang
ditekankan) adalah sebagai berikut.
1. Salat sunah sebelum salat Subuh.
2. Salat sunah sebelum salat Zuhur.
3. Salat sunah sesudah salat Zuhur dan
sesudah salat Jum’at.
4. Salat sunah sesudah salat Magrib.
5. Salat sunah sesudah salat Isya.
Adapun salat sunah yang gairu mu’akkad
(tidak ditekankan) adalah sebagai berikut.
1. Salat sunah sebelum dan sesudah
salat Zuhur.
2. Salat sunah sebelum salat Asar.
3. Salat sunah sebelum
salat Magrib.
B. Waktu dan Bilangan
Rakaat Salat Sunah Rawatib
Salat sunah rawatib dilaksanakan beriringan
dengan salat wajib. Waktu untuk mengerjakan salat sunah rawatib jika telah
masuk waktu salat fardu. Salat sunah rawatib jika dilihat dari waktu
mengerjakannya dibagi menjadi dua, yaitu salat sunah qabliyah dan salat sunah
ba’diyah.
Salat sunah qabliyah adalah salat sunah
yang dikerjakan sebelum salat fardu, sedangkan salat sunah ba’diyah adalah
salat sunah yang dikerjakan sesudah salat fardu.
Adapun hukum salat sunah rawatib ada
dua macam, yaitu salat sunah rawatib mu’akkad dan salat sunah rawatib gairu mu’akkad.
Salat sunah rawatib mu’akkad dan bilangan
rakaatnya adalah sebagai berikut.
1. Dua rakaat sebelum salat Subuh
Rasulullah saw
bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رضىالله عنها
عَنِالنَّبِيِّ صلىالله عليه وسلم قَالَ : رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا
وَمَا فِيْهَا (رواه المسلم)
Artinya:
Dari Aisyah bahwasannya Nabi Muhammad
saw. telah bersabda: “Dua rakaat fajar (salat sunah yang dikerjakan sebelum
salat Subuh) itu lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (H.R. Muslim :1193)
2. Dua rakaat sebelum salat Zuhur.
3. Dua rakaat sesudah salat Zuhur.
4. Dua rakaat sesudah salat Magrib.
5. Dua rakaat sesudah
salat Isya.
Dengan demikian jumlah rakaat salat
sunah rawatib yang mu’akkad ada 10 rakaat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
berikut.
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ
حَفِظْتُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ (رواه
البخارى)
Artinya:
Dari Abdullah bin Umar ia berkata: “Saya
ingat dari Rasulullah saw., dua rakaat sebelum zuhur, dua rakaat sesudah zuhur,
dua rakaat sesudah magrib, dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum
subuh”. (H.R. Bukhari:1109)
Salat sunah rawatib gairu mu’akkad dan
bilangan rakaatnya adalah sebagai berikut.
1. Dua rakaat sebelum dan dua rakaat
sesudah salat Zuhur.
2. Empat rakaat sebelum salat Asar.
Sebagaimana sabda
Rasulullah saw.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : عَنِ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قًبْلَ
الْعَصْرِ اَرْبَعًا (رواه الترمذى)
Artinya :
Dari Ibnu Umar, dari Nabi Muhammad
saw. beliau bersabda: “Allah memberi rahmat akan manusia yang salat empat
rakaat sebelum salat Asar”. (H.R. Tirmizi: 395)
3. Dua rakaat sebelum salat Magrib.
Dengan demikian jumlah rakaat salat
sunah rawatib qabliyah untuk salat Zuhur adalah empat rakaat, yaitu dua rakaat
mu’akkad dan dua rakaat gairu mu’akkad dan jumlah rakaat salat sunah rawatib ba’diyahnya
empat rakaat, yaitu dua rakaat mu’akkad dan dua rakaat gairu mu’akkad.
C. Cara Melaksanakan
Salat Sunah Rawatib
Cara mengerjakan salat sunah rawatib
sama seperti mengerjakan salat fardu, baik syarat, rukun, sunah maupun hal-hal
yang membatalkan. Adapun yang membedakan antara salat fardu dan salat sunah
rawatib adalah niatnya.
Semua surah boleh dibaca dalam salat
sunah rawatib, tetapi nabi menganjurkan setelah selesai membaca surah
al-Fatihah sebaiknya membaca surah al-Kafirun pada rakaat pertama, dan membaca
surah al-Ikhlas pada rakaat kedua.
