SERAH TERIMA DAN PELANTIKAN PENGURUS OSIS 2017/2018 SMPN 2 PAMARICAN

Serah terima dan pelantikan Pengurus OSIS masa bakti 2017-2018 SMP Negeri 2 Pamarican Kabupaten Ciamis

PEMBACAAN SK. KEPSEK TENTANG KEPENGURUSAN OSIS MASA BAKTI 2017/2018

Kepala Sekolah sedang membacakan Surat Keputusan Tentang Kepengurusan Osis Masa Bakti 2017/2018 SMP Negeri 2 Pamarican

ATRAKSI DRUM BAND SMP NEGERI 2 PAMARICAN

Sebelum pelaksanaan Upacara HUT RI Peserta Didik SMP Negeri 2 Pamarican menampilkan Atraksi Drum Band

LKBB Junior Kelas VII SMP Negeri 2 Pamarican

Lathan LKBB Junior Kelas VII SMP Negeri 2 Pamarican

LOMBA BALAP SARUNG LUCU MENGHIBUR

Ibu Guru SMP Negeri 2 Pamarican sedang Lomba Balap Sarung Bikin Ketawa, lucu banget

TARI KANGSRENG SISWI SMPN 2 PAMARICAN

Penampilan tari Kangsreng Siswi SMP Negeri 2 Pamarican

LOMBA LKBB SMPN 2 PAMARICAN DI AR RISALAH CIAMIS

LKBB Rjawali Sakti SMP Negeri 2 Pamarican sedang mengikuti Lomba di SMP Ar-Risalah

KEGIATAN MEMANJAT MENARA SEHABIS UPACARA HUT PRAMUKA

Setelah Upacara HUT Pramuka Selesai di laksanakan Peserta Didik di ajad untuk naik Menara Pramuka

Pages

Friday, 5 May 2017

Sujud

Dalam ajaran Islam, ada beberapa macam sujud yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Islam. Sujud yang dimaksud, antara lain sujud syukur dan sujud tilawah. Kedua sujud tersebut dilakukan di luar salat. Tahukah kamu, apa yang dimaksud sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah? Untuk mengetahui kedua sujud tersebut, ikuti pembahasannya berikut.

A. Sujud Syukur

Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan seseorang sebagai tanda terima kasih atau syukur kepada Allah swt. atas kenikmatan dan rahmat yang telah diberikan. Misalnya, sujud syukur karena mendapat nilai bagus, naik kelas, lulus ujian, mendapat rezeki yang melimpah, dan terhindar dari kecelakaan yang hampir menimpanya. Sujud syukur menurut Imam Syafi’i hukumnya sunah. Sujud ini dilakukan di luar salat dan tidak boleh dilakukan
di dalam salat. Sujud syukur tidak terikat oleh waktu. Artinya, sujud syukur dapat dilakukan kapan saja atau di mana saja.

Berkaitan dengan sujud syukur, Rasulullah bersabda sebagai berikut.
عَن اَبِيْ بَكْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ اِذَا اَتَاهُ اَمْرٌ يَسُرُّهُ اَوْبُشِّرَبِهِ خَرَّسَا جِدًا شُكْرًالَلّٰهِ تَبَارَكَ تَعَالٰى (رواه ابن ماجه)
Artinya:
Dari Abu Bakrah bahwasanya Nabi saw. apabila datangkepadanya suatu perkara yang menyenangkan atau mendapatkan kegembiraan, beliau tunduk bersujud syukur kepada Allah swt. (H.R. Ibnu Majah:1384)

Adapun cara melakukan sujud syukur itu seyogianya suci dari hadas dan najis, berdiri menghadap kiblat, niat sujud syukur bersamaan takbiratulihram, lalu sujud satu kali kemudian duduk, dan diakhiri salam. Namun, ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa sujud syukur itu boleh dilakukan tidak bersuci dahulu dengan pertimbangan, seperti selepas dari bahaya maut, kemudian langsung sujud syukur.

Tidak ada tuntunan yang pasti bacaan dalam sujud syukur ini. Oleh karena itu, boleh membaca doa apa saja dan menggunakan bahasa apa saja.

Berikut ini salah satu contoh doa sujud yang terdapat dalam Al-Qur’an.

