Pada umumnya, kita semua dapat lebih sabar, ikhlas, dan menjadi
pemaaf di saat kita diuji oleh Allah Swt. dengan berbagai hal yang
menyenangkan. Akan tetapi, saat diuji dengan kejadian yang tidak menyenangkan,
seperti kesulitan hidup dan kehilangan sesuatu yang kita cintai, maka
kebanyakan dari kita akan sulit menerimanya.
Ujian kesulitan, kehilangan, kekurangan, musibah penyakit, atau kemiskinan
adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini.
Setiap orang pasti memiliki bermacam-macam masalah dan aneka kesulitan.
Tingkatan ujian dan masalah itu pun juga berbeda-beda. Nah, selanjutnya tinggal
bagaimana caranya kita mengatasi berbagai masalah dan kesulitan itu.
Bagaimana caranya? Kuncinya ada pada keikhlasan hati, kesabaran jiwa,
dan pribadi yang pemaaf. Allah Swt. telah mengajarkan ketiga hal ini melalui
ayat-ayatnya. Rasulullah juga telah memberikan contoh yang nyata.
A. Mari Membaca Al-Qur’an
1. Membaca Al-Qur’an
a. Membaca Q.S. an-Nisa/4: 146
إِلا
الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ
لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ
أَجْرًا عَظِيمًا
b. Membaca Q.S. al-Baqarah/2: 153
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
c. Membaca Q.S. Ali-Imran/3: 134
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
2.
Memahami Hukum Bacaan Nun Sukun/Tanwin)
Apabila ada nun Sukun/tanwin berhadapan dengan huruf hijaiyyah,
ada empat hukum bacaannya, yaitu idzhar (bacaan jelas), ikhfa (bacaan
samar), idgham (bacaan lebur), dan iqlab (bacaan beralih).
Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Izhar, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan
dengan salah satu dari huruf : ء ح خ ع غ ه maka nun Sukun/tanwin tadi dibaca jelas (lihat contoh pada
tabel).
b. Ikhfa, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan
dengan salah satu dari huruf : ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط
ظ ف ق ك maka nun Sukun/tanwin tadi dibaca samar.
c. Idgam, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan
dengan salah satu dari huruf : م ن و ي ل ر maka nun Sukun/tanwin tidak dibaca (dilebur ke huruf-huruf
tersebut).
d. iqlab, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan
dengan huruf: ب maka nun Sukun/tanwin dibaca beralih menjadi m.
Iqlab |
|
Idgham |
|
Idhar |
|
Ikhfa |
صُمٌّ
بُكْمٌ |
|
بِصُوْرَةٍ
مِّنْ مِّثْلِهٖ |
|
اَنْ
تَنْفُذُوْا |
|
مِنْ
اَقْطَارِ |
مُحِطٌ
بِالْكٰفِرِيْنْ |
|
عَنْ
نَّفْسٍ |
|
وَمَا
اُنْزِلَ |
|
رَغَدًا
حَيْثُ |
مِنْ
بَعْدِ |
|
هُدًى
لِّلْمُتَّقِيْنَ |
|
مِنْ
قَبْلِكَ |
|
سَوَاءٌ
عَلَيْهِمْ |
اَوَّلَ
كَافِرٍبِهٖ |
|
مِنْ
رَّبِّهِمْ |
|
كُلِّ
شَيْئٍ قَدِيْرٌ |
|
تَحْتِهَا
الْاَنْهٰرُ |
3. Menerapkan Hukum Bacaan Mim Sukun
Jika terdapat mim sukun (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah,
maka hukum bacaannya dibagi menjadi 3 macam, yaitu
1.
Ikhfa` syafawi
2. Idgam mimi
3. Idhar syafawi
Untuk memahaminya secara lebih rinci, pelajarilah uraian berikut:
a. Ikhfa` Syafawi
Suatu lafa§ mengandung bacaan ikhfa’ syafawi apabila terdapat mim
sukun (مْ) bertemu dengan huruf ba
( ب ).
Perhatikan contoh-contoh berikut ini!