Salat sunah rawatib, waktunya
beriringan dengan salat fardu maka salat sunah rawatib harus dikerjakan dalam
waktu salat fardu yang diiringinya.
Contoh lafal niat salat rawatib baik
qabliyah maupun ba’diyah adalah sebagai berikut.
1. Niat Salat Sunah
Dua Rakaat Sebelum Salat Zuhur
اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ
لِلّٰهِ تَعَالٰى
Artinya:
“Aku niat salat sunah sebelum zuhur
dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2. Niat Salat Sunah
Dua Rakaat Sesudah Salat Zuhur
اُصَلِّى
سُنَّةً بَعْدِيَةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى
Artinya:
“Aku niat salat sunah sesudah zuhur
dua rakaat karena Allah ta’ala.”
3. Niat Salat Sunah
Dua Rakaat Sebelum Salat Subuh
اُصَلِّى سُنَّةًقَبْلِيَةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ
لِلّٰهِ تَعَالٰى
Artinya:
“Aku niat salat sunah sebelum subuh
dua rakaat karena Allah ta’ala.”
D. Keutamaan Salat
Sunah Rawatib
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud disebutkan bahwa, salat-salat sunah disyariatkan untuk menjadi
penyempurna bagi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi ketika mengerjakan
salat-salat fardu.
Jika kita sering melakukan salat sunah
secara rutin baik qabliyah maupun ba’diyah, kita akan mendapat banyak keutamaan
dan fadilah dari Allah.
Adapun keutamaan salat
sunah rawatib, antara lain sebagai berikut.
1. Sebagai penyempurna salat fardu.
2. Memperbanyak ibadah baik yang wajib
maupun yang sunah.
3. Doa kita akan dikabulkan oleh Allah
swt.
4. Menambah ketakwaan, keimanan, serta
kekhusyukkan dalam beribadah.
5. Semua amal kebaikannya diterima
Allah swt.
6. Dijauhkan dari siksa api neraka.
7. Dilapangkan rezekinya.
8. Dapat menghindarkan
diri dari sifat malas.
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional
Thursday, 4 May 2017
Akhlak Tercela
May 04, 2017
No comments
A. Ananiah
1. Pengertian Ananiah
Ananiah berasal dari bahasa Arab
Anâniyyah yang berarti kesan, penonjolan diri, pengakuan atau menghubungkan
semua masalah (kebaikan) kepada satu pribadi.
Di dalam ilmu jiwa, ananiah dikenal
dengan istilah egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan mengingkari
keberadaan orang lain. Dalam ilmu akhlak menurut Jamil Shaliba, ahli filsafat,
ananiah berarti sebagai sikap yang terlalu mencintai diri sendiri sehingga menghilangkan
kecintaan yang lainnya. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan yang
lain.
Ananiah termasuk akhlak tercela karena
ia kurang menyadari bahwa semua yang dimiliki itu berasal dari Allah dan tidak
abadi. Menurut Al-Ghazali, ananiah itu terjadi karena, antara lain kecantikan,
kekayaan, kepandaian, kedudukan yang tinggi, dan jasa yang pernah diberikan.
Orang yang egois biasanya
membangga-banggakan diri sendiri, menganggap orang lain hina dan rendah. Padahal
Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri.
Firman Allah swt.:
إِنَّ
اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا
Artinya: “... Sungguh Allah tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri ...” (Q.S. An-Nisa’/4: 36)
2. Contoh Perilaku Ananiah
Contoh perilaku ananiah adalah sebagai
berikut.
a. Di dalam bersikap selalu ingin
menang sendiri.
b. Tidak mau mengerti dan memahami
perasaan orang lain.
c. Selalu mengganggu kenyamanan hidup
orang lain.
d. Tidak pernah mau
mendengar saran atau kritikan orang lain.
3. Bahaya Ananiah
Sebagai orang muslim, kita harus menjauhi
sifat egois. Karena sifat egois akan merugikan diri sendiri dan diri orang lain
serta lingkungan. Bahaya egois misalnya:
a. merusak hubungan persaudaraan
karena hanya mementingkan dirinya sendiri
b. memutuskan hubungan silaturrahim karena
ia lebih suka orang lain bersilaturahim kepadanya.
c. dikucilkan orang dan teman-temannya
d. menimbulkan kebencian, pertengkaran
dan permusuhan.
e. berdosa di sisi Allah.