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (١٥)

Artinya:
Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat -Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sungguh aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Q.S. al-A.hq–af/46: 15).

B. Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan sesudah tasyahud akhir sebelum salam sebanyak dua kali.

Sebab-sebab sujud sahwi adalah sebagai berikut.
1. Ketinggalan tasyahud awal.
2. Kelebihan rakaat atau rukuk atau sujudnya sebab lupa.
3. Karena ragu jumlah rakaat yang telah dilakukan.

Cara melakukan sujud sahwi misalnya kita sedang salat magrib, pada rakaat ketiga kita mengetahui bahwa kita belum duduk tasyahud awal karena lupa maka setelah duduk tasyahud akhir sebelum salam kita harus sujud dua kali. Begitu juga apabila kita mengetahui bahwa dalam salat ada kelebihan rakaat, rukuk, atau sujud serta kita ragu akan jumlah rakaat yang kita lakukan maka kita harus sujud sahwi.

Adapun hukum sujud sahwi adalah sunah muakkad.

Bacaan sujud sahwi
سُبْحَانَ مَنْ لَايَنَامُ وَلَايَسْهُوْ
Artinya: “Mahasuci Allah yang tidak tidur dan tidak pernah lupa”

Dalil tentang sujud sahwi yang artinya: Dari Ibnu Mas’ud: Sesungguhnya Nabi saw telah sembahyang zuhur lima rakaat, maka ditanya orang kepada beliau: Adakah beliau sengaja melebihkan sembanyangnya beliau: jawab beliau tidak. Mereka yang melihat beliau sembahyang berkata: Engkau telah sembahyang lima rakaat. Mendengar keterangan mereka yang demikian maka beliau terus sujud dua kali” (H.R. Bukhari.

C. Sujud Tilawah

Tilawah artinya bacaan. Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan saat seorang muslim mendengar bacaan atau membaca ayat-ayat sajdah dari Al-Qur’an. Dalam sebuah hadis, diriwayatkan sebagai berikut.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضى الله عنه اَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْأنَ فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَرَ وَسَجَّدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ (رواه الترمذى)
Artinya: “....Dari Ibnu Umar ra. sesungguhnya Nabi saw pernah membaca Al-Qur’an di depan kami, maka apabila beliau telah melewati (membaca) ayat sajdah, beliau takbir dan sujud, kemudian kami pun sujud bersama beliau (H.R. Tirmizi)

Berdasarkan hadis tersebut, para ulama berkesimpulan bahwa kedudukan hukum pelaksanaan sujud tilawah adalah sunah, baik yang dilakukan di dalam salat maupun di luar salat.

Cara melakukan sujud tilawah dalam salat adalah langsung bersujud saat orang yang sedang salat membaca ayat sajdah dari salah satu surah dalam Al-Qur’an. Sujud tilawah cukup dilakukan satu kali sambil membaca tasbih selayaknya sujud biasa dan ditambah bacaan khusus sujud tilawah.
Hal itu sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah yang berbunyi sebagai berikut.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلٰى اَللّٰهُمَّ اكْتُبْ لِى بِهَا أَجْرًا وَضَعْ عَنِّى بِهَا وِزْرًا وَاجْعَلْهَالِيْ عِنْدَكَ ذَخْرًا وَتَقَبَّلَهَا مِنِّيْ كَمَا قَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ (رواه الترمذى)
Artinya:
Maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi. Ya Allah, catatlah bagiku pahala, dan lepaskan dariku dosa. Dan jadikanlah bacaan ayat ini sebagai tabungan amal bagiku, dan terimalah bacaan tersebut dariku, sebagaimana Engkau menerima bacaan hamba-Mu Daud” (H.R. Tirmizi:528)

Setelah melakukan sujud tilawah dengan bacaan tersebut, orang yang salat itu kembali berdiri meneruskan bacaannya dan meneruskan salatnya sampai selesai. Adapun cara melakukan sujud tilawah yang dilakukan di  luar salat, yakni dimulai dengan takbiratul ihram, kemudian sujud, duduk setelah sujud, dan diakhiri dengan salam.