اِنَّ
رَبَّهُمْ بِهِمْ
Adapun cara membacanya adalah bunyi mim sukun dibaca samar-samar di
bibir dan berdengung.
b. Idgam Mimi
Suatu lafad mengandung bacaan idgam mimi atau idgam misli apabila
mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf mim
(م).
Perhatikan contoh-contoh berikut ini!
عَلَيْهِمْ
مُّؤْصَدَةٌ
Adapun cara membacanya adalah mim sukun dimasukkan atau digabungkan
dengan mim di depannya dan berdengung.
c. Idhar Syafawi
Suatu lafa§ mengandung bacaan bacaan idhar syafawi apabila ada mim
sukun (مْ) bertemu dengan salah satu dari 26 huruf
hijaiyah berikut.
ا ت ث ج ح خ د ذ ر ز س
ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل ن و ه ي
Perhatikan contoh-contoh berikut ini!
Adapun cara
membacanya adalah bunyi mim sukun dibaca jelas dengan bibir tertutup.
لَهُمْ
اَجْرٌ
عَلَيْهِمْ
حٰفِظِيْنَ
4. Mengartikan Q.S. an-Nisa/4:146/ Q.S. al-Baqarah/2: 153/ Q.S. ali-Imran/3:
134
Arti Q.S. an-Nisa/4: 146
a. Arti Mufradat (arti kata/kalimat)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
إِلَّا
الَّذِينَ |
kecuali orangorang |
فَأُولٰئِكَ |
maka mereka |
تَابُوْا |
yang bertobat |
مَعَ
الْمُؤْمِنِيْنَ |
bersama orang yang beriman |
وَأَصْلَحُوْا |
yang memperbaiki diri |
وَسَوْفَ |
di atas |
وَاعْتَصَمُوْا |
berpegang teguh |
يُؤْتِ
اللهُ |
Allah akan memberikan |
بِاللهِ |
agama Allah Swt. |
أَجْرًا
عَظِيْمًا |
pahala yang besar |
وَأَخْلَصُوْا
دِيْنَهُمْ |
dengan tulus dalam beragama |
|
|
b. Arti Q.S. an-Nisa/4: 146
“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah
akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. (Q.S. an-Nisa/4: 146)
a. Arti Q.S. al-Baqarah/2: 153
1. Arti Mufradat (arti kata/kalimat)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ |
wahai
orang-orang |
بِالصَّبْرِ
وَالصَّلاةِ |
dengan
sabar dan salat |
آمَنُوا |
orang
yang beriman |
إِنَّ
اللَّهَ |
sesungguhnya
Allah Swt. |
اسْتَعِينُوا |
mohonlah
pertolongan |
مَعَ الصَّابِرِينَ |
beserta
orang-orang yang
sabar |
2. Arti Q.S. al-Baqarah/2: 153
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang (Q.S.
al-Baqarah/2: 153)
b. Arti Q.S. Ali-Imran/3: 134
1. Arti Mufradat (arti kata/kalimat)
Lafal |
Arti |
Lafal |
Arti |
الَّذِينَ |
orang-orang |
الْغَيْظَ |
amarah |
يُنْفِقُونَ |
yang menafkahkan harta |
وَالْعَافِينَ |
dan orang yang memaafkan |
فِي
السَّرَّاءِ |
di waktu lapang |
عَنِ النَّاسِ |
atas manusia |
وَالضَّرَّاءِ |
dan di waktu sempit |
وَاللَّهُ |
dan Allah Swt. |
وَالْكَاظِمِينَ |
dan orang yang menahan |
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ |
mencintai orang yang berbuat baik |
2. Arti Q.S. ali-Imran/3:134
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. ali-Imran/3: 134)
B. Mari Memahami Al-Qur’an
1. Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang
keikhlasan amal seseorang. Ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya
amal. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
¡alat dan menμnaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah/98: 5)
عَنِ
ابْنِ مَسْعُدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : ثَلَاثٌ لَايُغَلُّ عَلَيْهِمْ قَلبُ الْمُؤْ مِنِ اِخْلَاصُ
الْعَمَلِ وَالنَّصِيْحَةُ لِوَلِيِّ الْأَمْرِ وَلُزُوْمُ الْجَمَاعَةِ (رَوَاهُ
اَحْمَدْ)
“Dari
Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah saw.. bersabda: “Tiga hal yang tidak boleh hati seorang
mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi nasihat kepada pemimpin,
dan melanggengkan kebersamaan dengan jamaah.” (H.R. Ahmad).
Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh
karena itu, yang harus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin
adalah niat di dalam hati.
Allah Swt. berfirman:
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Maka
sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang
kafir tidak menyukai(nya).’ (Q.S. al-Mukmin/40:14)
Niat yang baik akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat
yang ikhlas akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas,
hati kita menjadi tenteram, tidak ada beban yang memberatkan.
2. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 menjelaskan orang-orang yang
sabar. Sesungguhnya Allah Swt. beserta orang-orang yang sabar. Sabar merupakan pengendali
hati untuk selalu Istiqamah dalam berbuat baik. Sayidina Ali bin Abi
Thalib mengatakan.
اَلصَّبْرُ
مِنَ الْاِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَالْجَسَدِ
“Sabar adalah bagian dari iman,sebagaimana kepala bagian dari tubuh”
Sabar bisa diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak
mudah putus asa. Sabar juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri
dari kesusahan yang menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan
dan perbuatan yang tidak baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.
Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu
angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol
anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki.
Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi
kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (Istiqamah) dalam
memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa
depan yang lebih baik dan bermakna.
Sabar itu ada beberapa macam, antara lain sabar menjalankan
perintah Allah Swt., menjauhi kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah
Swt., menerima dan menghadapi musibah, menμntut ilmu pengetahuan, serta sabar
dalam bekerja dan berkarya.
Kelima bentuk kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketahanan
mental spiritual, sehingga kesabaran itu selalu menμntut ketahanan jiwa dan
kekayaan mental spiritual yang tangguh.
3. Kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 134 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. Ali-Imran/3:134 menjelaskan ciri-ciri orang
yang taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain.
Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita untuk saling memaafkan dan
meminta maaf, sebagaimana sabdanya:
عَنْ
عَائِشَةَ عَنْ اَنَسِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمْ : صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِى)
“Dari Aisah dari Anas berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Sambunglah tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskanmu dan
maafkanlah orang-orang yang mendzalimimu. (H.R. Baihaqi)
Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain.
Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit
pun ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap
pemaaf disebut al-‘afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih),
penghapusan, ampun, atau anugerah.
Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan
adalah fitrah yang melekat pada diri manusia. Rasulullah saw. bersabda “Setiap
manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah
orang yang segera bertobat kepada Allah Swt.”. Ini berarti bahwa
manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, karena itu
mustahil, kecuali Rasulullah saw. yang ma’¡um (senantiasa dalam
bimbingan Allah Swt.). Akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang
menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepada-Nya.
C. Perilaku Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf
Sebelum menerapkan perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai
penerapan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. ali-Imran/3:
134, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an setiap
hari, baik yang berkaitan dengan materi di atas maupun yang lainnya.
Berikut ini contoh perilaku sebagai implementasi Q.S. an-Nisa/4:
146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. ali-Imran/3: 134.
1. Perilaku Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku ikhlas sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S.
an-Nisa/4: 146 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
a. Gemar melakukan perbuatan terpuji dan tidak di pamerkan kepada
orang lain;
b. Ikhlas dalam beribadah, semata-mata karena Allah Swt.;
c. Tidak mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain;
d. Selalu berhati-hati dalam bertindak atau berperilaku;
e. Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil;
f. Tidak menghitung-hitung apalagi mengungkit-ungkit kebaikan yang
pernah diberikan kepada orang lain.
2. Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku sabar sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S.
al-Baqarah/2: 153 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara
sebagai berikut.
a. Sabar dalam menjalankan perintah Allah Swt., seperti:
1. Ketika mendengar azan segera menuju ke masjid untuk melaksanakan
salat berjamaah;
2. Ketika bel berbunyi segera masuk kelas untuk mengikuti
pelajaran;
3. Saat orang tua memanggil, segera menghadap dan menemui agar
tidak mengecewakannya.
b. Sabar dalam menjauhi maksiat atau meninggalkan larangan Allah
Swt., seperti:
1. Ketika diajak membolos
segera menolak dan menghindari teman-teman yang bersekongkol untuk membolos;
2. Saat diajak tawuran segera menolak dan menjauhi teman-teman yang
mengajaknya;
3. Tidak cepat marah dan main hakim sendiri.
c. Sabar dalam menerima dan menghadapi musibah, seperti:
1. Ketika terkena musibah sakit tidak mengeluh dan tidak putus asa
untuk berusaha mencari obatnya;
2. Ketika terkena musibah tidak mengeluh dan tidak menyalahkan
Allah dan orang lain.
3. Perilaku Pemaaf dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku pemaaf sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. ali-Imran/3:
134 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan:
a. Memberikan maaf dengan ikhlas kepada orang yang meminta maaf;
b. Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat;
c. Tidak memendam rasa benci dan perasaan dendam kepada orang lain.
Setelah kamu dapat membaca dan memah mi isi kandungan Q.S.
an-Nisa/4:146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. ali-Imran/3: 134
dengan lancar, kamu harus bisa menμnjukkan hafalan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S.
al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. ali-Imran/3: 134 dengan baik dan benar.
Laporan hasil belajar menghafalmu ditulis di kolom berikut ini.
Nabi Muhammad saw. bersama Yahudi
Suatu ketika Abu Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa seorang Yahudi
untuk menyakiti Nabi. Lalu si Yahudi tadi pergi menuju lorong yang biasa
dilewati Nabi untuk menuju Kakbah. Di saat Nabi lewat, dia memanggil. Nabi pun
menengok karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya.
Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah saw.
Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu.
Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit
pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya
di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti
sebelumnya.
Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga
pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu.
Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Ke mana gerangan orang yang selalu
meludahiku?”
Setelah menanyakannya ke orang di sekitar tempat itu, Nabi
diberitahu bahwa orang tersebut jatuh sakit.
Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa
pula mampir ke pasar membeli buah-buahan untuk menjenguk Yahudi yang tengah
sakit itu. Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu. Dari dalam
rumah, terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari
bertanya, “Siapa yang datang?” “Saya, Muhammad,” jawab Nabi. “Muhammad siapa?”
terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya. “Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi
lagi.
Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi menyaksikan
sosok yang datang adalah orang yang selama ini disakitinya dan diludahi
wajahnya.
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi. “Aku
datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku karena aku mendengar engkau jatuh
sakit,” jawab Nabi dengan suara yang lembut.
“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang
pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekali pun yang telah menyewaku untuk
menyakitimu. Padahal, aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia
segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun, engkau yang telah aku sakiti
dan ludahi berkali-kali selama ini, justru yang pertama kali datang
menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.
Keagungan akhlak Nabi telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi
dan menyatakan dirinya masuk Islam.
(Sumber: Kisah terbaik penuh hikmah 52 kisah teladan untuk anak
saleh, Tim smartbook).
D. Rangkuman
1. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang keikhlasan
amal seseorang.
2. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2: 153 menjelaskan orang-orang
yang sabar.
3. Kadungan Q.S.
ali-Imran/3: 134 menjelaskan ciri-ciri orang yang selalu memaafkan orang
lain.
4. Ikhlas artinya perbuatan yang kita lakukan semata-mata karena
Allah, tidak ingin dipuji orang lain.
5. Sabar adalah perilaku menahan atau mengendalikan segala emosi.
Jika tak terkendali, emosi dapat menjerumuskan ke dalam kesengsaraan.
6. Pemaaf artinya memberi maaf kepada orang yang telah menyakiti
atau menzalimi.
7. Ikhlas, sabar, dan pemaaf merupakan perilaku terpuji yang harus
bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Apabila terdapat nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf
hijaiyah, cara membacanya dibagi menjadi 5 macam, yaitu: Idhar halqi, Idgam bighunnah,
Idgam bilagunnah, iqlab, dan ikhfa.
9. Jika terdapat mim sukun bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyah, maka hukum bacaannya dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Ikhfa` syafawi,
Idgam mimi, dan Idhar syafawi.
Sumber : ( Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII Revisi 2017 Kemendikbud )