Rasulullah saw.
bersabda yang
اِذَرَأَيْتَ
شُحًا مُطَاعًاوَهَوًى مُتَبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَاِعْجَابَ كُلِّ ذِى
وِأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ ...
Artinya: Jika engkau melihat kikir ditaati,
hawa nafsu diikuti, dunia dimuliakan dan kekaguman pemilik pendapat terhadap
pendapatnya, jagalah dirimu. (H.R. Abu Dawud : 3778).
4. Menghindari Perilaku Ananiah
Berikut ini terdapat beberapa hal yang
harus dilakuan supaya dapat terhindar dari pelkukah ananiah.
a. Menyadari bahwa perbuatan anniyah
dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiyah
apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur dibenci Allah swt.
c. Menyadari bahwa manusia diciptakan
sama dan mempunyai hak yang sama.
d. Menekan hawa nafsu
dan memupuk sikap tenggang rasa.
B. Gadab
1. Pengertian Gadab
Gadab berasal dari bahasa Arab berarti
marah. Marah adalah suatu sikap atau emosional yang tidak terkendali. Marah
termasuk sifat tercela. Sebagai orang muslim harus pandai-pandai menahan diri,
jangan sampai mudah marah.
Rasulullah saw.
Bersabda
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَجُلًا قَلَ لِنَّبِيِّ صَلَى اللهً
عَلَيْهِ وَسَلَمْ اَوْصِنِيْ قَالَ لَاتَغْضَبْ فَرَدَّدَمِرَارًا قَالَ
لَاتَغْضَبْ ( رواه البخارى )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. Bahwasanya
seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad saw.’ “Nasehatilah aku!” Nabi
Muhammad saw. bersabda, “Janganlah kamu mudah marah!” Lalu, diulangi beberapa kali
sabdanya, “Janganlah kamu mudah marah!”. (H.R. Bukhari : 5651)
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ
وَسَّلَمْ فَالَ : لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِاِنَّمَا الشَّدِيْدُ
اَلَّدِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ( رواه البخارى )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a Bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah orang yang kuat itu adalah fisiknya, tetapi
orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika ingin marah.
(H.R. Bukhari: 5649).
Firman Allah swt.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: Yaitu orang-orang yang menafkahkan
hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (Q.S. Ali-Imran/3: 134)
Dari ayat dan hadis di atas jelaslah
bahwa orang yang kuat itu adalah orang-orang yang mampu menahan amarahnya, dan
menahan amarah termasuk tanda-tanda orang bertakwa dan disukai Allah.
2. Bahaya Gadab
Bahaya marah antara lain:
a. dapat merusak hubungan pertemanan
b. orang yang suka
marah akan dijauhi orang.
c. orang yang tidak dapat menahan
amarah dapat mengakibatkan dirinya pusing
d. orang yang marah dapat menimbulkan
dosa, apalagi marah yang berkepanjangan
Usaha untuk menjauhi sikap marah, antara
lain : berusaha menyadari akibat buruk dari marah, berusaha mengoreksi
kesalahan dirinya sendiri, dan membiasakan diri bersikap sabar. Rasulullah saw.
bersabda:
قَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ
وَسَلم : اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَاِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ
النَّارِ وَاِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَاغَضَبَ اَحَدُكُمْ
فَلْيَتَوَضَّأْ ( رواه ابوداود )
Artinya: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
marah itu dari setan dan sesungguhnya setan itu dari api dan sesungguhnya api
itu dapat padam dengan air. Jika di antara kamu marah, segeralah berwudlu. (H.R.
Abu Dawud : 4152)
3. Contoh Perilaku Gadab
Contoh perilaku gadab antara lain
sebagai berikut.
a. Lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan
yang kasar, seperti menggebark meja, membanting gelas, dan membunuh.
b. Mudah tersinggung apabila ada perbuatan
atau perkataan orang lain yang tidak berkenan di hati.
c. Tidak menyelesaikan masalah secara
arif atau bijaksana.
d. Mudah terpancing
emosi.