Bacaan sujud tilawah di luar salat sama dengan sujud tilawah dalam salat. Perbedaannya adalah bagi yang berada di luar kegiatan salat, sujud tilawah harus dimulai dengan takbiratulihram, untuk membedakan antara perbuatan ibadah mahdah dengan kegiatan lainnya di luar peribadatan. Sujud tilawah diakhiri dengan salam, untuk menandakan berakhirnya peribadatan tersebut sehingga dapat meneruskan kembali pekerjaan di luar sujudnya itu.

Berikut ini contoh bacaan sajdah yang terdapat dalam Al-Qur’an.
1. Surah al-A’r-af : 206, juz 9
2. Surah ar-R’ad : 15, juz 13
3. Surah an-Na.hl, 50, juz 14
4. Surah al-Isr-a’ : 109, juz 15
5. Surah Maryam : 58, juz 16
6. Surah al-.Hajj : 18, juz 17
7. Surah al- H. ajj : 77, juz 17
8. Surah al-Furq-an : 60, juz 19
9. Surah as-Sajdah, 15, juz 21
10. Surah Fu.s.silat : 38, juz 24


Salat Sunah Rawatib

Sesungguhnya amal perbuatan manusia yang pertama kali dihisab adalah salat.
Allah akan melihat apakah salat seorang hamba itu sempurna atau tidak. Jika seorang hamba salatnya tidak sempurna maka Allah akan melihat apakah ia mengerjakan salat sunah atau tidak. Jadi, salat sunah dapat digunakan sebagai penyempurna salat fardu.

A. Pengertian Salat Sunah Rawatib

Kata rawatib berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari lafal “Ratib” yang artinya “gaji, tambahan, atau salat sunah”.

Menurut istilah, salat sunah rawatib artinya salat sunah yang dikerjakan sebelum atau sesudah salat fardu atau salat sunah yang mengiringi salat fardu.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan bahwa salat-salat sunah disyariatkan, agar menjadi penyempurna bagi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi ketika melaksanakan salatsalat fardu.

Salat sunah rawatib dibedakan menjadi dua macam, yaitu salat sunah mu’akkad (ditekankan) dan salat sunah gairu mu’akkad (tidak ditekankan).

Macam salat sunah mu’akkad (yang ditekankan) adalah sebagai berikut.
1. Salat sunah sebelum salat Subuh.
2. Salat sunah sebelum salat Zuhur.
3. Salat sunah sesudah salat Zuhur dan sesudah salat Jum’at.
4. Salat sunah sesudah salat Magrib.
5. Salat sunah sesudah salat Isya.

Adapun salat sunah yang gairu mu’akkad (tidak ditekankan) adalah sebagai berikut.
1. Salat sunah sebelum dan sesudah salat Zuhur.
2. Salat sunah sebelum salat Asar.
3. Salat sunah sebelum salat Magrib.

B. Waktu dan Bilangan Rakaat Salat Sunah Rawatib

Salat sunah rawatib dilaksanakan beriringan dengan salat wajib. Waktu untuk mengerjakan salat sunah rawatib jika telah masuk waktu salat fardu. Salat sunah rawatib jika dilihat dari waktu mengerjakannya dibagi menjadi dua, yaitu salat sunah qabliyah dan salat sunah ba’diyah.

Salat sunah qabliyah adalah salat sunah yang dikerjakan sebelum salat fardu, sedangkan salat sunah ba’diyah adalah salat sunah yang dikerjakan sesudah salat fardu.

Adapun hukum salat sunah rawatib ada dua macam, yaitu salat sunah rawatib mu’akkad dan salat sunah rawatib gairu mu’akkad.

Salat sunah rawatib mu’akkad dan bilangan rakaatnya adalah sebagai berikut.
1. Dua rakaat sebelum salat Subuh

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رضىالله عنها عَنِالنَّبِيِّ صلىالله عليه وسلم قَالَ : رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا (رواه المسلم)
Artinya:
Dari Aisyah bahwasannya Nabi Muhammad saw. telah bersabda: “Dua rakaat fajar (salat sunah yang dikerjakan sebelum salat Subuh) itu lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (H.R. Muslim :1193)

2. Dua rakaat sebelum salat Zuhur.
3. Dua rakaat sesudah salat Zuhur.
4. Dua rakaat sesudah salat Magrib.
5. Dua rakaat sesudah salat Isya.

Dengan demikian jumlah rakaat salat sunah rawatib yang mu’akkad ada 10 rakaat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. berikut.

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ حَفِظْتُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ (رواه البخارى)
Artinya:
Dari Abdullah bin Umar ia berkata: “Saya ingat dari Rasulullah saw., dua rakaat sebelum zuhur, dua rakaat sesudah zuhur, dua rakaat sesudah magrib, dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (H.R. Bukhari:1109)

Salat sunah rawatib gairu mu’akkad dan bilangan rakaatnya adalah sebagai berikut.
1. Dua rakaat sebelum dan dua rakaat sesudah salat Zuhur.
2. Empat rakaat sebelum salat Asar.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قًبْلَ الْعَصْرِ اَرْبَعًا (رواه الترمذى)
Artinya :
Dari Ibnu Umar, dari Nabi Muhammad saw. beliau bersabda: “Allah memberi rahmat akan manusia yang salat empat rakaat sebelum salat Asar”. (H.R. Tirmizi: 395)

3. Dua rakaat sebelum salat Magrib.
Dengan demikian jumlah rakaat salat sunah rawatib qabliyah untuk salat Zuhur adalah empat rakaat, yaitu dua rakaat mu’akkad dan dua rakaat gairu mu’akkad dan jumlah rakaat salat sunah rawatib ba’diyahnya empat rakaat, yaitu dua rakaat mu’akkad dan dua rakaat gairu mu’akkad.

C. Cara Melaksanakan Salat Sunah Rawatib

Cara mengerjakan salat sunah rawatib sama seperti mengerjakan salat fardu, baik syarat, rukun, sunah maupun hal-hal yang membatalkan. Adapun yang membedakan antara salat fardu dan salat sunah rawatib adalah niatnya.

Semua surah boleh dibaca dalam salat sunah rawatib, tetapi nabi menganjurkan setelah selesai membaca surah al-Fatihah sebaiknya membaca surah al-Kafirun pada rakaat pertama, dan membaca surah al-Ikhlas pada rakaat kedua.

Salat sunah rawatib, waktunya beriringan dengan salat fardu maka salat sunah rawatib harus dikerjakan dalam waktu salat fardu yang diiringinya.

Contoh lafal niat salat rawatib baik qabliyah maupun ba’diyah adalah sebagai berikut.
1. Niat Salat Sunah Dua Rakaat Sebelum Salat Zuhur

اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى
Artinya:
“Aku niat salat sunah sebelum zuhur dua rakaat karena Allah ta’ala.”

2. Niat Salat Sunah Dua Rakaat Sesudah Salat Zuhur

اُصَلِّى سُنَّةً بَعْدِيَةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى
Artinya:
“Aku niat salat sunah sesudah zuhur dua rakaat karena Allah ta’ala.”

3. Niat Salat Sunah Dua Rakaat Sebelum Salat Subuh
اُصَلِّى سُنَّةًقَبْلِيَةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى
Artinya:
“Aku niat salat sunah sebelum subuh dua rakaat karena Allah ta’ala.”

D. Keutamaan Salat Sunah Rawatib

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan bahwa, salat-salat sunah disyariatkan untuk menjadi penyempurna bagi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi ketika mengerjakan salat-salat fardu.

Jika kita sering melakukan salat sunah secara rutin baik qabliyah maupun ba’diyah, kita akan mendapat banyak keutamaan dan fadilah dari Allah.

Adapun keutamaan salat sunah rawatib, antara lain sebagai berikut.
1. Sebagai penyempurna salat fardu.
2. Memperbanyak ibadah baik yang wajib maupun yang sunah.
3. Doa kita akan dikabulkan oleh Allah swt.
4. Menambah ketakwaan, keimanan, serta kekhusyukkan dalam beribadah.
5. Semua amal kebaikannya diterima Allah swt.
6. Dijauhkan dari siksa api neraka.
7. Dilapangkan rezekinya.
8. Dapat menghindarkan diri dari sifat malas.



Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional

Thursday, 4 May 2017

Akhlak Tercela

Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya apabila perilaku seseorang menampilkan keburukan atau kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela sangat dilarang oleh Allah swt. dan harus dihindari dalam pergaulan seharihari karena akan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Di antara sifat tercela dalam pembahasan berikut adalah sifat ananiyah, gadab, hasad, dan namimah.

A. Ananiah

1. Pengertian Ananiah

Ananiah berasal dari bahasa Arab Anâniyyah yang berarti kesan, penonjolan diri, pengakuan atau menghubungkan semua masalah (kebaikan) kepada satu pribadi.

Di dalam ilmu jiwa, ananiah dikenal dengan istilah egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan mengingkari keberadaan orang lain. Dalam ilmu akhlak menurut Jamil Shaliba, ahli filsafat, ananiah berarti sebagai sikap yang terlalu mencintai diri sendiri sehingga menghilangkan kecintaan yang lainnya. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan yang lain.

Ananiah termasuk akhlak tercela karena ia kurang menyadari bahwa semua yang dimiliki itu berasal dari Allah dan tidak abadi. Menurut Al-Ghazali, ananiah itu terjadi karena, antara lain kecantikan, kekayaan, kepandaian, kedudukan yang tinggi, dan jasa yang pernah diberikan.

Orang yang egois biasanya membangga-banggakan diri sendiri, menganggap orang lain hina dan rendah. Padahal Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.

Firman Allah swt.:
إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

Artinya: “... Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri ...” (Q.S. An-Nisa’/4: 36)

2. Contoh Perilaku Ananiah

Contoh perilaku ananiah adalah sebagai berikut.
a. Di dalam bersikap selalu ingin menang sendiri.
b. Tidak mau mengerti dan memahami perasaan orang lain.
c. Selalu mengganggu kenyamanan hidup orang lain.
d. Tidak pernah mau mendengar saran atau kritikan orang lain.

3. Bahaya Ananiah

Sebagai orang muslim, kita harus menjauhi sifat egois. Karena sifat egois akan merugikan diri sendiri dan diri orang lain serta lingkungan. Bahaya egois misalnya:
a. merusak hubungan persaudaraan karena hanya mementingkan dirinya sendiri
b. memutuskan hubungan silaturrahim karena ia lebih suka orang lain bersilaturahim kepadanya.
c. dikucilkan orang dan teman-temannya
d. menimbulkan kebencian, pertengkaran dan permusuhan.
e. berdosa di sisi Allah.

Rasulullah saw. bersabda yang
اِذَرَأَيْتَ شُحًا مُطَاعًاوَهَوًى مُتَبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَاِعْجَابَ كُلِّ ذِى وِأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ ...
Artinya: Jika engkau melihat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia dimuliakan dan kekaguman pemilik pendapat terhadap pendapatnya, jagalah dirimu. (H.R. Abu Dawud : 3778).

4. Menghindari Perilaku Ananiah

Berikut ini terdapat beberapa hal yang harus dilakuan supaya dapat terhindar dari pelkukah ananiah.
a. Menyadari bahwa perbuatan anniyah dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiyah apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur dibenci Allah swt.
c. Menyadari bahwa manusia diciptakan sama dan mempunyai hak yang sama.
d. Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.

B. Gadab

1. Pengertian Gadab

Gadab berasal dari bahasa Arab berarti marah. Marah adalah suatu sikap atau emosional yang tidak terkendali. Marah termasuk sifat tercela. Sebagai orang muslim harus pandai-pandai menahan diri, jangan sampai mudah marah.
Rasulullah saw. Bersabda

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَجُلًا قَلَ لِنَّبِيِّ صَلَى اللهً عَلَيْهِ وَسَلَمْ اَوْصِنِيْ قَالَ لَاتَغْضَبْ فَرَدَّدَمِرَارًا قَالَ لَاتَغْضَبْ ( رواه البخارى )

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. Bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad saw.’ “Nasehatilah aku!” Nabi Muhammad saw. bersabda, “Janganlah kamu mudah marah!” Lalu, diulangi beberapa kali sabdanya, “Janganlah kamu mudah marah!”. (H.R. Bukhari : 5651)

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَسَّلَمْ فَالَ : لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِاِنَّمَا الشَّدِيْدُ اَلَّدِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ( رواه البخارى )

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah orang yang kuat itu adalah fisiknya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika ingin marah. (H.R. Bukhari: 5649).

Firman Allah swt.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali-Imran/3: 134)

Dari ayat dan hadis di atas jelaslah bahwa orang yang kuat itu adalah orang-orang yang mampu menahan amarahnya, dan menahan amarah termasuk tanda-tanda orang bertakwa dan disukai Allah.

2. Bahaya Gadab

Bahaya marah antara lain:
a. dapat merusak hubungan pertemanan
b. orang yang suka marah akan dijauhi orang.
c. orang yang tidak dapat menahan amarah dapat mengakibatkan dirinya pusing
d. orang yang marah dapat menimbulkan dosa, apalagi marah yang berkepanjangan

Usaha untuk menjauhi sikap marah, antara lain : berusaha menyadari akibat buruk dari marah, berusaha mengoreksi kesalahan dirinya sendiri, dan membiasakan diri bersikap sabar. Rasulullah saw. bersabda:
قَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلم : اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَاِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَاِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَاغَضَبَ اَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ ( رواه ابوداود )
Artinya: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya marah itu dari setan dan sesungguhnya setan itu dari api dan sesungguhnya api itu dapat padam dengan air. Jika di antara kamu marah, segeralah berwudlu. (H.R. Abu Dawud : 4152)

3. Contoh Perilaku Gadab

Contoh perilaku gadab antara lain sebagai berikut.
a. Lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan yang kasar, seperti menggebark meja, membanting gelas, dan membunuh.
b. Mudah tersinggung apabila ada perbuatan atau perkataan orang lain yang tidak berkenan di hati.
c. Tidak menyelesaikan masalah secara arif atau bijaksana.
d. Mudah terpancing emosi.

4. Menghindari Perilaku Gadab

Adapun untuk menghindari perilaku gada di antaranya sebagai berikut.
a. Senantiasa membaca istigfar sambil menarik napas panjang.
b. Meninggalkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya marah.
c. Menyadari bahwa perilaku amarah sangat dibenci Allah SWT. Dan manusia.
d. Berusaha belajar memiliki sikap lapang dada dan mudah memaafkan orang lain.

C. Gibah

1. Pengertian Gibah

Gibah adalah mengumpat atau menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang membicarakan aib seseorang di hadapan orang lain. Karena merasa dirinya lebih baik dan benci terhadap orang tersebut. Perbuatan mengumpat dan menggunjing termasuk perbuatan tercela.

Allah berfirman :

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya: Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujarat/49 : 12)

Nabi Muhammad saw. juga menerangkan tentang gibah dalam sabdanya sebagai berikut.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَسَّلَمْ فَالَ : اَتَدْرُوْنَ مَاالْغِيْبَةُ ؟ قَلُوْا, اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَعْلَمُ, قَلَ : ذِكْرُكَ اَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ اَفَرَأَيْتَ اِنْ كَانَ فِى اَخِى مَااَقُوْلُ ؟ قَالَ : اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبَتَهُ ( رواه مسلم )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: ”Tahukah kamu apa gibah itu?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Lalu Nabi bersabda” Kamu sebut-sebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.” Lalu Rasul ditanya: ”Bagaimana jika saudaraku itu memang seperti itu yang aku katakan tadi?” Nabi menjawab: “Walaupun yang kamu katakan itu benar, maka kamu berarti telah menggunjinginya.” (H.R. Muslim : 4690)

Jadi gibah adalah perbuatan yang dilarang Allah swt. walaupun yang dikatakannya itu benar adanya.

2. Contoh Perilaku Gibah

Contoh perilaku gibah adalah sebagai berikut.
a. Membicarakan keburukan orang lain melalui lisan, seperti antartetangga yang satu dengan yang lain.
b. Membicarakan keburukan orang lain melalui bahasa isyara.
c. Membicarakan keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan maksud mengolok-ngolok.
d. Membicarakan keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan.

3. Menghindari Perilaku Gibah

Karena gibah termasuk dosa dan sering membawa kepada permusuhan, maka hindarilah bergibah. Berikut ini di antara cara supaya terhindar dari perilaku gibah.
a. Selalu mengingat bahwa perbuatan gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah swt.
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang lain yang digunjingkannya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya gibah.
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.

D. Namimah

1. Pengertian Namimah

Namimah adalah fitnah atau adu domba, dengan tujuan agar terjadi perpecahan di antara dua belah pihak. Allah swt. berfirman:

وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١)

Artinya: Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela yang kian kemari menghambur fitnah. (Q.S. Al-Qalam/68 : 10-11).

Rasulullah saw. bersabda: Seburuk hamba adalah orang-orang yang berjalan ke sana kemari dengan mengadu domba, memecah-belah antara kekasih, dan yang yang suka mencari-cari cacat orang yang baik. (H.R. Ahmad)

Menurut Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus salihin namimah didefinisikan sebagai berikut.

اَلنَّمِيْمَةُ هِيَ نَقْلُ الْكَلَامِ بَيْنَ النَّاسِ عَلَى جِهَةِ الْاِ فْسَادِ.
Artinya: “Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesama manusia.”

Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah swt. dalam surah Al-Qur’an surah Al-Qalam berikut.

وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (١٣) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (١٤)

Artinya: “Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar,selain itu juga terkenal kejahatannya, karena dia kaya dan banyak anak.” (Q.S. Al-Qalam/68:10-14)

Hadis Nabi Muhamamd saw. juga mengancam bagi orang yang berperilaku namimah tidak akan masuk surga..

عَنِ ابْنِ عَبَاسِ قَالَ مَرَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلم بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ أِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ فِى قُبُوْرِهِمَا وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ كَانَ اَحَدُهُمَا يَمْشِيْ بِالنَّمِيْمَةِ وَكَانَ الْاٰخَرُ لَايَسْتَنْزِهُ عَنِ تاْبَوْلِ ( رواه الدارمي )
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw. Melewati dua makam (kuburan) lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di antaranya disiksa karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi
karena tidak bersih ketika bersuci (dari buang air kecilnya).” (H.R. Ad-Darimi: 732)

Dari dua dalil di atas menunjukkan betapa besar dosa orang yang mengadu domba (memfitnah). Sebab dengan adu doma, seseorang dapat saling bertengkar, membunuh bahkan berlanjut dengan permusuhan yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu, jangan suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.

2. Contoh Perilaku Namimah

Contoh perilaku namimah adalah sebagai berikut.
a. Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu domba.
b. Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.
c. Suka berkumpul/menggosip.
d. Provokator (menjadi provokator).

3. Menghindari Perilaku Namimah

Di antara cara menghindari perilaku namimah adalah sebagai berikut.
a. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin beribadah.
b. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif tentang orang lain.
c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas dan menggosip.

E. Hasad

1. Pengertian Hasad

Pengertian dengki adalah menaruh perasaan benci, tidak senang yang amat sangat terhadap keberuntungan orang lain yang mendapat kenikmatan sehingga timbul perbuatan jahat agar kenikmatan yang diperoleh orang itu hilang dan pindah kepada dirinya. Sifat dengki adalah perbuatan tercela. Dengki sama dengan hasad dan harus dihindari. Rasulullah saw. bersabda:

اَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ النَّبِيِّ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَسَّلَمْ فَالَ اِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَاِنَّ َالْحَسَدَ يَأْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْ كُلُ النَّارُ الْحَطَبَ اَوْ قَالَ الْعُشْبَ (رواه ابوداود )

Artinya: Dari Abu Hurairah katanya: “Telah bersabda Rasulullah saw. hendaklah engkau menjauhi diri dari sifat hasud sebab hasud itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar/rumput. (H.R. Abu Dawud : 4257)

Bahaya dengki atau hasad, antara lain
a. menimbulkan permusuhan;
b. menimbulkan perasaan dendam;
c. menghilangkan persahabatan;
d. menghilangkan kebaikan yang telah dilakukan;
e. berdosa dan dibenci Allah swt.

2. Contoh Perilaku Hasad

Contoh perilaku hasad antara lain sebagai berikut.
a. Tidak mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah swt. Kepada kita.
b. Tidak senang atas keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.
c. Tertawa di atas penderitaan orang lain.
d. Rasa tidak percaya diri atas kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.
e. Timbulnya keinginan untuk mencelakakan orang lain.

3. Menghindari Perilaku Hasad

Bagaimana cara menghindari perilaku hasad yang tumbuh di hati kita? Perhatikan hal-hal berikut.
a. Mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah swt.
b. Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahaya dan harus dijauhi.
c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan apabila masih suka menghasud.
d. Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita.

e. Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.



Dikutip dari Pendidikan Agama Islam 2 untuk kelas VIII SMP Kementerian Pendidikan Nasional