4. Menghindari Perilaku Gadab
Adapun untuk menghindari perilaku gada
di antaranya sebagai berikut.
a. Senantiasa membaca istigfar sambil
menarik napas panjang.
b. Meninggalkan faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya marah.
c. Menyadari bahwa perilaku amarah
sangat dibenci Allah SWT. Dan manusia.
d. Berusaha belajar memiliki sikap lapang
dada dan mudah memaafkan orang lain.
C. Gibah
1. Pengertian Gibah
Gibah adalah mengumpat atau menggunjing,
yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang membicarakan aib seseorang di hadapan
orang lain. Karena merasa dirinya lebih baik dan benci terhadap orang tersebut.
Perbuatan mengumpat dan menggunjing termasuk perbuatan tercela.
Allah berfirman :
وَلا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: Dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S.
Al-Hujarat/49 : 12)
Nabi Muhammad saw. juga menerangkan
tentang gibah dalam sabdanya sebagai berikut.
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ
وَسَّلَمْ فَالَ : اَتَدْرُوْنَ مَاالْغِيْبَةُ ؟ قَلُوْا, اللهُ وَرَسُوْلُهُ
اَعْلَمُ, قَلَ : ذِكْرُكَ اَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ اَفَرَأَيْتَ اِنْ كَانَ
فِى اَخِى مَااَقُوْلُ ؟ قَالَ : اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ
اغْتَبَتَهُ ( رواه مسلم )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda: ”Tahukah kamu apa gibah itu?” Para sahabat menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Lalu Nabi bersabda” Kamu sebut-sebut saudaramu
dengan sesuatu yang ia benci.” Lalu Rasul ditanya: ”Bagaimana jika saudaraku
itu memang seperti itu yang aku katakan tadi?” Nabi menjawab: “Walaupun yang
kamu katakan itu benar, maka kamu berarti telah menggunjinginya.” (H.R. Muslim
: 4690)
Jadi gibah adalah perbuatan yang
dilarang Allah swt. walaupun yang dikatakannya itu benar adanya.
2. Contoh Perilaku Gibah
Contoh perilaku gibah adalah sebagai
berikut.
a. Membicarakan keburukan orang lain
melalui lisan, seperti antartetangga yang satu dengan yang lain.
b. Membicarakan keburukan orang lain
melalui bahasa isyara.
c. Membicarakan keburukan orang lain
melalui gerakan tubuh dengan maksud mengolok-ngolok.
d. Membicarakan keburukan orang lain
melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan.
3. Menghindari Perilaku Gibah
Karena gibah termasuk dosa dan sering
membawa kepada permusuhan, maka hindarilah bergibah. Berikut ini di antara cara
supaya terhindar dari perilaku gibah.
a. Selalu mengingat bahwa perbuatan
gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah swt.
b. Selalu mengingat bahwasanya
timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang lain yang digunjingkannya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah
mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha
memperbaikinya.
d. Menjauhi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya gibah.
e. Senantiasa
mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.
D. Namimah
1. Pengertian Namimah
Namimah adalah fitnah atau adu domba, dengan
tujuan agar terjadi perpecahan di antara dua belah pihak. Allah swt. berfirman:
وَلا
تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١)
Artinya: Dan janganlah kamu ikuti setiap orang
yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela yang kian kemari
menghambur fitnah. (Q.S. Al-Qalam/68 : 10-11).
Rasulullah saw. bersabda: Seburuk
hamba adalah orang-orang yang berjalan ke sana kemari dengan mengadu domba,
memecah-belah antara kekasih, dan yang yang suka mencari-cari cacat orang yang
baik. (H.R. Ahmad)
Menurut Imam Abu Zakaria Yahya bin
Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus salihin namimah didefinisikan sebagai
berikut.
اَلنَّمِيْمَةُ هِيَ نَقْلُ الْكَلَامِ
بَيْنَ النَّاسِ عَلَى جِهَةِ الْاِ فْسَادِ.
Artinya: “Namimah adalah merekayasa omongan
untuk menghancurkan sesama manusia.”
Namimah termasuk perbuatan tercela
yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah
swt. dalam surah Al-Qur’an surah Al-Qalam berikut.
وَلا
تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ
مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (١٣) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ
(١٤)
Artinya: “Dan janganlah engkau patuhi setiap
orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian kemari
menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan
banyak dosa, yang bertabiat kasar,selain itu juga terkenal kejahatannya, karena
dia kaya dan banyak anak.” (Q.S. Al-Qalam/68:10-14)
Hadis Nabi Muhamamd saw. juga
mengancam bagi orang yang berperilaku namimah tidak akan masuk surga..
عَنِ
ابْنِ عَبَاسِ قَالَ مَرَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلم
بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ أِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ فِى قُبُوْرِهِمَا وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ كَانَ اَحَدُهُمَا يَمْشِيْ بِالنَّمِيْمَةِ وَكَانَ
الْاٰخَرُ لَايَسْتَنْزِهُ عَنِ تاْبَوْلِ ( رواه الدارمي )
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya
Rasulullah saw. Melewati dua makam (kuburan) lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya
dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di antaranya disiksa karena
selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi
karena tidak bersih ketika bersuci
(dari buang air kecilnya).” (H.R. Ad-Darimi: 732)
Dari dua dalil di atas menunjukkan
betapa besar dosa orang yang mengadu domba (memfitnah). Sebab dengan adu doma,
seseorang dapat saling bertengkar, membunuh bahkan berlanjut dengan permusuhan
yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu, jangan
suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.
2. Contoh Perilaku Namimah
Contoh perilaku namimah adalah sebagai
berikut.
a. Mempunyai maksud yang tidak baik
terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu domba.
b. Terlalu mudah percaya pada orang
lain tanpa mengetahui kebenarannya.
c. Suka berkumpul/menggosip.
d. Provokator (menjadi
provokator).
3. Menghindari Perilaku Namimah
Di antara cara menghindari perilaku
namimah adalah sebagai berikut.
a. Menyadari bahwa perilaku namimah
menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin beribadah.
b. Jangan mudah percaya pada seseorang
yang memberikan informasi negatif tentang orang lain.
c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas dan menggosip.
E. Hasad
1. Pengertian Hasad
Pengertian dengki adalah menaruh
perasaan benci, tidak senang yang amat sangat terhadap keberuntungan orang lain
yang mendapat kenikmatan sehingga timbul perbuatan jahat agar kenikmatan yang diperoleh
orang itu hilang dan pindah kepada dirinya. Sifat dengki adalah perbuatan
tercela. Dengki sama dengan hasad dan harus dihindari. Rasulullah saw.
bersabda:
اَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ اَنَّ النَّبِيِّ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَسَّلَمْ فَالَ اِيَّاكُمْ
وَالْحَسَدَ فَاِنَّ َالْحَسَدَ يَأْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْ كُلُ النَّارُ
الْحَطَبَ اَوْ قَالَ الْعُشْبَ (رواه ابوداود )
Artinya: Dari Abu Hurairah katanya: “Telah
bersabda Rasulullah saw. hendaklah engkau menjauhi diri dari sifat hasud sebab
hasud itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar/rumput. (H.R. Abu
Dawud : 4257)
Bahaya dengki atau hasad, antara lain
a. menimbulkan permusuhan;
b. menimbulkan perasaan dendam;
c. menghilangkan persahabatan;
d. menghilangkan kebaikan yang telah
dilakukan;
e. berdosa dan dibenci
Allah swt.
2. Contoh Perilaku Hasad
Contoh perilaku hasad antara lain sebagai
berikut.
a. Tidak mensyukuri setiap nikmat yang
diberikan Allah swt. Kepada kita.
b. Tidak senang atas keberhasilan atau
kebahagiaan orang lain.
c. Tertawa di atas penderitaan orang
lain.
d. Rasa tidak percaya diri atas
kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.
e. Timbulnya keinginan
untuk mencelakakan orang lain.
3. Menghindari Perilaku Hasad
Bagaimana cara menghindari perilaku
hasad yang tumbuh di hati kita? Perhatikan hal-hal berikut.
a. Mensyukuri setiap nikmat yang
diberikan Allah swt.
b. Menyadari bahwa perilaku hasad
sangat berbahaya dan harus dijauhi.
c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat
menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan apabila masih suka menghasud.
d. Berpikir positif atas segala
kejadian yang menimpa kita.
e. Tetap percaya diri
dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional